Mengapa Harus Bella?


.

By : Annisa Aprilia


            Di sebuah kamar, seorang cowok membaca sms dari pacarnya.
Kamu kemana aja sih? Jalan sama cewe lain ya?
Cowok itu menghela nafas bosan, lalu membalas sms dari pacarnya.
Iya, kenapa? Mau putus?
***
Di tempat lain…
Seorang cewek yang menerima sebuah sms dari pacarnya langsung kaget setelah membacanya. Dia tidak pernah menyangka cowoknya segampang itu mengatakan kata “putus”. Dengan berat hati dia membalas,
Iya, kita putus aja!
Setelah yakin sms balasan itu terkirim, dia menjauhkan HPnya. Tidak mau membaca sms balasan dari mantan pacarnya, karena dia tau isinya pasti akan sangat menyakitkan. Nico memang cowok paling jahat yang pernah Irene kenal!
Irene pun menangis tersedu-sedu. Sejujurnya dia tidak ingin menangisi cowok itu, cowok yang udah jahat kepadanya. Tapi matanya tidak mau berhenti mengeluarkan butir-butir air mata.
“Nico jahaattt!!! Lo tega banget sih sama gueee!!! Hiks….”
Dari luar kamar Irene, adiknya mendengar suara tangis dan teriakan Irene. Adiknya tau, kakaknya menangis pasti karena pacarnya yang bernama Nico. Dari awal memang dia gak setuju kakaknya pacaran dengan cowok itu. Semenjak pacaran dengan cowok itu, kakaknya selalu diam di kamar, galau, gak mau makan. Hanya sesekali dia terlihat senang karena cowoknya itu.
Dalam benaknya, dia sudah mempunyai suatu rencana. Memikirkan rencana itu membuat adik Irene tersenyum simpul dan pergi menjauhi kamar kakaknya.
***
Di SMAN 123 Jakarta, terlihat suara riuh siswa-siswi dari kantin yang berebut untuk membeli makanan. Memang inilah yang terjadi ketika bel istirahat berbunyi, kantin akan langsung dipenuhi siswa-siswi dari kelas 10, 11, dan 12. Bayangkan sendiri bagaimana kericuhannya.
Mungkin hanya Bella yang tak tertarik untuk ikut berdesak-desakkan membeli makanan. Dia lebih tertarik ke perpustakaan sekolah, walau hanya sekedar membaca novel atau mengembalikan buku.
Saat Bella sedang berjalan menuju perpustakaan sambil membawa 2 novel di tangan kanannya. Seorang cowok berlari dengan tergesa-gesa dan menabrak Bella. Karena kaget, 2 novel yang dipegang Bella pun terjatuh dari tangannya.
“Aduh!” umpat Bella.
“Eh, sorry sorry, nih.” Cowok yang menabrak Bella itu berhenti sejenak untuk mengambil novel-novel Bella dan mengembalikannya pada Bella.
“Iya gak apa-apa, lain kali hati-hati dong.”
“Iyaa, sorry banget ya. Gue lagi buru-buru sih.”
“Ya udah sana kalau buru-buru.” Bella mengambil novel-novelnya dan pergi meninggalkan cowok itu yang terlihat heran atas sikap Bella padanya. Tapi setelah kesadarannya kembali, dia kembali berjalan dengan tergesa-gesa ke arah kantin.
***
“Arghhh Sisca, gue lagi sebel!” ucap Bella di dalam kelas setelah mengembalikan 2 novel yang dipinjamnya di perpustakan.
“Sebel kenapa?” tanya Sisca teman sebangku sekaligus sahabat setianya Bella.
“Tadi pas gue lagi jalan, tiba-tiba ada cowok nabrak gue sampe novelnya jatuh.”
“Ya ampun gitu doang, dia gak sengaja kali.”
“Iya gue tau dia gak sengaja, tapi kan… sakit tauuu!!! Bahu gue kena tembok, pasti biru deh nih -_-“
“Ihhh lebay banget sih temen gue nihhh!!!” kata Sisca sambil mencubit pipi chubby sahabatnya itu.
