Archive for 2013

ANGGA and NADYA


.


                             Cerpen By Annisa Aprilia dan Annida Sholihah




Desember 2013

Pernahkah kalian menyukai saudara kalian sendiri? Bukan saudara kandung, lebih mengarah ke saudara sepupu. Mungkin hanya satu perbanding sepuluh orang yang mengalami hal tersebut, dan salah satunya adalah Nadya Sherliana.
Sejak kecil. Gadis dengan suara imut dan sering dipanggil ‘Nadya’ oleh teman-temannya itu diam-diam menyukai Angga Prasetyo, sepupu jauhnya. Umur mereka sama, cuma berbeda bulan. Dari kecil, mereka selalu bersama. Hingga saat mereka berdua kelas 4 SD, Nadya harus pindah ke Bekasi karena ayahnya dipindah tugaskan di Kota Hujan itu.
Sejujurnya Nadya tak pernah rela meninggalkan kota kelahirannya, Gresik. Terutama meninggalkan Angga, orang yang selama ini selalu menemaninya, baik di rumah maupun di sekolah. Orang yang tahu segala kekurangannya, hal yang sangat Nadya benci -berbicara di depan umum- Orang yang selalu ada di sisi Nadya kapanpun, dan d imanapun.
Sekarang, dia tinggal di Bekasi. Memulai kehidupan baru, pertemanan baru, belajar mengenal sifat-sifat orang Bekasi, dan hal-hal lain. Dan bahkan Nadya mau tak mau harus menjalani hari-hari sendirian, tanpa ada Angga di sisinya. Itu terasa sangat membosankan. Bahkan bagi sebagian orang lain.
***

Sudah hampir 7 tahun mereka berpisah, beda kota dan sekolah. Mereka tumbuh bersama-sama saat lahir dan terpaksa berpisah karena keadaan yang tak terduga.
Walaupun setiap liburan sekolah atau bahkan saat lebaran mereka bertemu. Entah itu keluarga Angga yang ke Bekasi ataupun sebaliknya. Tetap saja, Nadya dan Angga tidak lagi bisa tumbuh bersama-sama. Mereka menjalani kehidupannya masing-masing.
Sepertinya liburan sekolah tahun ini, keluarga Nadya memutuskan untuk berlibur ke Gresik. Sudah dari beberapa hari yang lalu Nadya menanti-nantikan waktu yang menurutnya jarang terjadi, setiap hari dia selalu merengek kepada papanya agar liburan sekolah yang akan datang agar sekeluarga dapat berlibur di Kota masa kecilnya. Semua penolakan ayahnya tidak membuat Nadya putus asa. Hingga akhirnya usaha Nadya tak sia-sia. ayahnya-pun setuju. Syukurlah.
Sengaja Nadya tidak memberitahu Angga tentang rencananya itu, ia ingin membuat kejutan. Nadya hanya menghela nafas panjang saat memikirkan hal lain. Mengenai ayahnya yang sudah memberitahu ayah Angga, dan sialnya. Ayahnya Angga sudah pasti memberitahukan hal itu ke seluruh keluarganya, tentu saja termasuk pada Angga.
Perjalanan yang memakan waktu lama tidak membuat Nadya bosan. Ingin sekali rasanya dia mengirim sms ke kontak Angga, tapi lagi-lagi Nadya buru-buru menepis keiginannya itu.
Jaga Image Nad. Ingat rencana awal.
***

