*Minggu-minggu berikutnya*
When you're gone.
The pieces of my heart are missing you.
When you're gone.
The face i came to know is missing too.
When you're gone.
The word i need to hear, to always get me through the day...
Dilayar HP Citra terpampang jelas nama 'Daniel masa lalu'.
Citra pastinya kaget ngeliat nama Daniel nelepon dia.
Citra melihat lekat-lekat layar HPnya, mungkin dia salah lihat.
Di hati dan pikiran dia sekarang kan cuma ada Daniel, semua tulisan yang dia lihat bisa jadi Daniel.
Tapi nama Daniel di layar HPnya nggak berubah-ubah tetap 'Daniel masa lalu'.
"Halo," Akhirnya Citra mengangkat teleponnya.
"Hey Cit, sorry ganggu. Apa kabar?" pertanyaan basi untuk mengawali pembicaraan dengan orang yang sudah lama nggak ketemu.
"Ya, baik. Lo?"
"Sama. Mmm,,"
"Kenapa Daniel?"
"Lo bisa datang nggak ke Rumah Sakit Abadi sekarang?"
"Hah? Siapa yang sakit?" Citra mulai khawatir.
"Cewek gue." jawab Daniel pendek.
"Owh,," dengan malas Citra melanjutkan ucapannya "Cewek lo sakit apa?"
"Kankernya makin parah."
"Sorry sebelumnya, kenapa gue harus datang ke rumah sakit?"
"Gue juga nggak tahu, itu permintaan cewek gue."
Saat mendengar Daniel berkata
'itu permintaan cewek gue' hati Citra sakit.
Daniel nelepon Citra cuma demi ceweknya nggak ada maksud lain. Nggak ada maksud untuk nelepon Citra.
Mungkin sebenarnya Daniel terpaksa menelepon dia.
"Iya deh, gue ke rumah sakit." ucap Citra.
"Makasih, gue jemput lo. Tunggu ya!"
"Ehh,,..." Citra berusaha mencegah Daniel menjemputnya.
Tuttt... Tuttt...
Tapi telepon dari Daniel terputus.
Citra bangun dari tempat tidur. Berjalan ke lemari baju, mengambil kemeja biru kotak-kotak dan jeans hitam.
Setengah jam kemudian, dari luar rumah Citra terdengar suara motor.
Citra tahu itu Daniel, dia berlari keluar rumah.
Dia melihat Daniel duduk di motornya, memakai kemeja merah bata, di tangannya melingkar sebuah gelang, gelang pemberian ceweknya.
Cewek Daniel juga pakai gelang itu, gelang tanda cinta mereka kali.
Daniel yang baru sadar kalau Citra sudah berdiri di depan dia tersenyum dan berkata "Hey, Cit!"
"Hey. Yuk berangkat!" Citra merasa canggung.
"Iya."
*Di rumah sakit Abadi*
Di depan Citra, terbaring seorang cewek yang mukanya pucat, wajah cantiknya tertutupi oleh rasa sakit yang dideritanya.
"Nadien." panggil Daniel.
Nama cewek Daniel ternyata Nadien. Nama yang indah.
Nadien terbangun dari tidurnya, "Daniel, itu Citra ya?"
"Iya."
"Hey Nadien. Aku Citra, salam kenal ya."
"Iya, salam kenal juga."
"Kalian berdua ngobrol aja, gue keluar ya." pamit Daniel.
"Jangan! Di sini aja!" cegah Nadien.
Citra menghela nafas, "Ada yang mau diomongin?"
"Iya, aku tahu kamu mantan tunangan Daniel." ucap Nadien pelan. Dia berbicara dengan memanggil aku dan kamu.
Deg... Citra menengok ke arah Daniel, Daniel tampak kaget. Ternyata Nadien tahu Citra mantan tunangannya bukan dari Daniel.
Tapi Daniel hanya diam, nggak bertanya darimana Nadien tahu kalau Citra mantan tunangannya.
"Pertunangan kalian dibatalkan karena aku kan?"
Nggak ada yang menjawab, ruangan rumah sakit itu sunyi.
