Archive for Maret 2015

Konsep Ilmu dan Metode Islamisasi Ilmu


.


A.    Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
1.      Pengertian Ilmu Pengetahuan
Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab yaitu  (alima, ya’lamu, ‘ilman) yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu merupakan perkataan yang memiliki makna lebih dari satu arti. Oleh karenanya diperlukan pemahaman dalam memaknai apa yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu adalah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah dalam satu kesatuan. Dalam arti kedua ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok tertentu. Maksud dari pengertian ini adalah bahwa ilmu berarti suatu cabang ilmu khusus.
Dari pemaparan diatas ilmu dalam Islam menempati posisi yang sangat penting.  Sehingga orang berilmu menempati kedudukan yang mulia, Allah SWT berfirman; “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Mujadalah: 11). Dalam satu hadits, mencari ilmu juga mendapatkan tempat yang mulia; “Barang siapa yang mencari ilmu maka ia di jalan Allah sampai ia pulang” (HR. Tirmidzi).
Wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW berkaitan dengan perintah membaca (iqra’). Tetapi, sejak awal, sudah diingatkan bahwa proses membaca tidak boleh dipisahkan dari ingat kepada Allah SWT. Harus dilakukan dengan mengingat nama Allah SwT (Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq). Konsepsi Ilmu dalam Islam tidak memisahkan secara dikotomis antara iman dan ilmu pengetahuan. Tidak memisahkan unsur dunia dan unsur akhirat. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dipelajari bermuara pada satu tujuan penting, mengenal Allah, beribadah kepada-Nya dan kebahagiaan di akhirat.
Sehingga dalam Islam sendiri ilmu itu terkait dengan akidah. Syed Muhammad Naquib al-Attas mengatakan “Mengawali akidah dengan pernyataan yang jelas tentang ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting, sebab Islam adalah agama yang berdasarkan ilmu pengetahuan.

B.     Metode Islamisasi Ilmu
1.      Definisi dan Pendekatan Islamisasi Ilmu
a.      Definisi dan Pendekatan Al Attas
Islamisasi adalah pembebasan manusia mulai dari magic, mitos, animisme dan tradisi kebudayaan kebangsaan dan dari penguasaan sekuler atas akal dan bahasanya. Ini bermakna ummat Islam adalah seorang individu yang memiliki akal dan bahasa yang bebas dari magic, mitos, animisme, tradisi kebangsaan dan kebudayaan serta sekulerisme.
Lebih lanjut, Al Attas menyifatkan islamisasi sebagai proses pembebasan atau memerdekakan, sebab ia melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh atas jasmaninya, dan proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian dalam dirinya sesuai dengan fitrahnya. Islamisasi juga membebaskan manusia dari sikap tunduk kepada keperluan jasmaninya yang condong menzhalimi dirinya sendiri, sebab sifat jasmaniyahnya lebih condong untuk lalai terhadap tabiatnya sehingga menjadi jahil tentang tujuan asalnya. Islamisasi bukanlah proses evolusi, tetapi satu proses pengembalian kepada fitrah.
Islamisasi diawali dengan isalamisasi bahasa, dan ini dibuktikan di dalam Alqur’an ketika diturunkan kepada orang Arab. Bahasa, pemikiran dan rasionalitas terkait erat dan saling bergantung dalam membayangkan world view atau visi hakikat (reality) kepada manusia.

b.      Definisi dan Pendekatan Ismail Raji Al Faruqi
Islamisasi ilmu sebagai usaha untuk mengacukan kembali ilmu, yaitu mendefinisikan kembali, menyusun ulang data, memikirkan kembali argumen dan rasionalisasi, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan disiplin itu memperkayakan visi dan perjuangan Islam. Sebagaimana Al Attas, Al Faruqi menekankan kepentingan mangacu dan membangun kembali disiplin sains sosial, sains kemanusiaan dan sain tabi’i dalam kerangka Islam dengan memadukan prinsip-prinsip Islam ke dalam tubuh ilmu tersebut.
Islamisasi dapat dicapai melalui integrasi ilmu baru ke dalam khasanah warisan Islam dengan membuang, menata, menganalisa, menafsir ulang dan menyesuaikannya menurut nilai dan pandangan Islam.
Dari segi metodologi, Al Faruqi mengemukakan ide Islamisasi ilmu bersandarkan tauhid. Metodologi tradisional tidak mampu memikul tugas ini, karena beberapa kelemahan, yaitu:
1)      Menyempitkan konsep utama seperti fiqih, faqih, ijtihad dan mujtahid.
2)      Kaidah tradisional ini memisahkan wahyu dan akal, yang selanjutnya memisahkan pemikiran dan tindakan. 
3)      Kaidah ini membuka ruang untuk dualisme, sekuler dan agama.