Sesampainya di Gresik, khususnya di rumah Angga. Keluarga Nadya disambut hangat oleh keluarga Angga. Mereka dipersilahkan masuk dan mama Angga bahkan langsung menunjukkan kamar untuk Nadya. Perjalanan yang memakan waktu hingga kurang lebih 8 jam tentu saja melelahkan.
Nadya tidur dengan kakak dan adiknya, yang dua-duanya cewek. Yap. Semua kakak-beradik di keluarga Nadya cewe, tak ada satu-pun yang cowo. Sebaliknya keluarga Angga cowok semua. Umur mereka pun sama, kakak Nadya seumuran dengan kakak Angga, Nadya seumuran dengan Angga, hanya adik Nadya yang beda 1 tahun dari adik Angga yang lahir lebih dulu.
Saat ini, Nadya berada di sebuah kamar ber-cat warna biru, kamar yang sudah seperti layaknya kamar Nadya sendiri. Dari dulu sampai sekarang. Kamar ini tak pernah berubah. Tak ada yang tau bahwa kamar ini sengaja tak di ubah, dari segi dekorasi.
Dulu, saat Nadya masih tinggal di Gresik, jika dia sedang ngambek dengan kedua orang tuanya dia selalu menginap di rumah Angga. Tapi tentu saja mama Angga memberitahu mama Nadya agar tidak cemas, mama Nadya pun hanya dapat menggelang-gelengkan kepalanya dan meminta maaf karena sudah membuat repot. Keluarga mereka sudah sangat dekat di bandingkan dengan keluarga yang lain.
Ada yang aneh. Ketika keluarganya datang mereka memang disambut dengan keluarga Angga. Ada  Pakdhe, Budhe, kak Reno dan bahkan adiknya, tapi dia tidak melihat Angga disitu.
 Kemana dia? Sedang tidur? Jam segini?
Nadya menatap jam dinding di sudut jendela. Saking penasarannya, setelah selesai merapikan baju di dalam lemari. Nadya langsung melangkah keluar kamar dan mendekati mamanya Angga.
“Budhe, Angga kemana? Lagi tidur ya?” Tanya Nadya polos
“Ohh, Angga tadi pagi udah berangkat sayang”
“Berangkat? Kemana?” Ekspresinya masih bingung, Nadya menatap Budhe-nya dengan pandangan bertanya-tanya.
“Katanya sih dia mau nginep sama teman-teman sekelasnya.”
 “Hah? Nginep? Berapa hari bude?”
 “3 hari sayang”
“Ya udah deh, Nadya ke kamar dulu yaaa ” Nadya tersenyum terpaksa.
Angga lagi nginep sama teman-teman sekelasnya. Dia gak ada di sini. Terus buat apa aku ada di sini kalo gak ada Angga? Kesel!
Nadya membenamkan wajahnya di atas bantal. Banyak yang ingin dia ceritakan pada Angga. Tentang SMA barunya, teman-teman barunya, dan sahabat barunya. Nadya merasa lelah, jam sudah menunjukkan pukul 23.00 wib, tanpa disadari dia tertidur pulas.
***

3 hari berlalu sejak dia menginap di rumah Angga.
Hari-harinya disibukkan dengan belanja bareng mamanya Angga. Karena Budhe-nya itu tidak mempunyai anak perempuan satu pun, jadi setiap pergi berbelanja pasti selalu saja sendirian. Anak cowok mana mungkin mau ikutan belanja, membayangkannya sedikit-pun mereka tak sudi.
 Budhe-nya diam-diam menunggu saat liburan sekolah atau lebaran. karena saat itu dia bisa pergi berbelanja bareng Nadya, kakaknya dan juga adik-adiknya. Tantenya termasuk royal, dia membelikan apapun yang diinginkan mereka bertiga. Tapi tentu saja mereka tidak pernah memanfaatkan kebaikan budhenya itu, mereka hanya membeli satu barang dari beberapa barang yang ditawarkan.
Selesai berbelanja, mereka kembali ke rumah, dari jauh tampaknya mereka sangat senang dengan saling tertawa dan memegang kakinya masing-masing. Ya, hampir 4 jam mereka berkeliling mall. Kapan lagi bisa merasakan moment seperti ini?
Aaaaa Terima kasih banyak Budhe ^-^
Langkah Nadya terhenti saat ia melihat Angga yang sedang memainkan gitarnya di teras depan. Dia pun menghampirinya.
“Angga?” Tanya Nadya hati-hati. Orang di depannya tampak berubah banyak.
“Eh kamu, udah belanjanya Nad?” ucapnya sambil melirik plastik belanjaan yang dibawa Nadya.
“Udah, nihhhh :D” Nadya memamerkan belanjaannya itu di depan muka Angga dengan ekspresi lucu yang hanya di tunjukkan di depan Angga.
“Dasar cewek…” Balas Angga yang tampaknya terdengar hanya seperti gumaman.
“Oya, kamu bisa main gitar?”
“Bisa dong.”
“Sejak kapan?”
“Sejak masuk SMA, aku juga punya band loh” kata Angga bangga.
“Kok gak pernah cerita”
“Ya, aku pikir kamu gak tertarik. Mau aku ajarin gak main gitar?”
Tertarik kok. Aku tertarik apapun tentang kamu.
“Mauuu, tapi yakin kamu mau ajarin aku? Aku kan serada susah buat belajar, apalagi belajar gitar. Aaaah udah gaperlu aaah” Nadya pura-pura sok jual mahal. Tapi akhirnya dia tertawa di ikuti tawa Angga.
“Iya, yakin. Aku juga tau kok, kamu kan harus diajarin berulang kali dulu baru ngerti” Angga tersenyum mengejek, dan berheti tertawa saat itu juga.
“Ihhh…”
Nadya menjitak kepala Angga dan menjulurkan lidahnya. Lalu masuk ke dalam tanpa menoleh kembali. Dia sempat mendengar Angga berkata, “Bercanda.. Kalo mau diajarin besok pagi aja, kamu juga kayaknya capek habis belanja.”
Mendengar kata-kata tadi membuat Nadya tak bisa berhenti tersenyum. Mereka memang selalu berantem –setiap saat- tapi tidak akan berlangsung lama. Angga selalu mengalah, meminta maaf, dan mengajaknya mengobrol kembali. Tak akan asyik tanpa ada pertengkaran kecil dalam keseharian mereka.
***