“Ihh Sisca malah gitu. Udahan ah curhatnya.” Bella pura-pura ngambek.
“Haha, yaudah nih mending kita berdua makan cokelat :D”
“Cokelat?” mata Bella berbinar-binar.
“Iya nih.”
“Mauuu. Thank you my best friend forever :*”
Karena asik dengan cokelatnya, Bella pun melupakan kejadian yang barusan saja dialaminya dengan cowok itu.
Yang tanpa dia sadari, kejadian kecil itu akan menjadi sebuah kejadian besar dalam hidupnya…
***
Pelajaran terakhir di kelas Bella dan  Sisca adalah Sejarah. Bagi anak-anak IPA seperti mereka berdua, sejarah adalah pelajaran yang paling membosankan! Kenapa? Wajar aja, mereka berdua memilih IPA karena gak suka dan gak mau berhubungan dengan pelajaran IPS. Tapi sayangnya sejarah masih aja ikut dan menghantui mereka di kelas.
Jam di tangan Bella menunjukkan pukul 13.56 menit, masih ada waktu 4 menit lagi untuk guru sejarahnya menjelaskan tentang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha -_-
“Jadi, kerajaan Hindu-Buddha yang terakhir adalah….”
Kata-kata guru sejarah itu terhenti ketika bunyi bel terdengar merdu di telinga siswa-siswi.
“Yeeees!!! :p” ucap Bella pelan.
“Baiklah, waktunya udah habis. Minggu depan kita lanjutkan lagi ya. KM tolong siapkan.”
“Baik bu. Siap, berdoa…mulai”
Seisi kelas berdoa dalam hati.
“Selesai. Memberi salam.”
“Assalamu’alaikum wr.wb.”
“Walaikumsalam wr.wb.”
Guru sejarah yang pertama kali keluar dari kelas, disusul dengan Bella dan Sisca.
“Akhirnya, akhirnyaa…” ucap Bella senang.
“Kenapa sih lo tuh Bel, kayak mau ketemuan sama cowok aja seneng banget.”
“Yee, emang gue seneng cuma karena cowok doang? Gak lah :p”
“Iya iya. Tuh Riska sama Niken, yuk kesana.”
“Okee”
Bella dan Sisca mendekati Riska dan Niken yang sedang membeli es cendol di depan gerbang sekolah mereka.
“Helloo.. Pulang bareng yukkk!!!” ajak Sisca.
“Oke oke.”
Di saat mereka berempat lagi kepanasan menunggu angkot. Dari arah gerbang sebuah sepeda motor satria F yang dikendarai seorang cowok mendekati mereka.
“Hey, mau pulang bareng gak?” sapa + tanya cowok itu.
“Ngajak siapa lo?” tanya Bella jutek.
“Ngajak lo.” jawabnya sambil tersenyum.
“Ngajak gue? Gue kenal lo aja gak.”
“Hah? Lo udah lupa? Gue yang tadi gak sengaja nabrak lo. Sebagai permintaan maaf gue, gue anterin pulang ya.”
“Idihh, modus tuhh haha.” kata Riska dan Niken berbarengan.
“Gak mau dan gak usah. Gue udah maafin lo kok.”
“Yakin udah maafin?”
“Iya!”
“Hmm, tapi gue belum tenang kalau cuma minta maaf doang. Gue anterin pulang ya?”
“Gak…”
“Udah, ikut aja Bella.” Sisca menyarankan.
Bella memasang tampang tak percaya ‘Sahabatnya rela membiarkan dia ikut sama cowok yang baru aja dikenalnya tanpa sengaja?
“Gak mau. Kasian temen guenya. Udah sih, gue udah maafin lo. Lebay banget sih!”
Seperti kebetulan atau memang keberuntungan Bella, sebuah angkot mendekati mereka dan menawarkan jasa angkutannya.
Bella mengucapkan tujuannya lalu menaiki angkot itu disusul teman-temannya. Cowok yang mengajak Bella pulang bareng melihat seakan menahan tawa, lalu dia melihat ke arah Bella, tersenyum dan mengucapkan “Hati-hati ya cantik :)”
Sontak aja seisi angkot, khususnya teman-teman Bella teriak dan ngecengin Bella.
