Archive for 2010

PERSAHABATAN 10


.

*Minggu-minggu berikutnya*
When you're gone.
The pieces of my heart are missing you.
When you're gone.
The face i came to know is missing too.
When you're gone.
The word i need to hear, to always get me through the day...
Dilayar HP Citra terpampang jelas nama 'Daniel masa lalu'.
Citra pastinya kaget ngeliat nama Daniel nelepon dia.
Citra melihat lekat-lekat layar HPnya, mungkin dia salah lihat.
Di hati dan pikiran dia sekarang kan cuma ada Daniel, semua tulisan yang dia lihat bisa jadi Daniel.
Tapi nama Daniel di layar HPnya nggak berubah-ubah tetap 'Daniel masa lalu'.
"Halo," Akhirnya Citra mengangkat teleponnya.
"Hey Cit, sorry ganggu. Apa kabar?" pertanyaan basi untuk mengawali pembicaraan dengan orang yang sudah lama nggak ketemu.
"Ya, baik. Lo?"
"Sama. Mmm,,"
"Kenapa Daniel?"
"Lo bisa datang nggak ke Rumah Sakit Abadi sekarang?"
"Hah? Siapa yang sakit?" Citra mulai khawatir.
"Cewek gue." jawab Daniel pendek.
"Owh,," dengan malas Citra melanjutkan ucapannya "Cewek lo sakit apa?"
"Kankernya makin parah."
"Sorry sebelumnya, kenapa gue harus datang ke rumah sakit?"
"Gue juga nggak tahu, itu permintaan cewek gue."
Saat mendengar Daniel berkata
'itu permintaan cewek gue' hati Citra sakit.
Daniel nelepon Citra cuma demi ceweknya nggak ada maksud lain. Nggak ada maksud untuk nelepon Citra.
Mungkin sebenarnya Daniel terpaksa menelepon dia.
"Iya deh, gue ke rumah sakit." ucap Citra.
"Makasih, gue jemput lo. Tunggu ya!"
"Ehh,,..." Citra berusaha mencegah Daniel menjemputnya.
Tuttt... Tuttt...
Tapi telepon dari Daniel terputus.
Citra bangun dari tempat tidur. Berjalan ke lemari baju, mengambil kemeja biru kotak-kotak dan jeans hitam.
Setengah jam kemudian, dari luar rumah Citra terdengar suara motor.
Citra tahu itu Daniel, dia berlari keluar rumah.
Dia melihat Daniel duduk di motornya, memakai kemeja merah bata, di tangannya melingkar sebuah gelang, gelang pemberian ceweknya.
Cewek Daniel juga pakai gelang itu, gelang tanda cinta mereka kali.
Daniel yang baru sadar kalau Citra sudah berdiri di depan dia tersenyum dan berkata "Hey, Cit!"
"Hey. Yuk berangkat!" Citra merasa canggung.
"Iya."

*Di rumah sakit Abadi*
Di depan Citra, terbaring seorang cewek yang mukanya pucat, wajah cantiknya tertutupi oleh rasa sakit yang dideritanya.
"Nadien." panggil Daniel.
Nama cewek Daniel ternyata Nadien. Nama yang indah.
Nadien terbangun dari tidurnya, "Daniel, itu Citra ya?"
"Iya."
"Hey Nadien. Aku Citra, salam kenal ya."
"Iya, salam kenal juga."
"Kalian berdua ngobrol aja, gue keluar ya." pamit Daniel.
"Jangan! Di sini aja!" cegah Nadien.
Citra menghela nafas, "Ada yang mau diomongin?"
"Iya, aku tahu kamu mantan tunangan Daniel." ucap Nadien pelan. Dia berbicara dengan memanggil aku dan kamu.
Deg... Citra menengok ke arah Daniel, Daniel tampak kaget. Ternyata Nadien tahu Citra mantan tunangannya bukan dari Daniel.
Tapi Daniel hanya diam, nggak bertanya darimana Nadien tahu kalau Citra mantan tunangannya.
"Pertunangan kalian dibatalkan karena aku kan?"
Nggak ada yang menjawab, ruangan rumah sakit itu sunyi.
"Umur aku tinggal sebentar lagi,..." kata Nadien lirih.
"Stop! Jangan ngomong gitu Nadien!" teriak Daniel.
Nadien tersenyum, "Kalau nanti Nadien udah nggak ada, Nadien mau Daniel pacaran sama Citra."
"APA???" kaget Citra dan Daniel barengan.
Nadien tersenyum, "Kalau nanti Nadien udah nggak ada, Nadien mau Daniel pacaran sama Citra."
"APA???" kaget Citra dan Daniel barengan.
"Kamu ngomong apa sih Nadien. Daniel kan nggak suka aku mana mungkin kita pacaran. Haha." Citra berusaha tertawa.
Kata-kata Citra berubah jadi 'aku dan kamu' karena mengikuti Nadien.
"Daniel suka sama kamu kok. Iya kan Daniel?"
". . ." Daniel diam.
"Daniel?" Nadien menyentuh tangan Daniel.
"Mmm,, Iya."
Terdengar di telinga Citra, Daniel mengucapkan kata 'iya' dengan terpaksa.
"Tuh kan benar. Citra mau kan pacaran sama Daniel?"
"Iya." jawab Citra pendek.
Daniel dan Citra saling berpandangan satu sama lain.
"Apa yang ada di hati kamu Daniel?" tanya Citra dalam hatinya.
"Mmm, Citra. Ini gelang aku, kamu pakai ya! :)" Nadien menyerahkan gelang yang sama dengan Daniel.
"Ihhh... Jangan! Itu kan gelang kalian berdua." tolak Citra dengan sopan.
"Terima dong Citra. Nanti kan kalian juga pacaran." Nadien memohon.
"Terima aja." kata Daniel singkat.
"Hhh... Makasih ya :)" Citra berusaha tersenyum, walau hatinya sakit. Karena Daniel menyuruh Citra mengambil gelang itu hanya untuk membahagiakan Nadien.

Sejak kejdian di rumah sakit itu,, Citra dan Daniel lost contact again.
Daniel nggak pernah ngehubungi Citra, begitu pun dengan Citra, dia nggak pernah ngehubungi Daniel.
Menjauh satu sama lain.

*Beberapa bulan kemudian, Di sekolah seperti biasa*
Laura dan Aldi makin mesra aja dehh.
Ternyata cewek yang waktu itu ngajak Aldi pulang pas di taman sekolah saat Laura lagi nyatain cintanya ke Aldi, cewek itu saudara kembarnya Aldi.
(Hah? Saudara kembar? Beda banget mukanya, nggak ada mirip-miripnya sedikit pun. Tapi mereka beneran saudara kembar loh)
Abel dan cowoknya? Cowoknya Abel itu temannya Daniel, anak futsal juga. Namanya Vicky. Sudah tahu kan?? Kan pernah diceritain.
Kalau soal Daniel, cewek Daniel meninggal dunia, tapi ceweknya pasti bangga punya cowok kayak Daniel.
Citra pacaran sama Daniel deh...
(haduhh, kalau akhirnya pacaran ngapain pertunangannya dibatalin, ditunda aja. Tapi, ditunda sampai kapan? Sampai ceweknya meninggal? Berarti ngedoain ceweknya meninggal dong kalau gitu... [-_-])
Oya,, Citra pakai gelang pemberian Nadien yang dikasih waktu di rumah sakit Abadi.
Gelang itu kan termasuk amanat dari Nadien. Jadi harus dipakai. Walau terkadang Daniel suka inget Nadien karena gelang itu.
Dan Icha?
Dia masih jomblo aja nih...
Jangan-jangan, Icha benar-benar milik Laura selamanya lagii... Hehe
"Wekk,, nggak mauu! :'("
Nggak kok, Icha akhirnya pacaran sama teman masa kecilnya. Murid baru yang namanya Bagas itu lohh.
Saat pulang dari rumah Laura,, Bagas nyatain cintanya ke Icha.
So sweet yaa.
Endingnya bahagia. Nggak ada yang menderita... Seneng deh :)

-The end-

PERSAHABATAN 9


.