Malam harinya, saat Nadya lagi duduk di teras sambil teleponan dengan sahabatnya di Bekasi, Angga datang dan duduk di sebelahnya.
“Angggaaa… coba ngomong hallo… Begitu” Nadya mendekatkan Hpnya ke mulut Angga.
“Hallo…?”
“Hahaha, tuh Niken, denger kan suara Angga? Angga ini Niken, cantik loh orangnya…”
Angga hanya duduk di samping Nadya, melongo tak karuan mendengarkan cewek-cewek mengobrol melalui HPnya. Melihat itu, Nadya pun mengakhiri pecakapannya dengan Niken.
“Iyaa, dadah Niken”
Sekilas Angga melirik Nadya, masih dalam ekspresinya yang sulit di jelaskan.
“Anggaaa, Nadya mau cerita.. Nadya punya sahabat namanya Niken, baik orangnya. Nadya juga punya teman-teman baru, tapi belum terlalu akrab, kamu tau sendiri kan Nadya susah akrab sama orang baru.”
“Hmm, iya, trus?”
Sejak dulu sampai sekarang selalu begitu jawabannya. Seakan-akan Angga tidak tertarik dengan cerita Nadya. Kadang ada saatnya Nadya merasa kesal dengan sikapnya, tapi lambat laun Nadya belajar bertahan dan mulai memakluminya.  Dia hanya berpikir mungkin saja cowok begitu, gak peka, gak bisa memberi tanggapan yang lebih menyenangkan.
“Kok diam?” tanya Angga heran.
“Gapapa ko Ngga. Udah malam, tidur yuk. Besok jangan lupa ajarin Nadya main gitar ya. Goodnight!” Nadya meninggalkan Angga yang masih duduk menatap langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Diam-diam Angga tersenyum.
***