2.      Prinsip Yang Mendasari Islamisasi Ilmu
Secara ontologi, Islamisasi ilmu pengetahuan memandang bahwa dalam realitas alam semesta, realitas sosial, dan historis ada hukum ciptaan Allah Swt yang disebut dengan sunnatullah . sebagai ciptaan Allah Swt, hukum tersebut tidak netral, tetapi mempunyai tujuan sesuai dengan tujuan Allah Swt yang menciptakannya.
Al Faruqi menggariskan beberapa prinsip dasar dalam pandangan Islam sebagai kerangka pemikiran, metodologi dan cara hidup Islam, yaitu :
1.      Keesaan Allah Swt ( tauhid )
2.      Kesatuan Penciptaan
3.      Kesatuan kebenaran
4.      Kesatuan Ilmu
5.      Kesatuan kehidupan
6.      Kesatuan kemanusiaan

3.      Tujuan Islamisasi Ilmu
Tujuan islamisasi ilmu, sebagaimana yang dikemukakan Al Attas adalah :
1.      Untuk melindungi orang Islam dari ilmu yang sudah tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan.
2.      Untuk mengembangkan ilmu yang hakiki yang dapat membangunkan pemikiran dan rohani pribadi muslim yang akan menambahkan keimanannya kepada Allah Swt.
3.      Melahirkan keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuatan keimanan
Selanjutnya, Al Faruqi menguraikan tujuan yang mengacu kepada rencana kerja islamisasi ilmu pengetahuan (sains) adalah sebagai berikut :
1.      Penguasaan disiplin ilmu modern
2.      Penguasaan khasanah Islam
3.      Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern
4.      Pencarian sintesa kreatif antara khasanah Islam dengan ilmu modern
5.      Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah Swt.

4.      Langkah-Langkah Yang Dilakukan Dalam  Islamisasi Ilmu
Untuk merealisir tujuan-tujuan tersebut, terdapat beberapa langkah menurut urutan logis yang menentukan prioritas masing-masing langkah tersebut. Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai proses islamisasi ilmu pengetahuan (sains) adalah sebagai berikut :
1)      Penguasaan Disiplin Ilmu Modern
Disiplin-disiplin ilmu di Barat diuraikan menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-tema. Penguraian tersebut harus mencerminkan ‘daftar isi’ sebuah buku. Dan hasil uraian tersebut harus berbentuk kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah teknis, menerangkan kategori, prinsip, problema, dan tema pokok disiplin ilmu Barat.
2)      Survey Disiplin Ilmu
Setiap disiplin ilmu harus disurvei dan esei-esei harus ditulis dalam bentuk bagan mengenai asal-usul dan perkembangannya beserta pertumbuhan metodologinya, perluasan cakrawala wawasannya, dan tak lupa sumbangan-sumbangan pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya.
3)      Penguasaan Khasanah Islam
Sebelum menyelami seluk-beluk relevansi islam bagi suatu disiplin ilmu modern, perlu ditemukan sampai berapa jauh khasanah ilmiah islam menyentuh dan membahas obyek disiplin ilmu tersebut.
4)      Penguasaan Khasanah Ilmiah Islam
Untuk dapat mendekatkan karya-karya hasil khasanah ilmiah islam dengan para ilmuwan muslim yang terdidik dalam cara Barat, kita perlu melakukan sesuatu yang lebih besar daripada sekedar menyajikan berhalaman-halaman bahan dalam bentuk antologi.
5)      Penentuan Relevansi Islam yang Khas terhadap Disiplin-disiplin Ilmu
Relevansi-relevansi khasanah islam yang spesifik pada masing-masing ilmu harus diturunkan secara logis.
6)      Penilaian Kritis terhadap Disiplin Ilmu Modern
Ini adalah langkah utama dalam proses islamisasi ilmu pengetahuan. Permasalahan pokok dan tema-tema abadi masing-masing disiplin harus dianalisa dan diuji akan reduksionisme, kesesuaian, kemasukakalan dan ketepatan asasnya dengan konsep panca kesatuan yang diajarkan islam.
7)      Penilaian Kritis terhadap Khasanah Islam
Khasanah islam adalah Qur’an suci, firman-firman Allah, dan sunnah Rasul SAW. Tugas untuk menilai khasanah islam pada suatu bidang kegiatan manusia harus ditangani oleh para ahli di bidang tersebut.
8)      Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Islam
Kearifan yang dikandung setiap disiplin ilmu harus dihadapkan dan dimanfaatkan untuk menanggulangi permasalahan umat islam agar kaum muslimin dapat memahaminya dengan benar, menilai dengan tepat pengaruhnya pada kehidupan umat serta memetakan dengan teliti semua pengaruh yang diberikannya pada tujuan global islam.
9)      Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Manusia
Sebenarnya, amanah Allah SWT meliputi seluruh jagad raya, dan sebagai konsekuensinya tanggung jawab terhadap manusia juga tercakup di dalamnya. Umat islam memiliki wawasan yang diperlukan untuk kemajuan manusia untuk membuat sejarah berjalan ke arah apa yang dikehendaki Allah SWT.
10)  Analisa Kreatif dan Sintesa
Sintesa kreatif harus dicetuskan diantara ilmu-ilmu islam tradisional dan disiplin-disiplin ilmu modern untuk dapat mendobrak kemandegan selama beberapa abad terakhir ini.
11)  Penuangan kembali Disiplin Ilmu Modern ke dalam Kerangka Islam
Pada dasarnya, para pemikir islam tidak akan tiba pada suatu penyelesaian yang sama, atau memilih pilihan yang sama dalam hal penentuan relevansi islam  terhadap eksistensi umat islam di masa kini dan di masa mendatang.
12)  Penyebarluasan Ilmu-ilmu yang telah diislamkan

Adalah suatu kesia-siaan apabila hasil karya para ilmuwan muslim hanya disimpan sebagai koleksi pribadi mereka masing-masing. Karya apa saja yang dibuat berdasar Lillahi Ta’ala adalah menjadi milik seluruh umat islam. Pemanfaatan karya-karya tersebut tidak mendapat berkah Allah kecuali jika dilaksanakan untuk sebanyak mungkin makhluk-Nya.