*Besoknya di rumah Citra*
Mama, papa, dan adik Citra lagi duduk di ruang tv.
"Ma, Pa. Citra mau ngebatalin pertunangan Citra."
"Hah? Apa maksud kamu?"
"Citra, nggak suka Daniel. Daniel juga nggak suka Citra."
"Tapi,,"
"Daniel juga mau ngebatalin pertunangan ini, Pa."
"Tapi papanya Daniel itu sahabat papa, nggak mungkin papa batalin pertunangan ini."
"Citra mohon sama papa. *_*" Citra memasang tampang serius penuh harap.
"Udahlah, Pa. Batalin saja. Kalau mereka nggak saling cinta, nggak mungkin kita paksain kan." ucap mama bijak.
Papa Citra luluh, "Baiklah, papa akan usahakan. Lusa papa akan bicara dengan orangtua Daniel."
"Makasih, Pa." Citra memeluk papanya.
"Lo tahu Daniel. Gue kayak gini cuma buat lo. Mungkin gue bakal lebih senang kalau cowok yang gue suka bahagia." ucap Citra dalam hati.

*Hari Sabtu Di sekolah*
Icha dan Bagas makin dekat saja.
Sekarang teman dekat Icha bukan tiga lagi tapi empat. Abel, Citra, Laura dan Bagas.
Abel dan cowoknya nggak pernah ada masalah ya, bagus deh. Cinta sejati kali.
Semoga bisa sampai ke pernikahan, terus awet hingga ajal menjemput.
Citra dan Aldi makin mesra. Serasa dunia milik mereka berdua.
"Besok, pertunangan gue dibatalin." ucap Citra pelan.
Teman-temannya memasang tampang iba dan sedih.
"Dia bukan jodoh lo kali."
"Masih banyak cowok di dunia ini kok."
"Lo pasti bakal dapet cowok lain, lo kan cantik."
"Makasih semuanya! Gue sayang kalian."
Berpelukaaann...

*Di rumah Daniel*
Sebelumnya, orangtua Citra dan Daniel sudah bicara tentang dibatalkannya pertunangan anaknya.
"Kita memang nggak bisa memaksakan kehendak kita ke anak-anak kita ya." kata papa Citra bijak.
"Iya. Kita juga harus memikirkan kebahagiaan anak-anak kita." ucap papa Daniel.
And finally, pertunangan Citra dan Daniel pun dibatalkan.
"Makasih ya, Citra." ucap Daniel saat Citra dan keluarganya mau pulang.
"Iya, sama-sama. Lo harus jaga cewek lo baik-baik ya!"
"Oke."
(over again,, Cinta tidak harus memiliki. .)

*Minggu berikutnya setelah pertunangan Citra dibatalkan*
"Please, jangan mesra-mesraan di depan gue!" perintah Citra.
Terlihat di mata Citra, Bagas dan Icha lagi asyik ngobrol.
Apa mereka pacaran? Sepertinya tidak. Bagas nggak pernah menyatakan cintanya ke Icha.
Hanya Citra saja yang menganggap kalau Bagas dan Icha pacaran.
Laura lagi asyik pacaran sama Aldi.
Sedangkan Abel lagi duduk berdua ngerjain tugas di rumah Laura, sama siapa lagi selain sama Vicky. Cinta sejatinya.
"Hee. Maaf yaa."
Laura dan Abel langsung menjauh dari pacarnya masing-masing.
"Maaf, Cit. Tapi gue sama Bagas kan cuma temenan. -__-" Icha ikutan menjauhi Bagas.
"Sama saja. Kalian berdua dekat-dekatan!"
"Lo kenapa nggak cari pacar sih?" tanya Bagas.
"Iya, lo kan cantik." gombal Aldi.
"Heehh, ada ceweknya juga, ngerayu cewek lain! :3" cemburu Laura.
"Gue tetep suka lo kok." Aldi mengusap-usap rambut Laura seperti mengusap-usap kepala anjing kecil. Peace ^_^v
"Gue masih suka Daniel." jawaban cepat yang simple dari mulut Citra.
"Lo udah cinta mati ya sama Daniel?"
"Yaa, mungkin."
Laura, Icha, dan Abel melihat satu sama lain. Lalu berjalan mendekati Citra yang lagi duduk di teras depan.
"Gue yakin, akhirnya lo bakal bahagia sama Daniel." kata mereka bertiga bijak. Mereka langsung memeluk Citra.
"Semoga saja."
Bagas, Aldi, dan Vicky hanya melihat mereka berempat dari dalam rumah Laura dan membiarkannya menumpahkan segala isi hatinya.

_bersambung_

PERSAHABATAN 7-8


.

*Di rumah Daniel*

Daniel ngajak orang tuanya bicara penting.

"Pa, Ma. Daniel nggak mau tunangan sama Citra!"

"Apa yang kamu katakan Daniel!!!" papanya mulai terpancing emosi.

"Apa omongan Daniel nggak jelas? Daniel nggak suka Citra!"

"Pertunangan ini nggak bisa dibatalkan!"

"Tapi Daniel udah punya cewek, Pa."

"Putusin dia!"

"Nggak akan!" Daniel keluar dari rumah.

Daniel tahu apa yang dilakukannya nggak akan mengubah keputusan papanya untuk menjodohkan dia dan Citra.

Karakter papanya keras kepala. Sangat sulit untuk mengubah keputusannya, apalagi menentang keputusannya.

Papanya mengutuk-ngutuk Daniel, mamanya berusaha menenangkan suaminya itu.



*Di sekolaahh*

Empat orang cewek lagi ngumpul-ngumpul di depan teras kelas.

"Aduhh, yang lagi seneng." ucap Citra.

"Iya nih, yang kemaren baru di terima cintanya."

"PJnya jangan dilupain dong!"

"Ihhh, apa sih kalian. Kan jadi malu! :*)" Laura menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"Eh, tunggu deh. Yang ngasih nomor gue ke dia siapa sih?" selidik Laura.

"Gue. Hehe. Marah ya? Maaf deh. >o
"Nggak mungkin marah dong cin, malahan gue mau berterima kasih sebanyak-banyaknya sama lo." ucap Laura.

Dia memeluk Icha amat sangat erat.

"Mau bilang makasih sih nggak apa-apa, tapi nggak usah meluk-meluk gini ah. Gue masih normal! >o<"

"Ini kan tanda cinta sahabat!" Laura tak mau melepaskan pelukannya.

"Kalau gini terus, gue nggak punya-punya cowok nih!"

"Biarin! Biar Icha jadi milik Laura selamanya!" canda Laura.

"Hihhh... Gak mauuu!!! Lepasiinn!!"

"Hahahahaha" tawa teman-temannya meledak.

"Citra!" panggil Daniel.

Kapan datengnya? Kok tiba-tiba muncul. Bagai malaikat yang datang tanpa suara, bersinar-sinar dan bercahaya-cahaya. (malaikat atau setan?)

"Daniel? Kenapa?"

"Gue mau ngmong sama lo!"

Citra dan Daniel berjalan ke pohon rindang di taman sekolah.

"Ngomong apa?" tanya Citra.

"Lo harus batalin pertunangan kita!" jawab Daniel.