Pagi-pagi Nadya sudah dibangunkan oleh kak Siska, kakak perempuannya. Dia membuka sedikit matanya dengan susah payah, tampak kak Siska yang sudah rapi dengan baju olahraga, di sebelahnya -adik perempuannya- Amel, sudah siap juga memakai baju olahraga yang sama seperti Kak Siska.
“Ayo bangun! Kita jogging!”
Dengan berat hati Nadya akhirnya-pun bangun. Kalau saja sekarang dia bukan ada di rumah Angga, pasti dia akan menolak tegas ajakkan jogging kak Siska. Menurutnya, waktu tidur bagi anak sekolah itu limited edition, jadi waktu liburan gini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk tidur. Matanya masih setengah terpejam, Nadya berlari kecil menuju kamar mandi.
Selesai mandi, Nadya memakai baju olahraga dan tak lupa kerudung segitiganya. Dia keluar kamar, melihat Kak Siska, Amel, Angga, Farhan, dan Kak Rian sudah menunggunya di depan.
“Ayo kita jogging” ucap Nadya memberi semangat. Spontan. Kak Siska dan Amel hanya bisa begong melihat perubahan sikap Nadya.
Mereka jogging berpasangan, Kak Siska dan Kak Rian, Amel dan Farhan, dan tentu saja Nadya dan Angga. Dan siapa lagi yang mengusulkan ‘jogging pasangan’ jika bukan Nadya? Orang yang di maksud hanya bisa senyum-senyum sendiri menahan malu.
Jam menunjukkan pukul 07.10 WIB.  Mereka-pun istirahat dan memesan bubur ayam di pinggir jalan untuk menghilangkan rasa lapar yang sudah dari tadi mengganggu acara jogging mereka. Setelah dirasa cukup, Kak Rian mengusulkan agar segera kembali ke rumah.
“Anggaaa, ayo ajarin main gitar!!!” teriak Nadya, 10 menit setelah menginjakkan kaki di rumah.
“Iya, nanti aku ambil gitarnya dulu”
Angga masuk ke dalam rumah, beberapa menit kemudian dia keluar lagi sambil membawa gitar coklatnya. Dia duduk di teras sebelah Nadya. Mereka berdua masih mengenakan pakaian yang sama –pakaian olahraga-
“Nih, yang gampang dulu, kunci C” Angga memberitahu Nadya kunci C.
Pelan-pelan Angga memberitahu beberapa kunci gitar. Nadya hanya manggut-manggut saja melihatnya.
“Coba nih Nad” Angga memberikan gitarnya pada Nadya. Dengan sigap Nadya mengambilnya dan mencoba kunci-kunci gitar yang baru saja dikasih tahu Angga.
“Salah, telunjuk kamu agak keatasan”
“Gini?”
Setengah jam Nadya belajar gitar, dimulai dari kunci-kuncinya, tapi tidak semudah perkiraannya. Buktinya dia belum bisa semua kunci, dia hanya bisa kunci C, kunci G, kunci E, kunci A dan kunci D. Angga hanya menghela nafas lelah menatap Nadya yang tak mau menyerah.
“Udah dulu deh belajar gitarnya. Nih sekarang aku main gitar, kamu yang nyanyi.” kata Angga, dia mengambil gitarnya.
“Ihh, gak mau, gak bisa nyanyi ah”
Nyanyi? Hal yang menyenangkan, Nadya suka sekali benyanyi, tapi itu hanya untuk didengarnya sendiri. Kalau untuk di dengar orang lain, terutama Angga.???
Gak, aku gak akan mau!
“Ya udah nyanyi yang kamu bisa aja, apa?”
“Ihhh gak peka banget sih, udah main-main aja gak usah pake dinyanyiin.”
“Gak seru, enakan dinyanyiin”
“Ya udah kamu aja yang nyanyi” Nadya mulai ngambek,
“Kan aku udah main gitarnya, masa nyanyi juga, trus kamu ngapain?” Masih keras kepala, Angga tetap tak setuju.
“Jadi penonton setia aja yaa”
Akhirnya Angga pun mengalah. Dia menyanyikan lagu Bruno Mars, Rest of My Life. Nadya pelan-pelan mengikuti Angga menyanyi, hanya dengan suara pelan, dia tidak mau merusak keindahan permainan gitar dan suara Angga. Secara bergantian, Angga bernyanyi sambil sesekali menatapnya lalu menatap gitarnya. Cara permainan gitar yang biasanya hanya di lakukan oleh pemeran tokoh dalam drama-drama. Aaaaah~ Indah sekali.
***