“Cieee Bellaaaa, dibilang cantik tuh :D”
Bella hanya melengos dan membuang muka dari cowok itu, ‘Dasar cowok stress’ ucapnya dalam hati.
***
Besoknya, Sisca masih aja ngeledekin Bella tentang kejadian kemaren. Cowok yang baru aja di kenal Bella, mengucapkan kata “cantik” ke Bella. Memang perlu diakui, Bella itu cantik cuma sayang aja terlalu jutek, eh salah deh terlalu cuek sama cowok.
“Udah Sisca berhenti ngeledekin gue deh. Nanti gue marah loh!” ancam Bella.
“Jiah lo Bel, mau marah aja bilang-bilang. Marah mah marah aja kali.”
“Terserah.”
“Yahhh, Bella CANTIK beneran marah? wkwk”
“Ihhh Sisca nyebeliinnn!!! Kenapa ngomong cantiknya diperjelas >,<”
“Haha, peace deh CANTIK :p”
“Kesel -_-“
Dan akhirnya, saat ini di sekolah bagi Bella adalah saat menyebalkan. Di kelas dia selalu diledekin Sisca. Saat istirahat Riska, Niken dan Sisca terus-terusan meledeknya tanpa henti yang diselingi tawa keras mereka.
Ketika bel pulang berbunyi. Bella berteriak senang dan berkata pada Sisca “Yes, gue pulang duluan! Gak mau denger ledekan kalian lagi :p”
Bella berjalan sendiri ke depan gerbang sekolah. Tanpa sepengetahuannya, seorang cowok memperhatikannya dan tersenyum simpul. Cowok itu mendekati Riska, Niken dan Sisca, berbasa-basi sebentar. Mengucapkan sebuah kata lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
***
Di kamar. Bella malah memikirkan semua ledekan teman-temannya. ‘Cantik? Oh my God! Betapa playboynya cowok itu. Baru kenal aja udah bilang cantik. Emang sih kalau diliat-liat tampangnya lumayan juga. Haduhhhh apa-apaan sih Bella, kenapa lo jadi mikirin cowok itu?!!’
HP Bella bergetar tanda ada sms.
Bella mengambil HPnya dan membaca sms itum keningnya berkerut,
Hei Bella cantik
Bella gak langsung membalas sms itu, dia mengira itu orang iseng. Atau gak kerjaan teman-temannya yang sengaja mau ngerjain dia.
Everybody hurts some days
It’s ok to be afraid
Everybody hurts, everybody screams
Everybody feel this way and it’s okay
Di layar HP Bella terpampang nomor yang sms Bella tadi memanggil, Bella membiarkannya. Ketika untuk kedua kalinya nomor itu menelepon, barulah Bella mengangkatnya karena merasa terganggu.
“Siapa sih?”
“Jutek banget sih.” Terdengar suara cowok dari seberang.
“Lo siapa?”
“Ngajak kenalan nih?”
“Idih gak lah, udah ah gaje!”
“Eh jangan ditutup dulu, gue Satria, yang kemaren-kemaren nabrak lo. Maih inget?”
“Lo lagi? Tau nomor gue dari siapa? Mau ngapain lagi sih?”
“Dari temen lo haha. Cuma mau kenalan aja.”
“Ish.. Oh.”
Dari pembicaraan-pembicaraan itu, Bella jadi tau kalau cowok yang nabrak dia 2 hari yang lalu bernama Satria, dia kakak kelas, kelas 12 IPA 4. Dia memberitahu segala macam, baik yang ditanya Bella maupun yang tidak.
Entah mengapa Bella merasa nyaman mengobrol dengan dia. Sampai akhirnya mereka menjadi teman akrab. Selalu pulang bareng. Kadang-kadang di hari Minggu mereka pergi, hanya berdua.
Suatu hari, di hari Minggu. Ketika Bella dan Satria sedang menikmati makanan dan minuman di sebuah kafe. Satria berkata,
“Mmm, Bel. Gue mau ngomong sesuatu. Tapi jangan marah ya.”