"Gue kan udah bilang, gue nggak mau!"

"Lo kan nggak suka gue, ya nggak usah dipaksain." kata Daniel tegas.

"Tapi gue,..." Citra menghentikan kata-katanya.

"Lo tau, cewek gue sakit kanker."

Citra nggak bisa ngmong apa-apa lagi.

"Gue mohon sama lo demi cewek gue. Tolong lo bantu gue buat batalin pertunangan ini."

Daniel memhon padanya hanya karena cewenya. Betapa cintanya Daniel sama ceweknya. Citra merasa dia nggak akan pernah masuk ke hati Daniel sedikit pun.

"Hmm. Ya udah. Gue bantu lo."

"Makasih. Gue tau lo cewek baik."

Dalam hati Citra, "Kalau gue baik, kenapa lo nggak suka sama gue. Kenapa lo nggak mau buka sedikit pun hati lo buat gue? Damn*"



*Di dalam kelas*

"Hiks...hiks... Tadi Daniel nyuruh gue bantu dia batalin pertunangan lagi. Gue kira dia mau nyatain cintanya atau apa gitu yang romantis. Eh, ternyata... :("

"Tapi lo tolak kan?"

"Gue bilang iya."

"Bodoh! Kenapa bilang iya!" kata Abel emosi.

Citra menceritakan betapa cintanya Daniel sama ceweknya selengkap-lengkapnya.

"Kalau alasannya itu sih, gue juga bakal bilang iya."

"Kalau lo mau nangis. Lo datang aja ke rumah gue." ucap Laura.

"Yaa. Pasti gue datang. :)"

"Nanti kita nangis sama-sama." kata Icha.

"Nangis sama-sama? Kenapa?" tanya Citra, Abel, dan Laura.

"Kan cinta sahabat, jadi apa yang lo lakuin kita dukung dan kita lakuin bareng-bareng."

"So sweet..."

*Di rumah Laura*

"Jahat banget sih Daniel!"

"Nggak punya perasaan!"

"Hatinya udah dihancurin sama ceweknya."

"Semua isi hatinya cuma ceweknya terus. Nggak ada yang lain. Apaan tuh. Huhh."

"Gue nggak suka sahabat gue didzolimi." kata Abel.

"Didzolimi?"

"Iyaa. Di dzolimi. Jahat pokoknya dia tuh!"

"Gue baru ketemu cowok jahat kayak dia!" ucap Laura.

"Awas aja kalau dia buat nangis sahabat gue lagi! Gue buang ke ujung dunia!" ancam Icha.

"Makasih teman-teman." Citra mulai berkaca-kaca.

Lima menit kemudian, Citra menangis.

"Hiks... Hiks..."

"Gue ikutan sedih... Hiks"

Akhirnya,, mereka benar-benar nangis bareng-bareng.

Suasana rumah Laura yang sepi dan sunyi. Tak ada orang lain selain mereka berempat membuat mereka bisa dengan leluasa mencurahkan isi hatinya.



*Hari Kamis di sekolah*

Wali kelas 11ipa3 masuk ke dalam kelas.

Di kelas lagi belajar ips, pelajaran yang penuh dengan tulisan di buku.

Wali kelas 11ipa3 namanya Bu Rika, wali kelas paling baik di sekolah.

"Maaf mengganggu sebentar ya." ucap Bu Rika.

"Iya, bu. Nggak apa-apa. Lama juga nggak apa-apa." teriak seorang murid.

"Huhhh. Maunya..." teriak semuanya serempak.

"Kalian juga mau yang lama kan?" tanya dia.

Tapi anak-anak pada nggak jawab. Bungkam semua.

"Huhh, pada diem." ucap murid itu kesal.

Bu Rika hanya tersenyum melihatnya.

"Ibu ingin memperkenalkan murid baru. Ayo silahkan memperkenalkan diri!"

Masuk seorang cowok tinggi, dilihat dari mukanya sih kayak pendiam. Tapi,,

"Hay semua! Nama gue Bagas. Salam kenal ya!" ucap cowok itu sok imut.

Seisi kelas sibuk mengomentari murid baru itu.

"Ya sudah. Kamu duduk di sebelah Ifan ya!"

"Iya, bu. Makasih."

Bagas duduk di sebelah Ifan, mengajaknya kenalan. Bu Rika keluar dari kelas.

Pelajaran ips pun berlangsung lagi.



*Saat pulang sekolah*

"Icha." panggil Bagas.

Icha menengok ke arah cowok itu.

"Kok tahu nama gue sih?" tanya Icha.

"Ya iyalah tahu."

"Emang pernah ketemu gitu?"

"Sombong banget sih. Masa nggak inget gue?"

"Sorry, tapi gue benar-benar nggak inget lo."

"Gue kan teman masa kecil lo."

Icha mengingat-ingat ke masa-masa kecilnya. Di masa kecilnya dia cuma punya seorang cowok yang gendut, hitam, tingginya sepantar sama Icha. Dan namanyaaa . .(Icha berpikir sejenak) , "Bagas".

"Ya ampun, Lo Bagas yang dulunya gendut dan hitam itu?"

"Lo kok ingetnya yang jelek-jeleknya sih. Tapi iya benar, itu gue. Inget?"

"Maaf. Hee* Inget! Tapi beda banget."

"Iya dong. Hahaha"

Ada rasa aneh dalam hati Icha. Apa mungkin itu cinta?

Ntahlahh...

_bersambung_

PERSAHABATAN part 5-6


.

*Pukul 17.00, di rumah Abel*

"Assalamualaikum" terdengar suara bel ditekan.

"Waalaikumsalam, tunggu yaa!" teriak Abel.

Ckleekk...

Abel membuka pintu depan rumahnya.

"Vicky? Tumben ke rumah gue."

(sekedar informasi, vicky itu cowoknya Abel)

"Seneng dong cowoknya dateng!"

"Iya, iya. Seneng :)"

"Nggak ikhlas amat senyumnya."

"Hihh, sok tau. Orang senyumnya udah ikhlas banget juga."

"Bagus deh."

"Oya, nggak latian futsal? Kan mau tanding." tanya Abel sinis.

Gara-gara sekolahnya mau tanding futsal, Abel dan Vicky jadi jarang ketemu.

"Udah. Jangan sinis gitu deh. Latihan terakhir loh sekarang!"

"Dih?? Berarti lombanya besok dong!"

"Iya Abel sayang. Pinter deh!"

"Abel kan emang pinter :p. Jam berapa? Di mana?"

"Narsis! Besok jam 2 siang, di sekolah kita. Dateng ya!"

"Hehe. Ok! Ada Daniel nggak?"

"Hah? Lo nanya Daniel?" cemburu Vicky.

"Hahaha, nggak usah cemburu gitu. Daniel kan tunangannya Citra."

"Owwhh. Dia ikut! Ajak Citra aja!"

"Sippp!"

Allahuakbar... Allahuakbar...

Tanpa terasa, sudah adzan. Waktu begitu cepat berlalu (lebayyy).

"Gue pulang ya!"

"Nggak salat dulu?"

"Di rumah aja!"

"Yang bener di rumah salat?" tanya Abel nggak percaya.

"Iyalah. Udah ya! Bye!"

"Iya. Bye!"



*Hari Rabu Di sekolah*

"Eh,eh. Nanti siang nonton tanding futsal sekolah kita vs sekolah sebelah yuk!" ajak Abel saat istirahat.

"Males ah." jawab Icha, Citra, dan Laura serempak.

"Jahatnyaaa :'( Nggak temenan lagi ah!" Abel ngambek.

"Bercanda Abel!"

