PERSAHABATAN 7-8


.

*Di rumah Daniel*

Daniel ngajak orang tuanya bicara penting.

"Pa, Ma. Daniel nggak mau tunangan sama Citra!"

"Apa yang kamu katakan Daniel!!!" papanya mulai terpancing emosi.

"Apa omongan Daniel nggak jelas? Daniel nggak suka Citra!"

"Pertunangan ini nggak bisa dibatalkan!"

"Tapi Daniel udah punya cewek, Pa."

"Putusin dia!"

"Nggak akan!" Daniel keluar dari rumah.

Daniel tahu apa yang dilakukannya nggak akan mengubah keputusan papanya untuk menjodohkan dia dan Citra.

Karakter papanya keras kepala. Sangat sulit untuk mengubah keputusannya, apalagi menentang keputusannya.

Papanya mengutuk-ngutuk Daniel, mamanya berusaha menenangkan suaminya itu.



*Di sekolaahh*

Empat orang cewek lagi ngumpul-ngumpul di depan teras kelas.

"Aduhh, yang lagi seneng." ucap Citra.

"Iya nih, yang kemaren baru di terima cintanya."

"PJnya jangan dilupain dong!"

"Ihhh, apa sih kalian. Kan jadi malu! :*)" Laura menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"Eh, tunggu deh. Yang ngasih nomor gue ke dia siapa sih?" selidik Laura.

"Gue. Hehe. Marah ya? Maaf deh. >o
"Nggak mungkin marah dong cin, malahan gue mau berterima kasih sebanyak-banyaknya sama lo." ucap Laura.

Dia memeluk Icha amat sangat erat.

"Mau bilang makasih sih nggak apa-apa, tapi nggak usah meluk-meluk gini ah. Gue masih normal! >o<"

"Ini kan tanda cinta sahabat!" Laura tak mau melepaskan pelukannya.

"Kalau gini terus, gue nggak punya-punya cowok nih!"

"Biarin! Biar Icha jadi milik Laura selamanya!" canda Laura.

"Hihhh... Gak mauuu!!! Lepasiinn!!"

"Hahahahaha" tawa teman-temannya meledak.

"Citra!" panggil Daniel.

Kapan datengnya? Kok tiba-tiba muncul. Bagai malaikat yang datang tanpa suara, bersinar-sinar dan bercahaya-cahaya. (malaikat atau setan?)

"Daniel? Kenapa?"

"Gue mau ngmong sama lo!"

Citra dan Daniel berjalan ke pohon rindang di taman sekolah.

"Ngomong apa?" tanya Citra.

"Lo harus batalin pertunangan kita!" jawab Daniel.

"Gue kan udah bilang, gue nggak mau!"

"Lo kan nggak suka gue, ya nggak usah dipaksain." kata Daniel tegas.

"Tapi gue,..." Citra menghentikan kata-katanya.

"Lo tau, cewek gue sakit kanker."

Citra nggak bisa ngmong apa-apa lagi.

"Gue mohon sama lo demi cewek gue. Tolong lo bantu gue buat batalin pertunangan ini."

Daniel memhon padanya hanya karena cewenya. Betapa cintanya Daniel sama ceweknya. Citra merasa dia nggak akan pernah masuk ke hati Daniel sedikit pun.

"Hmm. Ya udah. Gue bantu lo."

"Makasih. Gue tau lo cewek baik."

Dalam hati Citra, "Kalau gue baik, kenapa lo nggak suka sama gue. Kenapa lo nggak mau buka sedikit pun hati lo buat gue? Damn*"



*Di dalam kelas*

"Hiks...hiks... Tadi Daniel nyuruh gue bantu dia batalin pertunangan lagi. Gue kira dia mau nyatain cintanya atau apa gitu yang romantis. Eh, ternyata... :("

"Tapi lo tolak kan?"

"Gue bilang iya."

"Bodoh! Kenapa bilang iya!" kata Abel emosi.

Citra menceritakan betapa cintanya Daniel sama ceweknya selengkap-lengkapnya.