"Umur aku tinggal sebentar lagi,..." kata Nadien lirih.
"Stop! Jangan ngomong gitu Nadien!" teriak Daniel.
Nadien tersenyum, "Kalau nanti Nadien udah nggak ada, Nadien mau Daniel pacaran sama Citra."
"APA???" kaget Citra dan Daniel barengan.
Nadien tersenyum, "Kalau nanti Nadien udah nggak ada, Nadien mau Daniel pacaran sama Citra."
"APA???" kaget Citra dan Daniel barengan.
"Kamu ngomong apa sih Nadien. Daniel kan nggak suka aku mana mungkin kita pacaran. Haha." Citra berusaha tertawa.
Kata-kata Citra berubah jadi 'aku dan kamu' karena mengikuti Nadien.
"Daniel suka sama kamu kok. Iya kan Daniel?"
". . ." Daniel diam.
"Daniel?" Nadien menyentuh tangan Daniel.
"Mmm,, Iya."
Terdengar di telinga Citra, Daniel mengucapkan kata 'iya' dengan terpaksa.
"Tuh kan benar. Citra mau kan pacaran sama Daniel?"
"Iya." jawab Citra pendek.
Daniel dan Citra saling berpandangan satu sama lain.
"Apa yang ada di hati kamu Daniel?" tanya Citra dalam hatinya.
"Mmm, Citra. Ini gelang aku, kamu pakai ya! :)" Nadien menyerahkan gelang yang sama dengan Daniel.
"Ihhh... Jangan! Itu kan gelang kalian berdua." tolak Citra dengan sopan.
"Terima dong Citra. Nanti kan kalian juga pacaran." Nadien memohon.
"Terima aja." kata Daniel singkat.
"Hhh... Makasih ya :)" Citra berusaha tersenyum, walau hatinya sakit. Karena Daniel menyuruh Citra mengambil gelang itu hanya untuk membahagiakan Nadien.
Sejak kejdian di rumah sakit itu,, Citra dan Daniel lost contact again.
Daniel nggak pernah ngehubungi Citra, begitu pun dengan Citra, dia nggak pernah ngehubungi Daniel.
Menjauh satu sama lain.
*Beberapa bulan kemudian, Di sekolah seperti biasa*
Laura dan Aldi makin mesra aja dehh.
Ternyata cewek yang waktu itu ngajak Aldi pulang pas di taman sekolah saat Laura lagi nyatain cintanya ke Aldi, cewek itu saudara kembarnya Aldi.
(Hah? Saudara kembar? Beda banget mukanya, nggak ada mirip-miripnya sedikit pun. Tapi mereka beneran saudara kembar loh)
Abel dan cowoknya? Cowoknya Abel itu temannya Daniel, anak futsal juga. Namanya Vicky. Sudah tahu kan?? Kan pernah diceritain.
Kalau soal Daniel, cewek Daniel meninggal dunia, tapi ceweknya pasti bangga punya cowok kayak Daniel.
Citra pacaran sama Daniel deh...
(haduhh, kalau akhirnya pacaran ngapain pertunangannya dibatalin, ditunda aja. Tapi, ditunda sampai kapan? Sampai ceweknya meninggal? Berarti ngedoain ceweknya meninggal dong kalau gitu... [-_-])
Oya,, Citra pakai gelang pemberian Nadien yang dikasih waktu di rumah sakit Abadi.
Gelang itu kan termasuk amanat dari Nadien. Jadi harus dipakai. Walau terkadang Daniel suka inget Nadien karena gelang itu.
Dan Icha?
Dia masih jomblo aja nih...
Jangan-jangan, Icha benar-benar milik Laura selamanya lagii... Hehe
"Wekk,, nggak mauu! :'("
Nggak kok, Icha akhirnya pacaran sama teman masa kecilnya. Murid baru yang namanya Bagas itu lohh.
Saat pulang dari rumah Laura,, Bagas nyatain cintanya ke Icha.
So sweet yaa.
Endingnya bahagia. Nggak ada yang menderita... Seneng deh :)
-The end-
No Comments
PERSAHABATAN 10
.