"Jadi pulang sekolah nonton nih?" tanya Abel untuk memastikan.

"Iyaaa." jawab mereka bareng-bareng.

"Daniel juga ikutan tanding futsal loh!"

"Oyaa?" tanya Citra.

"He'eh. Lo dateng ya buat dukung dia!"

"Dukung dia? Hmm."

"Iyaaa... Ok.ok"

"Mungkin."

"Kenapa mungkin?"

"Bagi dia, gue bukan siapa-siapa kan. Pasti ceweknya dateng dan ngedukung Daniel :(. Jadi buat apa gue dukung dia." Citra tampak sedih.

"Udah dateng aja! Terus dukung dia! Nggak usah peduliin ceweknya!"

"Ya."



*Pulang sekolah*

"Ayo kita nonton tanding futsal teman-teman!" ajak Abel.

"Ayoo!" kata Laura semangat.

"Yaa!" jawab Citra.

"Duluan deh. Gue mau ke perpustakaan dulu." ucap Icha.

"Haduhh, temen gue tumben-tumbenan rajin banget mau ke perpustakaan!" kata Laura sambil menepuk-nepuk pundak Icha.

"Gue mau ngembaliin buku. Udah ya! :D"

"Owwhh, ngembaliin buku. Dikirain mau baca-baca buku. Huhh :p. Kita tunggu di depan gerbang sekolah yaaa!" Terdengar suara Citra, Laura, dan Abel dalam kelas.

"Iyaaa!" teriak Icha di luar kelas.

Icha berjalan kearah perpustakaan.

Setelah ngembaliin buku yang dipinjamnya, Icha cepat-cepat berjalan ke arah gerbang sekolah, karena teman-temannya sedang menunggunya.

Tapi di tengah jalan, seorang cowok mendekatinya.

Mukanya familiar di mata Icha.

Mereka berdua berbicara sebentar, lalu cowok itu mengeluarkan HPnya, dan mencatat sesuatu.

"Thanks ya." ucap cowok itu.

"Iyaa." Icha berjalan menjauh dari cowok itu.

*Di gerbang sekolah*

"Lama amat sih! Ayo,ayo cepetan! Nanti keburu dimulai." Abel semangat 45.

"Emang gue lama ya?" tanya Icha ke Laura.

"Nggak kok. Nggak lebih dari 15 menit."

"Eh, kalo di pikir-pikir kenapa kita nunggu Icha di gerbang? Kenapa bukan di lapangan futsal aja sih!" gerutu Citra.

"Iya, ya? Udahlahh... Yang penting sekarang kita nonton!"

Nggak lebih dari 10 menit. Mereka semua udah sampai di lapangan futsal.

Lapangan futsal tampak rame di penuhi orang-orang yang mau nonton tanding futsal.

"Tuh kan udah rame, nanti kita nggak keliatan lagi nontonnya! Icha sih lama ke perpustakaannya!" ucap Abel.

"Disitu kosong kok! Pasti keliatan! Nggak usah lebay gitu deh!" Icha sudah kepancing emosi.

Mereka berjalan ke tempat kosong yang ditunjuk Icha. Ternyata bener kata Icha, dari tempat ini pertandingan futsalnya keliatan, lalu mereka pun menonton pertandingan futsal dengan serius.

Babak ke satu selesai, skornya 1-1. (Seri)

Babak ke dua dimulai, futsal lawan bertanding dengan hebat.

Abel sibuk teriak-teriak menyemangati Vicky dan kawan-kawan.

Citra yang tadinya mau menyemangati Daniel, cuma diam, karena Daniel sudah disemangati ceweknya.

Pada akhirnya, futsal yang menang dari SMA 1, SMA Vicky. 2-1.

Cepat-cepat Abel berlari ke arah Vicky dan meninggalkan teman-temannya. Sebelumnya dia pamit dulu ke teman-temannya. Mohon doa restu. Hahaha

"Selamat ya! Menang! Hebat deh!" kata Abel ke Vicky yang lagi meneguk air dari aqua botolnya.

"Iyalah menang, udah pasti itu mah." sombong Vicky.

"Huhh dasar!!"



*Jam 19.00 Di rumah Laura*

Laura lagi duduk nonton sinetron yang banyak nggak disukai cowok.

Memang sinetron itu menyebalkan, apalagi kalau musuhnya ditambah lagi, yang tadinya satu jadi dua. Atau nggak, musuh yang satu hilang, muncul musuh yang kedua.

Nggak pernah selesai deh masalahnya.

Tapi mau gimana lagi, mau nggak mau ditonton juga deh.

HP Laura berdering, ada nomor tak di kenal nelepon.

"Halo, siapa nih?" Laura mengawali pembicaraan.

"Halo Ra, ini gue Aldi."

Bukan main senangnya Laura.

Tanpa disangka-sangka Aldi nelepon dia, di saat dia lagi BT.

"Tau nomor gue dari siapa?" tanya Laura yang merasa nggak pernah ngasih nomornya ke Aldi.

"Dari teman lo."

"Hah? Siapa?"

"Nggak tau deh siapa."

"Ketemu dimana?"

"Di koridor."

"Ciri-cirinya gimana?"

"Yaa, cewek aja."

"Iya tau cewek, tapi rambutnya gimana?"

"Heyy, gue nelepon lo bukan mau ngomongin teman lo."

"Hehe, maaf,maaf. Emang mau apa?"

"Pertanyaan lo waktu di taman masih berlaku nggak?"

Laura berpikir, di taman? Taman sekolah? Yang pas gue nembak Aldi?

"Yang gue nembak lo itu?" tanya Laura polos.

"Yupz."

"Masih dong! :)"

"Gue terima lo." kata Aldi tanpa basa basi.

"..." Nggak ada suara yang terdengar dari mulut Laura.

"Halo, Ra? Masih disitu kan?"

Tetep nggak ada jawaban.

"Tidur nggak bilang-bilang." Aldi memutus telepon.

Padahal Laura tadi itu lagi nelepon temannya. Ngasih tahu kabar gembira yang di alaminya.

Saat Laura selesai nelepon temannya, dia ngeliat layar HPnya. Nggak ada nomor tak dikenal yang nelepon.

"Yaa, kok Aldi nutup teleponnya sih. :'(" ucap Laura.



_bersambung_

PERSAHABATAN part 3-4


.

Ternyata cowok yang ada didepannya adalah cowok yang paling dia suka disekolah.
Siapa???
"Daniel." cowok itu mengulurkan tangannya.
Citra jadi salah tingkah, dengan refleks dia mengulurkan tangan kanannya.
Satu menit, dua menit, tiga menit...
"Aduh Citra! Jangan lama-lama dong!" mamanya mngingatkan.
Citra yang baru sadar kalau tangan kanannya masih megang tangan Daniel, langsung melepaskannya.
"Maaf." ucap Citra pelan.
Pipi Citra merah merona seperti cabe. (bosen kalo tomat terus)
Cowok itu menatap Citra dengan ekspresi gak senang. Mungkin dia berpikir "Ini cewek agresif amat sih."
Untuk mencairkan suasana, mama Citra menyuruh Citra agar mengajak Daniel berjalan-jalan mengelilingi rumah Citra.