"Kalau alasannya itu sih, gue juga bakal bilang iya."

"Kalau lo mau nangis. Lo datang aja ke rumah gue." ucap Laura.

"Yaa. Pasti gue datang. :)"

"Nanti kita nangis sama-sama." kata Icha.

"Nangis sama-sama? Kenapa?" tanya Citra, Abel, dan Laura.

"Kan cinta sahabat, jadi apa yang lo lakuin kita dukung dan kita lakuin bareng-bareng."

"So sweet..."

*Di rumah Laura*

"Jahat banget sih Daniel!"

"Nggak punya perasaan!"

"Hatinya udah dihancurin sama ceweknya."

"Semua isi hatinya cuma ceweknya terus. Nggak ada yang lain. Apaan tuh. Huhh."

"Gue nggak suka sahabat gue didzolimi." kata Abel.

"Didzolimi?"

"Iyaa. Di dzolimi. Jahat pokoknya dia tuh!"

"Gue baru ketemu cowok jahat kayak dia!" ucap Laura.

"Awas aja kalau dia buat nangis sahabat gue lagi! Gue buang ke ujung dunia!" ancam Icha.

"Makasih teman-teman." Citra mulai berkaca-kaca.

Lima menit kemudian, Citra menangis.

"Hiks... Hiks..."

"Gue ikutan sedih... Hiks"

Akhirnya,, mereka benar-benar nangis bareng-bareng.

Suasana rumah Laura yang sepi dan sunyi. Tak ada orang lain selain mereka berempat membuat mereka bisa dengan leluasa mencurahkan isi hatinya.



*Hari Kamis di sekolah*

Wali kelas 11ipa3 masuk ke dalam kelas.

Di kelas lagi belajar ips, pelajaran yang penuh dengan tulisan di buku.

Wali kelas 11ipa3 namanya Bu Rika, wali kelas paling baik di sekolah.

"Maaf mengganggu sebentar ya." ucap Bu Rika.

"Iya, bu. Nggak apa-apa. Lama juga nggak apa-apa." teriak seorang murid.

"Huhhh. Maunya..." teriak semuanya serempak.

"Kalian juga mau yang lama kan?" tanya dia.

Tapi anak-anak pada nggak jawab. Bungkam semua.

"Huhh, pada diem." ucap murid itu kesal.

Bu Rika hanya tersenyum melihatnya.

"Ibu ingin memperkenalkan murid baru. Ayo silahkan memperkenalkan diri!"

Masuk seorang cowok tinggi, dilihat dari mukanya sih kayak pendiam. Tapi,,

"Hay semua! Nama gue Bagas. Salam kenal ya!" ucap cowok itu sok imut.

Seisi kelas sibuk mengomentari murid baru itu.

"Ya sudah. Kamu duduk di sebelah Ifan ya!"

"Iya, bu. Makasih."

Bagas duduk di sebelah Ifan, mengajaknya kenalan. Bu Rika keluar dari kelas.

Pelajaran ips pun berlangsung lagi.



*Saat pulang sekolah*

"Icha." panggil Bagas.

Icha menengok ke arah cowok itu.

"Kok tahu nama gue sih?" tanya Icha.

"Ya iyalah tahu."

"Emang pernah ketemu gitu?"

"Sombong banget sih. Masa nggak inget gue?"

"Sorry, tapi gue benar-benar nggak inget lo."

"Gue kan teman masa kecil lo."

Icha mengingat-ingat ke masa-masa kecilnya. Di masa kecilnya dia cuma punya seorang cowok yang gendut, hitam, tingginya sepantar sama Icha. Dan namanyaaa . .(Icha berpikir sejenak) , "Bagas".

"Ya ampun, Lo Bagas yang dulunya gendut dan hitam itu?"

"Lo kok ingetnya yang jelek-jeleknya sih. Tapi iya benar, itu gue. Inget?"

"Maaf. Hee* Inget! Tapi beda banget."

"Iya dong. Hahaha"

Ada rasa aneh dalam hati Icha. Apa mungkin itu cinta?

Ntahlahh...

_bersambung_

Your Reply