“Ngomong apa sih? Iya gak akan marah. Apa?”
“Sebenernya… sebenernya gue suka lo.”
Bella yang sedang menyeruput orange juicenya tersedak, “Akh”
“Eh, Bel sorry kalau bikin kaget lo.”
“Gak apa-apa. Lo bercanda kan, Sat?”
“Gak, gue serius. Jadi jawaban lo apa?”
Bella tidak menjawab, hanya menatap mata Satria, mencari keseriusan di matanya. Banyak orang mengatakan mulut bisa bohong, tapi mata gak mungkin bohong.
“Mungkin lo gak bisa jawab sekarang. Gue bakal nunggu lo, sampe lo siap jawab :)”
“Thanks Sat :)”
Satria mengantar Bella pulang. Rumah Bella tampak sepi. Kedua orang tuanya selalu pulang malem. Kakak cowoknya pasti lagi sibuk sama ceweknya. Sudah hal biasa, dan Satria mulai mengerti kalau Bella selama ini kesepian.
“Gue pulang dulu ya, Bel. Thanks for today.”
“Iya hati-hati ya. Oke sama-sama Satria :)”
***
Setelah berpikir dengan jernih dan matang-matang. 2 hari sejak Satria menyatakan cinta pada Bella. Akhirnya Bella pun memberi jawaban pada Satria, dia menerima Satria sebagai pacarnya :)
Hari-hari pun berlalu. Yang namanya awal-awal pacaran, pasti dunia serasa milik berdua, begitupun Bella dan Satria. Mereka selalu pulang bareng, terkadang gak langsung pulang tapi ke kafe dulu. Dan setiap malam minggu, Satria akan menelepon Bella dan mereka pun otpan :D Di hari Minggunya pasti mereka jalan berdua, baik nonton atau sekedar makan-makan.
Tepat sebulan hari jadian mereka, Satria menelepon Bella,
“Happy Anniversary ya sayang :D”
“Iyaa, happy anniversary too sayang :D Ciee kamu inget. Hehe”
“Iya dong, masa hari special gak inget sih cantik :)”
Bella yang mendengar kata-kata itu hanya tersipu malu.
Yaa, begitulah hari-hari selanjutnya, Bella hanya merasakan kebahagiaan tanpa adanya kesedihan.
***
Tetapi sayangnya kebahagiaan itu tak bertahan lama..
Saat istirahat, Bella melihat Satria jalan berdua ke kantin dengan seorang cewek. Bella tau itu teman sekelasnya. Melihat cowoknya jalan dengan cewek lain, Bella pun merasa cemburu.
Ketika pulang bareng, Bella rasanya ingin bertanya pada Satria tentang cewek itu, tapi dia mengurungkan niatnya dan berpura-pura tidak melihatnya. Dia takut Satria mngecapnya sebagai “Cewek cemburuan”.
“Makasih, hati-hati ya sayang.” ucap Bella di depan rumahnya.
“Iya.” Satria pun pergi.
‘Iya doang?’ tanya Bella dalam hatinya.
Biasanya, setelah sampai rumah Satria ngirim sms ngasih kabar. Tapi ini gak, sampai jam 10 malam Satria gak sms Bella satu pun.
‘Kenapa sih kamu Sat? Kok berubah gini? Udah bosen sama aku?’
Bella pun tidur dengan pertanyaan yang berkecamuk dipikirannya.
***
Besok paginya, Bella melihat Satria sedang berdua dengan cewek itu di parkiran sekolah. Bella tau, Satria pasti berangkat bareng sama cewek itu.
Saat istirahat pun Satria jalan berdua ke kantin dengan cewek itu, mereka tampak seperti pacaran. Bella benar-benar cemburu melihat mereka berdua!
Dan itu berlangsung setiap hari. Kalau dihitung-hitung sudah hampir sebulan Satria jalan berdua sama cewek itu. Dan selama itu pula Bella menahan dirinya untuk menanyai masalah itu pada Bella, tapi untuk hari ini Bella udah gak tahan. Dia putuskan untuk bertanya pada Satria saat pulang sekolah.