*Saat mengelilingi rumah Citra*
Sunyi...
Gak ada suara yang terdengar, hanya suara angin (angin ada suaranya gak sih?)
"Lo sekolah diSMA 1 Serang ya?" tanya Daniel.
"Iya."
"Tpi kok gw gak pernah ngeliat lo ya?"
"Bukan jodoh kali!" jawab Citra asal, pikirannya masih diruang tamu.
"Hah? Apa?" kayaknya sih Daniel gak denger kata-kata Citra.
"Yaa? Apa?" tanya Citra balik.
"Lo mikirin apa sih? Mikirin cowok lo?"
"Cowok? Gak kok! Gak mikirin apa-apa. Kenapa emang? Gw gak nyambung ya diajak ngobrolnya?"
"Gak juga sih."
"Lo tau nama gw kan?"
"Iya, Citra kan."
":)"
"Lo udah punya cowok?"
"Belum. Lo pasti udah punya cewek ya?"
"Ya"
Sedihh... Pengen nangis... Itu yang sekarang dirasakan Citra.
Kalau Daniel udah punya cewek bisa-bisa perjdohannya batal.
"Lo gak seneng kan sama perjodohan ini?" tanya Daniel tiba-tiba.
"Mmm..."
"Lo juga gak suka gw kan?"
"Untuk sekarang gak, tapi nanti, gak tau deh." ucap Citra ceria.
Daniel mencari-cari kebenaran dalam mata Citra.
"Kenapa? Lo mau ngebatalin perjodohan ini?"
"Iya. Lo mau ikut?"
"Sorry, gw gak mau nolak permintaan orang tua." (sebenernya sih alasannya karna udah suka dari dulu)
"Ok kalo gitu."
Citra menatap Daniel.
"Met berjuang ya! :)" kata Citra sebelum melangkah pergi.
Dalam hatinya "Semoga gak berhasil. Hahaha. Jahat ya gw. Mau gimana lagi, udah cinta."

*Besoknya disekolah*
Baru 2 langkah Citra masuk kedalam kelas.
Ketiga temannya langsung menarik Citra duduk dikursinya.
Mereka bertiga berencana menginvestigasi Citra.
"Siapa tunangan lo?" tanya Icha to the point.
"Mmm..."
"Cepetan jawab dong jangan bikin penasaran!" Laura udah geregetan.
"Daniel! Cowok yg selama ini gw suka! :D"
"Daniel???" heran mreka bertiga.
"Lo suka sama Daniel anak futsal itu?" kaget Abel.
"Iya."
"Yang cakep, tinggi itu?" tanya Icha.
"Yupz!"
"Kok lo nggak bilang ke kita sih kalau suka dia?"
"Hehehe. Maaf. Maaf."
"Tapi dia kan udah punya cewek." kata Laura.
Icha, Citra dan Abel diam.
"Iya, emang. :["
"Terus, gimana?"
"Dia mau ngebatalin pertunangan ini."
"Hah? Lo juga mau ngebatalin pertunangan ini?"
"Gaklahh!!!"
"Gitu dong! Kita jadi makin cinta sama lo deh! :D" ucap Icha, Abel, dan Laura, lalu memeluk Citra.
(what? Makin cinta?)

*Aksi Laura menyatakan cinta pada Aldi*
Di bawah pohon yang rindang di halaman sekolah. (Romantisnyaaa)
Duduk dua orang, cewek dan cowok.
"Aldi. Lo udah punya cewek?" tanya Laura to the point.
"Belum. Napa? Mau nembak gue?" canda Aldi.
"Iya! Diterima nggak?"
"Beneran?"
"Iya beneran, nggak bercanda."
"Gimana ya?!"
Laura menatap muka Aldi dengan serius.
"Aldi! Pulang yuk!" panggil seorang cewek cantik+putih di koridor sekolah.
Aldi melihat ke arah cewek itu, "Iya! Tunggu ya!"
"Sorry, gue pulang duluan ya! See U!" pamit Aldi.
Laura menatap Aldi dan cewek itu dengan tatapan cemburu.
Icha, Citra, dan Abel yang daritadi sembunyi di balik pohon keluar mendekati Laura.
"Cewek itu siapa??? Cewek yang Aldi suka ya??? Hiks... :'(" Laura menangis.
"Belum tentu itu ceweknya."
"Iya. Siapa tau itu saudaranya."
"Atau nggak sahabatnya!"
Teman-teman Laura berusaha menghiburnya.
"Yaa, moga aja dia bukan ceweknya." ucap Laura di dalam isak tangisnya.

*Sekarang hari Selasa di sekolah*
"Eh, itu Daniel kan?" ucap Abel di kantin.
"Mana? mana?" Icha dan Laura mencari-cari sosok cowok itu.
Laura sudah nggak sedih lagi, nggak tahu deh kenapa bisa nggak sedih lagi.
"Itu! Di pojok meja bakso!"
"Iya." Tanpa harus mencari-cari dulu, Citra sudah melihat Daniel. Di pojok meja bakso sama cewek dan teman-temannya.
"Itu ceweknya?" tanya Icha.
"Yaa. Cantik ya!" Citra tampak sedih.
"Masih cantikkan lo lah."
"Iya, dia mah nggak ada apa-apanya sama lo."
"Bener banget! Bodoh aja si Daniel kalau lebih milih dia daripada lo."
"Makasih teman-teman. :)" Mata Citra berkaca-kaca.
Di sudut mata kanannya terlihat airmata Citra.
Tanpa sepengetahuan Citra dan teman-temannya, Daniel melihat Citra dari tempatnya.
Ntahlah apa yang ada dibenak Daniel.

(bersambung. . .)

PERSAHABATAN part 1-2


.

Lagi iseng nulis cerita fiktif nih... Tapi ini asli buatan gw loh! Gak copy paste... :)

Cerita ini hanyalah fiktif belaka... Bila ada kesamaan nama, tokoh, tempat, dan peristiwa berarti itu kebetulan...

~PERSAHABATAN~

Disuatu Sekolah Menengah Atas dikota Serang...
Terdapat seorang anak cewek yg gak cantik (jelek jga gak ya) pas2an deh... Hehehe...
Cewek itu mempunyai 3 orang teman cewek yg berbeda2 sifat'y...
Tapi aneh'y, mereka berempat bisa jadi deket... Kemana2 selalu bersama...
Teman2 yg lain pun menyebut mereka G4, (Girl Four)... Bukan F4 gii... Udah bosen itu mahh...
Cewek itu nama'y Icha, teman2'y Citra, Abel, dan Laura...
Icha pendiem tapi gaul abiz...
Citra cantik banget tapi agak jutek...
Abel pinter sangat tapi cepat ngambek...
Laura centil naudzubillah tapi baik...
Rumah mereka juga jauh2, gak ada yg berdekatan...
Ada yg di Ciceri, Bumi Agung Permai, Taman Kopasus, dan Ciracas...
Setiap mau ngumpul, selalu sibuk nentuin tempat yg strategis dan murah ongkos... Dan dengan diskusi yg memakan waktu berjam2, akhir'y diputuskan juga, yaitu dirumah Laura di Ciracas...

*Pagi yg cerah disekolah*
"Pagii!" sapa Abel pada Icha, Citra, dan Laura yg lagi sibuk dengan majalah kawanku...
"Ada gosip apa nih?"
"..." gak ada jawaban.
"Jahat ihh, masa orang nanya gak dijawab!"
"Sorry, sorry... Lagi serius nih ngeliatin Muhammad Aldi Firmansyah." jawab Icha.
Abel berpikir sejenak, "Aldi yg sekolah disekolah kita itu? Bener gak?"
"Iya, itu. Tapi dia udah jadi inceran gw!" ucap Laura berkobar2.
"Ya udah sana. Gw juga udah punya cowok kok."
Icha dan Citra tidak memperdulikan kedua teman'y beradu mlut... Mereka serius melihat lekat2 foto cowok cakep yg terpajang dimajalah...
"Lo hati2 aja sama Citra. Hahaha." ancam Abel.
Laura melirik Citra, "Citra gak suka sama Aldi kan?" tanya Laura melas.
"Gak kok. Tenang aja. :)"
Dalam hati, Laura berkata "Semoga aja bener deh... Dia kan cantik, bisa cari cowok yg lebih segala'y dari Aldi."