Tanpa terasa sudah 1 minggu keluarga Nadya menginap di rumah Angga. 3 hari lagi mereka sudah masuk sekolah. Memasuki semester baru. Jadi, hari ini Nadya dan keluarganya memasukkan baju dan barang-barang  tertentu ke dalam koper sebelum pamit untuk pulang.
Kembali ke Bekasi lagi, berpisah sama Angga lagi. Membosankan.
“Hati-hati yaaa…” ucap mamanya Angga.
“Iya, makasih banyak Budhe maaf, banyak ngerepotin ya”
“Gak kok sayang”
“Nanti lebaran gantian dong kalian yang ke Bekasi ”
“Oke deh! Siap! hehe”
Orang tua Angga dan orang tua Nadya saling mengucapkan kata perpisahan. Nadya melirik ke arah Angga, menatap matanya, kata orang mata itu gak pernah bohong, selalu jujur. Dan dari mata Angga tidak tampak terpancar rasa kesedihan, apalagi kehilangan.
Aaaaah sudahlah Nad. Jangan berlebihan.
Nadya tersenyum kecut, dia tahu, dia hanya bertepuk sebelah tangan. Angga tidak mungkin berpikir hal yang sama dengan dia, menyukai saudara sepupu? Impossible.
Nadya mengalihkan perhatiannya ke arah Budhe dan mamanya yang saling berpelukan. Tiba-tiba sebuah tangan merangkulnya dan terasa hangat. Kak Rian. Kak Rian hanya tersenyum dan mengucapkan sampai jumpa tahun depan. Tangis Nadya hampir saja pecah. Nadya hanya bisa mengangkat bahu. Mencoba bersikap dewasa di depan mereka.
***

Beberapa bulan kemudian Nadya mendengar kabar buruk dari keluarga Angga. Mama dan ayah Angga telah bercerai. Alasan perceraian itu karena papa Angga selingkuh dengan teman kerjanya di kantor.
Ya ampun Angga, apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata perceraian itu?
Nadya langsung mengambil HPnya dan menelepon Angga. Telepon itu tidak dijawab. Nadya beranggapan Angga memang tidak ingin menjawabnya. Tapi dia tidak putus asa, dia tetap berusaha meneleponnya, hingga pada deringan ke-6, Angga pun menjawab teleponnya.
“Hallo?” jawab Angga malas
“Hallo, Angga?”
“Udah dengar ya kamu?” tanya Angga lirih memotong kata-kata Nadya.
“Ya gitu deh”
“Haha, biasa aja nanggepinnya. Itu kan cuma cerai, bukan meninggal, jadi aku masih bisa ketemu ayahku.” Suaranya datar. Tetap saja ada yang ganjil.
Angga pembohong! Mungkin dia bisa bilang kayak gitu, tapi dari suaranya terdengar nada kesedihan. Nadya ingat Angga pernah berkata bahwa dia bangga dengan sosok ayahnya dan dia ingin menjadi seperti ayahnya itu. Tapi setelah dia tahu ayahnya ternyata selingkuh, dia pasti sangat kecewa. Terlalu kecewa untuk seorang seperti Angga.
“Oy, masih disitu kan?” tanya Angga cemas, karena sejak tadi dia tidak mendengar suara Nadya.
“Kalau mau nangis, nangis aja Ngga, gak perlu pura-pura tegar gitu.” Ucap Nadya bijak
“Apa sih, sejak tinggal di Bekasi kamu jadi lebay ya haha” Suaranya masih sama, bahkan tawa Angga-pun tampak sumbang.
“Gak usah maksain buat ketawa, Ngga. Sama sekali gak lucu” Nadya mulai gemas dengan tingkah sepupunya itu.
“Udah ah, aku mau mandi dulu, bau! Dah Nadya” Angga menutup teleponnya begitu saja.
Mau mandi? Alasan yang aneh.
Nadya melirik jam dinding di kamarnya, jam 11.00 WIB. Angga memang termasuk cowok yang paling rajin mandi, dia selalu mandi pagi, gak mungkin jam segini dia baru mau mandi. Angga memang pembohong yang payah! Dia pasti sengaja menghindari Nadya.
Menurut kabar yang Nadya dapat dari mamanya, Angga, kak Rian dan Farhan tinggal bersama Budhe. Ayah Angga pekerjaannya tidak tetap, selalu pindah-pindah kota. Kalau anak-anaknya ikut ayahnya, sekolah mereka pun harus pindah-pindah, dan itu tidak baik. Mungkin alasan itulah yang menjadi alasan lain kenapa Pakde bisa berbuat hal begitu. Bahkan Pakde jarang bertemu keluarganya. Kasihan mereka…
Awalnya ayah Angga masih suka menghubungi Angga dan saudara-saudaranya, tapi beberapa tahun kemudian, ayah Angga semakin jarang menghubungi mereka.
Perlahan-lahan Angga pun mulai terbiasa hidup tanpa seorang ayah, tanpa kepala rumah tangga. Yang dia pikirkan sekarang adalah membahagiakan satu-satunya orang yang dia sayang, mamanya.
***