Bella pun menunggu waktu pulang dengan tak sabar. Dan saat bel pulang berbunyi, guru matematika keluar kelas, Bella langsung keluar kelas tanpa pamit dulu pada Sisca. Sisca yang melihatnya hanya menaikkan satu alis matanya, dia tau pasti ini ada hubungannya dengan Satria. Karena semalem Bella udah curhat padanya tentang masalah Satria dan cewek itu.
Di parkiran sekolah, Satria tampak sedang duduk di atas motornya sambil bersenda gurau dengan teman-temannya. Bella menghampiri mereka, Satria yang melihatnya tersenyum. Lalu pamit pada teman-temannya.
Di perjalanan terasa sunyi hanya suara angin dan kendaraan lain yang terdengar. Tidak ada obrolan dari mereka berdua.
Sesampainya di rumah Bella, tanpa basa-basi Bella langsung berkata “Tadi berangkat bareng siapa?”
“Hah, siapa? Wulan? Dia temen sekelas gue.”
‘Gue? Biasanya juga aku atau Satria’
“Kok keliatannya mesra banget ya.”
“Biasa aja tuh.”
“Oya?”
“Terus mau lo apa? Lo mau kita putus?”
DEG! Bukan kata-kata itu yang mau Bella dengar dari mulut Satria. Dia cuma mau mendengar ungkapan ‘Tenang aja, dia bukan siapa-siapa aku kok. Dia cuma teman doang.’
“Ya udahlah kita putus aja ya. Gue juga udah muak sama sikap lo yang cemburuan itu. Sekarang masing-masing aja!” Satria menstarter motornya lalu meninggalkan Bella yang terdiam mematung.
Sedetik kemudian Bella berlari ke dalam kamarnya dan menangis.
***
Sejak putus dari Satria, Bella terlihat lebih murung. Ditambah, setiap di sekolah, Satria tampak mesra dengan cewek barunya, Wulan. Bikin Bella tambah kesal aja!
Ketika pulang sekolah, Bella iseng membuka FBnya. Di berandanya terlihat kakak cowoknyanya menulis status di FB. ‘Dasar, padahal udah punya twitter, tapi masih aja update status di FB wkwk’.
Tapi entah mengapa, tiba-tiba terlintas dibenaknya untuk mengeklik profil FB kakaknya itu. Seperti ada perasaan yang menyuruh dia memecahkan suatu masalahnya. Yang bahkan Bella sendiri gak tau apa masalahnya.
Dia melihat dinding FB kakaknya itu, ada wall dari seorang cewek “Thanks udah buat gue sakit gini :’)” Membaca wall itu membuat Bella penasaran, dia mengeklik nama FB cewek itu. Irene Fransiscya. Loading, dan tampillah profil cewek itu. Melihat foto profilnya, Bella tersentak kaget.
“Ini kan…… Satria”
Ya, foto profil Irene Fransiscya bersama seorang cowok yaitu mantan pacarnya, Satria. Di sibling profil FB Irene, Satria tertulis sebagai saudara laki-lakinya. ‘Berarti Satria adik Kak Irene?
Bella pun langsung mencari keberadaan kakaknya. Nico, kakak cowoknya sedang duduk di ruang TV.
“Kak, mantan kakak ada yang namanya Irena Fransiscya?” tanya Bella to the point.
“Hah? Tau dari mana lo?”
“Gak penting tau darimana. Kakak udah nyakitin dia? Pasti kakak mutusin dia tanpa alasan kan!?” Yap, Bella tau kebiasaan buruk kakaknya. Kakaknya playboy, suka nyakitin perasaan cewek dan memutuskan ceweknya tanpa alasan yang jelas.
“Bukan urusan lo!”
“Itu urusan gue! Kakak pernah mikir gak sih? Kakak tuh punya adik cewek,  kalau adik lo digituin gimana? Hah!” Bella mulai terpancing emosi.
“Tapi faktanya gak kan!”
“Faktanya Iya kak! Dan kakak puas kan udah buat adiknya sakit kayak mantan-mantan kakak itu?!” Bella pun berlari ke dalam kamarnya sambil menangis tersedu-sedu.