Bel istirahat pun brbunyi... (Bel masuk'y mana? Emang udah belajar gitu?)

*Dikantin*
Citra yg lagi jalan sama teman2'y sambil ngobrol2 tidak melihat seorang cowok yg lagi jalan kearah'y.
Brruuukkk...
Citra pun menabrak cowok itu.
"Upz, sorry!" ucap Citra.
"Ya, gak pa2 kok."
Citra melihat siapa yg ditabrak'y, ternyata Aldi.
Laura menarik tangan Citra menjauh dari Aldi.
"Aww, sakit, Ra!"
"Sorry yaa! Gw cemburu ngeliat kalian berdua"
"Cemburu?" kaget Icha.
"Gw gak akan ngerebut Aldi kok, soal'y gw udah dijodohin." jelas Citra.
"HAHHH??? DIJODOHIN???" teriak mereka bertiga kecuali Citra.
"Sstttsss." Citra berusaha mnutup mulut ke 3 teman'y, tapi ada salah satu mulut teman'y yg gak tertutup (wajar aja, tangan Citra kan cuma ada 2)
"Sama siapa?" tanya Abel yg gak tertutup mulut'y.
"Gw ceritain nanti dirumah Laura!"
Citra melepaskan tangan'y dari mulut Icha dan Laura, lalu beranjak pergi.

Bel pulang berbunyi...
(kapan belajar'y sih? Kok udah pulang?)

*Di rumah Laura*
"Lo tau gak cowoknya siapa?" tanya Icha.
"Gw gak tau, namanya juga gak tau."
"Terus yg lo tau dari cowok itu apa?"
"Dia tinggal di Serang juga."
"Itu doang?"
"Iya. Lusa, gw bakal dikenalin ke cowok itu."
Mereka berempat diam membisu.
"Selamat yaaaa!" ucap Icha, Abel, dan Laura.
"Makasih. :)"

*Di rumah Icha*
Dalam benak Icha "Kayaknya cuma gw ya, yg gak ada perubahan dalam hal cowok.
:("

*Esok paginya di sekolah*
Saat menuju kelas, Icha melihat Laura sedang ngobrol bareng Aldi.
"Hebat yaa, baru juga kemaren niat ngedeketin Aldi, ehh, sekarang udah beneran deket." ucap Abel yg baru datang.
"Iya." jawab Icha.
"Gak usah kaget gitu ah, biasanya juga dia gitu. Cepet dalam hal cowok!" kata Citra yg juga baru datang.
"Kalian baru datang?" tanya mereka bertiga serempak.
"Iya! :D" jawab mereka serempak lagi.
"Gimana tunangan lo?" tanya Abel pada Citra.
Mereka bertiga udah masuk kekelas, gak enak lama-lama ngeliatin orang pdkt.
"Oya, tunangan gw sekolah di sekolah kita loh! Katanya dia itu cakep dan populer."
"Jangan-jangan Aldi lagi!"
"Masa sih Aldi. Gak mungkinlah." Citra menepis kata-kata temennya.
"Mungkin aja kali."
"Tapi kalian jangan bilang-bilan dulu ke Laura, sebelum pasti kalo tunangan gw itu Aldi."
"Kalo beneran Aldi gimana?"
"Gw tolak!"
Teng... Teng...
Bel kelas tanda masuk berbunyi... Semua siswa-siswi masuk kelas termasuk guru-gurunya.
(masih jadul tuh, masih pake lonceng. "Zaman gini masih pake lonceng, masuk ke tanah aja deh tuh sekolah" jahattnyaa)

*Besoknya di rumah Citra*
Citra memakai gaun warna merah selutut. Dengan sepatu high heels warna merah (baru pertama kali ini Citra pakai sepatu high heels, padahal udah berulang kali mamanya menyuruh agar Citra memakai sepatu high heels sampai mulutnya doer).
Pukul 19.00, datang pasukan dari tunangan Citra (lebay deh, cuma mama, papa, dan cowok tunangan Citra doang padahal mah).
Citra melongo melihat tunangannya.
Kenapa ya kira2???

(bersambung. . .)

Benci Facebook


.

Temen aku sekarang lagi seneng banget sama yang namanya Facebook, atau yang lebih sering di sebut FB. Emang sih, sekarang itu lagi musimnya FB. Kalau nggak tahu FB, ke laut aja deh.

“Woy!! OL aja dari tadi!!” teriak aku.

“Ih… Lagi seru-serunya nih wall’an,” ucap Siska yang lagi asyik megang hpnya.

“Emang lagi wall’an sama siapa sih?” Aku duduk di samping kursi Siska.

“Sama kakak kelas kita. Kelas IX Ipa 3. Orangnya cute banget! Lihat deh fotonya!”

Siska menyodorkan HPnya padaku. Dengan secepat kilat, aku ambil HP Siska dari tangannya. Aku menatap wajah kakak kelas itu lekat-lekat. Pengen lihat namanya deh.

Aku pengen add. Tapi, belum sempat aku melihat namanya, Siska udah ngambil HPnya dari tangan aku. Huhh… Bales dendam nih kayaknya.

“Cute kan?”

“Iya, cute banget!! Nama FBnya apa? Mau nge’add dong!!” ucapku sok imut.

“Nggak boleh!!”

“Kenapa?”

“Nanti Yogi wall’annya sama lo terus. Sedangkan wall’an gue, nggak pernah di bales nanti sama dia.”

“Nggak mungkinlah!!” Aku meyakinkan Siska.

“Tetap aja nggak boleh!!”

Siska pergi meninggalkan aku di kelas sendirian. Aku cuma bisa cemberut melihat Siska keluar kelas dengan mukanya yang lagi happy.

Eh, tadi Siska nyebutin nama Yogi. Berarti nama kakak kelas itu Yogi ya. Info yang bagus walaupun hanya sedikit. Hehehe…


*****

Tadi sempat sebel sih sama Siska. Segitunya banget sih sama itu kakak kelas. Sampai aku nggak boleh minta nama FBnya. Emang dipikir aku minta nama FB itu kakak kelas, buat aku jadiin pacar apa. Aku juga kan tahu kalau Siska itu lagi suka sama kakak kelas itu. Dan aku bukan TMT (Teman Makan Teman) yang akan ngerebut kakak kelas itu. Capek juga manggil kakak kelas terus, manggil Yogi aja ahh.

Aku melirik laptop pink yang tergeletak rapi di tempat tidur kesayangan aku. Jadi pengen buka FB. Untung, aku punya modem, bisa OL deh. hehehe.. Lagian udah lama juga nggak OL.

Aku lihat dinding FB aku. Orang-orangnya nggak ada yang cute kayak Yogi. Emang sih cakep-cakep, tapi nggak cute.

Kenapa aku gak usaha buat cari tahu nama FBnya Yogi ya? Aku juga kesel sama Siska.

Biar aja dia tahu gimana rasanya kalau kata-kata yang dia ucapin terbukti. Siska kan bilang “Nanti Yogi wall’annya sama lo terus. Sedangkan wall’an gue, nggak pernah di bales nanti sama dia.”

Misi pertama, aku harus nyari nama Yogi. Aku langsung mengetik nama Yogi di kotak pencarian dan berharap nama Yogi cuma ada satu. Tapi ternyata, nama Yogi ada 300 orang. Gak mungkin gue add semua nama Yogi. Bisa-bisa, FB aku di blokir. Yogi apa ya panjangannya?