EPILOG

Aku sudah di akhir kelas 12. Cepat sekali waktu berlalu…
Tanggal 14 April kemarin. Mereka baru saja melaksanakan UN, dan seminggu yang lalu mereka baru saja menerima hasilnya. Mereka berdua lulus, nilai UN Nadya lebih besar dari Angga, karena itu Angga pun meminta Nadya  untuk mentraktirnya sebagai perayaan. Nadya setuju-setuju saja.
Sekarang, mereka sama-sama sedang menunggu jam 20.00 WIB, di tempat yang berbeda, di waktu yang kurang dan kelebihan 1 atau 2 menit-an. Untu apa? untuk melihat pengumuman SNMPTN. Pengumuman yang kita tunggu-tunggu. Khususnya anak kelas 12.
5 menit lagi…
Deg-deg-deg-deg-deg
Nadya dan Angga sudah siap di depan laptopnya masing-masing, Bekasi dan Gresik, di layar laptop mereka, terlihat  situs SNMPTN. Perasaan mereka tak karuan, Angga sudah tak sabar. Di lain tempat Nadya hampir menangis histeris. Tak lupa mereka berdoa kepada Allah SWT agar diterima di PTN yang mereka inginkan.
Pukul 20.00 WIB…
Angga dan Nadya mengetikkan passwordnya masing-masing, menunggu loading, dan terpampanglah pengumuman SNMPTN >,<
Mereka menatap layar dengan ekspresi yang sama.
“Alhamdulillah…” Ucap salah satu dari mereka
Telepon berdering.
“Hallo, gimana hasilnya?” Tanya Nadya Antusias
“Gagal! Kamu?” Jawab Angga dengan Intonasi yang datar.
“Alhamdulillah keterima. Ya udah jangan sedih Ngga, semangat untuk SBMPTN, pasti bisa!”
“Sedih? Siapa yang sedih? SBMPTN? Buat apa?” Angga tertawa diam-diam di tempatnya
“Buat ikut tes PTN lah” Tampaknya Nadya tidak sedang dalam mood bercanda.
“Ngapain, aku gak keterima dipilihan jurusan satu, tapi keterima dipilihan jurusan kedua tau. Haha” Akhirnya Angga mulai tertawa terbahak-bahak saking lucunya
“Jadi? Kita sama-sama kuliah di UNDIP?” tanya Nadya untuk memastikan. Masih tak percaya. Kecil sekali kemungkinan di terima di pilihan kedua.
“Iya Nadyaaa. Sama-sama di Undip, tapi beda jurusan. Puas?”
Nadya berpikir ulang, dari sekian banyak orang, mereka berdua sama-sama Diterima di UNDIP walaupun beda jurusan. Tetap saja satu universitas! Tapi kemungkinan untuk sama-sama satu kampus-kan sangat kecil. Aneh sekali ya kan?
Apa mungkin ini artinya kita berjodoh? Haha, gak mungkin Nad. Gak mungkin banget!
Flashback ke percakapan Nadya dengan Angga sebulan yang lalu, saat itu Angga meceritakan dengan gembira dipenuhi rasa malu kalau dia sudah punya pacar di Gresik. Namanya Luna.. Nadya malah membayangkan Luna Maya, tapi setelah melihatnya di foto page FB, ternyata Luna wanita yang cantik. Yahhh.. Harapannya sudah pupus, dia tidak mungkin pacaran dengan Angga, tentu saja tidak, mereka saudara sepupu. Tapi, tak pernah Angga berbicara dengan nada malu-malu seperti itu. Tak pernah. Tentu. Kecuali hari itu.
Udah ah, jangan mikirin Angga terus, aku punya kehidupan, kehidupan baruku di UNDIP! Angga tetap sahabat aku! Sepupu aku! Aku cuma nge-fans! Move On Nad!
“Halloo, Nad kamu gak pingsan kan?” Tanya Angga di seberang telepon dengan nada bercanda.
“Gak dong, tunggu aku di UNDIP ya! Bye”
Nadya melihat masa depannya cerah, secerah hatinya saat ini. Dia senang, dia bisa membuat orang tuanya bangga. Dia pun bisa menyusul kak Siska yang sudah lebih dulu masuk UNDIP. Dia akan berusaha menjadi mahasiswi komunikasi yang baik dan membahagiakan keluarganya dan tentu saja, ada Angga di sana. Gak ada lagi kata “Bete” dalam kamus hidupnya.