Nico mengejarnya, “Siapa cowok yang udah nyakitin lo? Bilang ke gue!”
“Buat apa kak? Emang kakak peduli sama gue? Selama ini kan kakak sibuk sama cewek-cewek lo. Sibuk nyakitin mereka!”
“Gue peduli lah, gue kan kakak lo!”
“Harusnya kalau kakak peduli sama gue, kakak gak bakal nyakitin cewek-cewek. Ini karma kak, karma untuk kakak yang gue terima!”
Nico berpikir sejenak. Mencari tau siapa cowok yang udah nyakitin adiknya, setelah dia menemukan sebuah nama, dia pun pergi meninggalkan adiknya ke suatu tempat.
***
Setelah sampai di tempat yang Nico tuju. Dia masuk ke dalam halaman sebuah rumah. Mengetuk pintu depannya.
Seorang cewek cantik membukakan pintu dan terlihat kaget melihat siapa yang datang, “Nico?”
“Gue gak mau basa-basi. Mana adik lo?”
“Adik gue? Ada perlu apa lo sama adik gue?” bingung cewek itu.
“Lo tau gak? Adik lo udah nyakitin adik gue!”
“Maksud lo?”
“Alah gak usah sok lugu. Jangan-jangan lo lagi yang nyuruh adik lo buat nyakitin adik gue!”
“PIkiran lo dangkal banget ya! Gue gak pernah nyuruh adik gue buat nyakitin adik lo. Karena gue gak mau ada cewek lain ngalamin hal yang sama kayak gue!”
“Muna lo! Mana adik lo?!”
“Adik gue gak ada di rumah! Dia lagi main! Mending sekarang lo pergi dari rumah gue!”
“Gak usah bohong, mana adik lo?!”
Di saat Nico dan Irene sedang beradu mulut. Dari luar pagar, Bella yang daritadi mengikuti Nico dari belakang mendekati mereka berdua.
“Udah kak, STOP!” teriak Bella.
“Bella, ngapain lo disini?”
“Bella tau, saat kakak pergi, kakak pasti ke rumah kak Irena, makanya Bella ngikutin kakak dari belakang.”
“Oke. Cowok yang udah nyakitin lo namanya Satria Frans Darmawan kan? Dia adik cewek ini!”
“Ya. Dan aku tau kalau dia adik mantan kakak, kak Irene. Aku juga tau kalau maksud Satria nyakitin aku buat balas dendam, karena kakak udah nyakitin kakak ceweknya. Bella sebagai cewek tau, kak Irene gak mungkin nyuruh adiknya nyakitin aku. Pikiran dia gak sepicik itu. Harusnya kakak sadar, ini semua kesalahan kakak. Gak seharusnya kakak marah-marah ke kak Irene ataupun Satria. Ini hanya sebagai pelajaran buat kakak, biar kakak gak nyakitin cewek lagi :’) Kak Irene, aku mewakili kak Nico minta maaf atas semua yang dia lakukan ke kakak. Semua udah terbalas kak :) Permisi.”
Bella menarik kakaknya keluar dari rumah kak Irene. Nico hanya diam dan mengikuti adiknya. Dia naik ke atas motornya dan diikuti oleh adiknya. Nico pun langsung menstarter motornya  meninggalkan rumah mantannya itu.
***
Malam harinya, sekitar pukul 19.00 seorang cowok memarkirkan motor Satria Fnya di garasi rumahnya. Setelah itu dia berjalan santai memasuki rumahnya.
“Aku pulang.”
“Satria, kenapa kamu nyakitin Bella? Dia gak salah apa-apa? Kenapa kamu tega de?” Irene menangis tersedu-sedu.
Satria yang melihat kakaknya menangis langsung menghampirinya dan memeluknya.
“Maaf kak, aku cuma mau Nico tau gimana rasanya ngeliat orang yang dia sayang terluka.”
“Tapi tindakan kamu itu udah nyakitin seorang cewek yang gak bersalah.”
“Iya kak, aku tau. Dan aku menyesal. Sekarang aku baru merasakannya, kalau ternyata aku benar-benar suka sama Bella.”



_Tamat_

Your Reply