Siska nggak pernah cerita-cerita tentang teman FBnya yang namanya Yogi. Baru tadi siang. Paling yang dia certain ke aku, si Ferdy yang nggak jelas dari mana asalnya.

Jadi aku nggak tahu deh nama panjangannya apa. Aku juga nggak mungkin nanya ke Siska nama panjangnya Yogi. Udah pasti nggak akan di kasih dan pasti Siska nanya ini itu. Terus, gimana caranya supaya aku bisa tahu nama panjangnya Yogi?

Misi kedua, aku harus nanya ke teman kelasnya Yogi. Tapi siapa aja teman kelasnya Yogi. Aku aja nggak pernah ketemu langsung sama Yogi, gimana bisa tahu temen kelasnya. Misi pertama dan kedua gagal. Tanpa ada satu info yang di dapat. Malahan, tanda tanya besar yang di dapat. Huhh…

Misi ketiga, lihat nama Yogi di teman FBnya Siska.

“Uhh… Mana sih nama Yogi, gak ketemu-ketemu. Yogi, pasti namanya paling ujung. Sedangkan teman Siska ada 899 butuh banyak waktu. Langsung nyari di kotak ini aja deh.”

Aku langsung menuliskan nama Yogi di kotak bertuliskan teman Siska. Lama nunggu loading. Aku hanya mendapatkan kata yang intinya ‘Tidak ada nama Yogi di teman Siska.’ Terus nama FBnya apa dong? Otak aku gak bisa mikir lagi.

Di pikir-pikir, ngapain aku pusing-pusing nyari nama FBnya Yogi. Mau buat Siska marah dan kesal? Kalau buat Siska marah dan kesel sih banyak cara lain. Hehehe… Aku ini sahabat Siska atau bukan sih.

Misi keempat, aku berhenti nyari tahu nama Yogi. Dan ngelupain semua tentang Yogi. Itu baru tepat!!!

Maaf ya Siska, tadi aku berpikir buat ngambil Yogi dari lo. Sahabat macam apa aku. Untung semua misi aku gagal. Kalau berhasil, gak tahu deh.

*****

Aku duduk sendirian di kelas. Semua murid yang ada di kelas sibuk sama urusannya masing-masing.

Di samping kanan aku, ada yang lagi asyik baca buku pelajaran. Di ujung kelas, genk cewek centil lagi ngegosip ria. Di meja Diaz, teman cowok di kelas aku yang paling kaya, lagi di kerubutin sama cewek-cewek nggak jelas dari kelas mana. Yang pasti bukan dari kelas aku. Paling juga si Diaz lagi asyik cerita tentang liburannya ke Singapura. Aneh aku sama itu cewek-cewek, betah amat ngedengerin cerita Diaz.
Sedangkan aku, nggak ada yang di kerjain. Ngelamun deh.

“Ngelamun aja! Mikirin apa sih?”

Tiba-tiba aja Siska datang dengan wajahnya yang sumeringah. Pasti karena Yogi.

“Mikirin sahabat gue,” ucap aku ASMA (Asal Mangap). Lagi males ngomong. Asal aja deh ngomongnya, yang penting aku udah jawab pertanyaan Siska.

“Mikirin sahabat lo? Gue dong!” tanya Siska oon. Dia pikir, aku punya berapa sahabat sih.

“Ya iyalah lo. Siapa lagi,” kata aku jutek.

“Ngapain mikirin gue? Emang gue kenapa?” tanya Siska beruntun.

“Ihh… Pagi-pagi udah bikin BT!!”

“Kok gue bikin BT sih?”

“Iya, semua pertanyaan lo itu buat gue BT tau.”

“Aneh. Lo sakit ya? Padahal gue pengen cerita sama lo. Lo tau nggak, hari ini gue seneng banget. Kakak kelas itu…”

“STOP!!! Hari ini gue nggak mau denger lo nyebut kakka kelas itu.” Aku langsung memalingkan mukaku dari tatapan menyelidik Siska.

“Kenapa?”

“Nggak mau aja.”

Teng… Teng…

Pelajaran hari ini telah terlewati. Ada yang bikin pusing, bosen, BT. Apalagi Siska terus-terusan cerita tentang Yogi. Padahal aku sudah nyuruh Siska biar nggak cerita tentang Yogi.

“Duluan ya Siska!”

“Dila, lo marah ya sama gue. Gara-gara gue nggak ngasih tahu nama FBnya Yogi. Oya, nama kakak kelas itu Yogi.” Siska berjalan mendekati aku yang sudah pergi meninggalkan kelas.

“Gue nggak marah kok. Gue cuma kesel doang. Tapi sekarang gue udah nggak kesel kok sama lo. Jadi jangan buat gue kesel lagi ya!”

“Gue kasih tau deh nama FBnya Yogi. Namanya itu,…”

“Gak usah. Gue udah nggak mau nge’add Yogi lagi kok. Gue pulang duluan ya. Bye.”
Sebenernya gue ngerasa bersalah sama Siska. Gara-gara kemarin gue punya pikiran jahat.

*****

“Buka FB ah!”

Gue nyalain laptop gue. Dan langsung membuka FB. Ada 15 permintaan teman, laku juga aku. Hehehe… Lihat orang-orangnya deh. Siapa tahu aja ada yang lebih cute dari Yogi.

“Hah? Inikan Yogi. Kok bisa nge’add gue sih.”

Aku lihat di 15 permintaan teman. Salah satu yang nge’add aku fotonya mirip banget sama Yogi yang diliatin Siska ke aku waktu kemarin. Namanya ‘Pratama Yiigiii’. Nama yang aneh. Aku jadi khawatir ini bukan Yogi yang di maksud Siska itu. Kalau ini bener Yogi, kok dia bisa add aku sih.

“Gue konfirm gak ya?”

Setelah lama berpikir, akhirnya aku konfirm Yogi dan nulis di dindingnya.

‘Thx voo ett… Siapa dimana?’

Gak berapa lama…

‘Sama-sama. Yogi di Bandung. Di sana siapa?’

Ternyata Yogi juga lagi OL. Aku menulis di dinding Yogi lagi.

‘Dila di Bandung juga.’

‘Sekolah dimana?’

Aduuhh… Yogi nanya sekolah aku lagi, kalau aku bilang sekolah di SMA 3 Bandung. Nanti dia pasti bilang, “Sama dong, gue juga sekolah di situ.” Apa aku bohong aja ya?

‘Di SMA 3 Bandung. Yogi di mana?’

Bodoh.. Ngapain tadi mikir-mikir kalau akhirnya bakal nulis SMA 3 Bandung.

‘SMA 3 Bandung? Sama dong, gue juga sekolah di situ. Kok kita gak pernah ketemu ya?’
Jawaban yang sama denga perkiraanku.

‘Dih sama? Iya, ya, kok gak pernah ketemu ya? Kayaknya itu sekolah besar banget, mpe kita gak pernah ketemu. hehehe’

‘Iya,ya.’

Dari hari itu, aku dan Yogi setiap hari wall’an. Sampe-sampe dinding aku penuh dengan Yogi. Yogi ayik banget di ajak ngobrolnya. Nyambung, aku tanya ini dia jawab ini, aku tanya itu dia jawab itu. Ternyata bukan mukanya aja yang cute kepribadiannya juga bagus.

Tapi, suatu hari. Siska bilang + nanya ke aku.

“Ihh… Yogi nggak pernah bales wall dari gue lagi. Kira-kira kenapa ya?”

Aku kaget Siska bilang kayak gitu. Aku berpikir, jangan-jangan Yogi nggak bales wall dari Siska gara-gara asyik wall’an sama aku.

“Paling dia nggak bales wall dari lo karena emang dia lagi gak OL,” jawab aku menenangi Siska.

