Archive for Januari 2011

Perasaan Seorang Pengemis


.

Di jalan raya, lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.
Semua kendaraan berhenti, dari yang pakai sepeda, becak, motor, mobil, bus sampai ke truk.
Tampak seorang kakek dengan pakaian lusuhnya, telapak tangannya di buka lebar.
Dia berjalan dari satu kendaraan ke kendaraan lain, sorot matanya memendam rasa sedih, telapak tangannya meminta sedikit uang kecil untuk membeli sebungkus nasi.
Dalam hati kecilnya dia berkata "Lihatlah saya, kalian tak akan menjadi miskin bila memberi saya selembar uang kertas bernilai 1000, atau satu logam uang bernilai 500."
Kakek itu berjalan ke arah mobil hitam yang kaca jendelanya tertutup rapat.
"Permisi bu." ucap kakek itu dengan nada rendah.
Kaca jendela itu terbuka, seorang perempuan berumur kira-kira 39 tahun dengan make up berlebihan, anting emas terpasang di kedua telinganya dan kalung 24 karat melingkar di lehernya.
Saat memberikan selembar kertas bernilai 1000, 3 gelang emas menghiasi tangannya.
"Nih! Ngeganggu orang aja! Makanya cari pekerjaan dong!" maki ibu itu.
"Makasih, maaf bu bila saya mengganggu." kata kakek itu dengan nada penuh penyesalan.
Ibu itu hanya menutup jendela mobilnya tanpa berkata sedikit pun.
Sudah sering kakek itu dicaci maki seperti tadi. Yaa, memang itu resiko seorang pengemis. Dianggap mengganggu dan dikucilkan. Bahkan dicaci maki oleh orang-orang.
Sebenarnya dia pun tidak pernah ingin menjadi seorang pengemis. Yang meminta belas kasihan pada orang-orang.
Kalau bukan untuk memberi makan istri, anak dan cucunya, mungkin dia tidak akan pernah menjadi seorang pengemis.
Dia lebih baik mati kelaparan daripada harus menjual harga dirinya agar diberi uang yang tak seberapa.
Dia menjadi pengemis bukan karena dia nggak pernah bekerja keras mencari pekerjaan.
Sudah banyak pekerjaan yang dia lakukan, dari menjual makanan, mainan anak, balon air, dan lain-lain. Tapi sayang dia bangkrut, modal untuk membeli dagangan lebih besar dari keuntungan yang di dapat.
Apalagi umurnya sekarang sudah tua. Tidak bisa banyak bergerak, tentu saja dia tidak bisa bekerja yang berat.
"Sampai kapan aku harus menjadi seorang pengemis? Apa sampai sisa umurku?"
Kakek itu duduk merenung di trotoar jalan. Lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau. Semua kendaraan yang berhenti berebut untuk jalan.