“Iya kali ya. Tapi masa seharian dia gak OL sih. Nggak mungkin banget!”
“Udah deh. Berpikir positif aja. Yuk pulang!!!” ajak aku.

*****

Pulang sekolah, aku langsung ngebuka FB aku. Aku berharap, Yogi sekarang lagi OL. Ada 5 pemberitahuan. Pratama Yiigiii menulis pada dinding Anda.
Yogi nulis di dinding aku? Nulis apa ya?

‘Sorry baru bisa jawab sekarang pertanyaan lo, gue tau lo dari Siska. Siska sahabat lo kan? Kata dia lo itu baik, ramah dan asyik banget buat diajak curhat. Gue jadi penasaran, gue pengen kenal lo. Bukan dari cerita Siska aja. Terus gue lihat di dinding Siska ‘Dila Pratiwi’ Foto lo mirip banget sama foto yang ada di album Siska. Gue yakin Dila ini pasti Dila sahabat Siska. Makanya gue langsung add lo.’

Pertanyaan aku? Oh iya, terakhir kali aku wall’an sama Yogi kan pas aku nulis, ‘Ehem,, Ngomong-ngomong kok Yogi bisa nge’add Dila sih?’

Tapi Yogi langsung offline. Huhh… Bikin penasaran.

Aku menulis di dindingnya.

‘Owhh… Dari Siska. Tapi emang Siska gak pernah cerita sekolah gue dimana ya? Sampe lo nanya lagi ke gue?’

‘Siska gak pernah cerita lo sekolah dimana. Dia cuma nyebut nama lo doang. Makanya gue nanya sekolah lo di mana. Dan gue bener-bener kaget, kalau kita ternyata satu sekolah.’

‘Owwhh… Gitu.’

‘Ya, gitu.’

‘Ya udah deh, ganti topik ya. Apa ya?’

Gak ada balasan dari Yogi. Tapi aku lihat Yogi masih online.

Akhirnya Yogi nulis di dinding aku juga.

‘Dila, sebenernya dari dulu gue itu suka sama lo. Siska pernah nyuruh gue buat lihat foto lo di album foto Siska. Setelah gue lihat foto lo, gue jadi suka sama lo. Apa jawaban lo, La?

APA? Nggak mungkin!! Pasti ini mata aku yang sudah rabun. Salah baca. Nggak mungkin Yogi suka sama aku dan kalau bener Yogi suka sama aku, aku nggak mungkin suka sama Yogi. Aku nggak mau persahabatan aku dan Siska rusak, cuma gara-gara Yogi.

‘Maaf Yogi, gue gak suka sama lo. Dan mulai hari ini kita gak usah wall’an lagi. Lo lebih baik cari cewek lain buat wall’an sama lo. Bye’

Aku matiin laptop aku.

“AHHH… GUE BENCI FB!!!” teriak aku.

“Kakak kenapa?” tanya adikku dari balik pintu kamar aku. Mungkin dia khawatir atau mungkin keganggu sama suara teriakan aku. Huft…

“Nggak apa-apa!” jawab ku datar.

Aku menyesal. Ngapain juga aku konfirm Yogi. Dan ngapain juga aku nanya siapa dimana? Pertanyaan yang nggak penting, yang membawa petaka. Hhh…

*****

2 jam berlalu…

Tidit… Tidit…

Suara sms dari hp ku.

Siapa sih yang sms aku? Aku bangun dengan malas-malasan dan mengambil hp aku di dalam tas.

Ihh… Yogi sekarang lagi OL, tapi dia gak ngebales wall dari aku. Knpa ya?

Ternyata sms dari Siska.

Kok lo tau sih dia lagi OL?

Iya, gue penasaran sama Yogi. Dia knpa gak bales wall gue. Dia beneran lagi gak OL atau dia lagi asyik wall’an sama cewek lain.

Jantung aku berdetak kencang saat Siska bilang ‘Atau dia lagi asyik wall’an sama cewek lain.’

Terus lo ngapain?

Gue lihat profilnya Yogi. Dan gue lihat, dia nulis di dinding lo. Wall’an apa aja lo sama dia?

Jantung aku berhenti berdetak. Semua udah terbongkar. Persahabatan aku dan Siska akan hancur. Dengan jari yang bergetar, aku membalas sms dari Siska.

Cuma sms biasa aja kok. Cuma tentang sekolah sama guru-guru doang. Itu juga baru-baru ini.

Oya? Cuma biasa aja, tentang sekolah dan guru-guru? Mmm… Tapi, gue sempat baca wall’an terakhir lo sama Yogi. Yogi nembak lo kan?

Duaaarrrrr….

Petir seperti berada di dalam kamarku. Dan menyambar tubuhku hingga tubuhku tinggal abu. Siska ngebaca dinding aku dan Yogi. Siska tahu kalau Yogi nembak aku.

Iya, Cuma tentang sekolah dan guru-guru doang. Yogi emang nembak gue. Tapi gue udah jawab kok. Gue bilang sama dia kalau gue gak suka sama dia dan gue nyuruh dia gak wall’an sama gue lagi. Lo percayakan sama gue?

Gue mau percaya sama lo, tapi susah. Gue gak lihat lo nulis kata-kata itu di dinding Yogi. Gimana gue mau percaya sama lo, La.

Gak mungkin. Gue udah nulis kata-kata itu di dinding Yogi kok.

Terserah apa kata lo. Mendingan sekarang lo lihat ke depan rumah lo deh!!!

Hah? Lihat di depan rumah aku. Jangan-jangan... Aku langsung berlari menuju pintu depan. Sesampainya di pintu depan rumah aku, aku membuka pintu itu pelan-pelan. Jantung aku berdetak lebih keras.

“Halo!!!” ucap Siska di depan pintu rumah aku.

“SISKA!!!” kaget aku.

“Kenapa, kaget? Ikut gue sekarang!”

Siska menarik tubuh aku ke luar dari rumah. Siska memegang tanganku kasar. Kami berhenti di halaman depan rumah gue. Apa yang mau dia lakukan sama aku?

“Siska, gue beneran nulis kata-kata itu di dinding Yogi,” ucapku gemetar.

“Ohh… Terus, kemana itu dinding lo?”

“Gue juga nggak tau. Tapi beneran. Gue udah nulis…”

“Alaahh… Terserah lo mau nulis kata-kata itu di dinding Yogi atau nggak. Gue nggak peduli. Yang pasti, lo udah wall’an sama Yogi dan nggak pernah bilang sama gue.”

“Maaf, gue tadinya mau bilang sama lo. Tapi,…”

“Tapi apa Dila? Ahh… Udah deh!! Gue capek ngedenger semua alasan lo.”

Siska ninggalin aku gitu aja. Aku cuma bisa berteriak memanggil nama Siska dengan airmata yang terus mengalir di pipiku.

*****

Sejak kejadian itu, aku dan Siska nggak pernah ngobrol ataupun bicara. Bertatap muka aja nggak pernah. Persahabatan aku dan Siska benar-benar telah hancur. Cuma gara-gara Yogi dan FB.

Setelah aku cari tahu kemana kata-kata yang aku tulis terakhir di dinding Yogi. Aku baru tahu, kalau ternyata Yogi menghapus dinding aku itu. Pantes saja Siska nggak lihat dinding terakhir aku.

Dan dengar-dengar dari orang-orang. Yogi itu perusak persahabatan cewek. Dia nggak senang cewek mempunyai sahabat. Benar-benar aneh!!!

Sekarang, aku udah nggak pernah ngebuka FB lagi. Karena sekarang, aku benci FB.



created by annisa aprilia