SELAMAT DATANG KEHIDUPAN BARU ^_^


Makasih buat sahabatku, Annida Sholihah : http://annidatorytory.blogspot.com/

Kisah Cinta Khalifah Ali Bin Abi Thalib Dan Fatimah Az-zahra


.

Bismillaahirrahmanirrahiim

Cinta sahabat Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra memang luar biasa indah, cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun expresi. Hingga konon karena saking teramat rahasianya setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya. Dan akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Sudah lama Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah, ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Ummar melamar fatimah. Sementara dirinya belum siap untuk melakukannya.

Pada saat kaum muslimin hijrah ke madinah, Fathimah dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya. Setelah Rasulullah SAW menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha meminang Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dahulu untuk meminang tapi Nabi menolak dengan lemah lembut.

Lalu Ali bin Abi Thalib datang kepada Rasulullah untuk melamar, ketika nabi bertanya, “Apakah engkau mempunyai sesuatu ?”

“Tidak ada ya Rasulullah,” jawabnya.

“Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu,” tanya Rasulullah SAW lagi.

“Masih ada padaku wahai Rasulullah,” jawab Ali.

“Berikan itu kepadanya (Fatihmah) sebagai mahar.” kata beliau.

Kemudian Ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affan seharga 470 dirham, Ali pun memberikannya kepada Rasulullah dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin.

Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu dikaruniai anak bernama Al- Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun ke 4 H.

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali:

Fatimah : “Wahai suamiku Ali, aku telah halal bagimu, aku pun sangat bersyukur kepada Allah karena ayahku memilihkan aku suami yang tampan, sholeh, cerdas dan baik sepertimu”.

Ali          : “Aku pun begitu wahai Fatimahku sayang, aku sangat bersyukur kepada Allah akhirnya cintaku padamu yang telah lama kupendam telah menjadi halal dengan ikatan suci pernikahanku denganmu.”

Fatimah   : (berkata dengan lembut) “Wahai suamiku, bolehkah aku berkata jujur padamu? karena aku ingin terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan rumah tangga kita”.

Ali           : “Tentu saja istriku, silahkan, aku akan mendengarkanmu…”.

Fatimah   : “Wahai Ali suamiku, maafkan aku, tahukah engkau bahwa sesungguhnya sebelum aku menikah denganmu, aku telah lama mengagumi dan memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, dan aku merasa pemuda itu pun memendam rasa cintanya untukku. Namun akhirnya ayahku menikahkan aku denganmu. Sekarang aku adalah istrimu, kau adalah imamku maka aku pun ikhlas melayanimu, mendampingimu, mematuhimu dan menaatimu, marilah kita berdua bersama-sama membangun keluarga yang diridhoi Allah”

              Sungguh bahagianya Ali mendengar pernyataan Fatimah yang siap mengarungi bahtera kehidupan bersama, suatu pernyataan yang sangat jujur dan tulus dari hati perempuan sholehah. Tapi Ali juga terkejut dan agak sedih ketika mengetahui bahwa sebelum menikah dengannya ternyata Fatimah telah memendam perasaan kepada seorang pemuda. Ali merasa agak sedih karena sepertinya Fatimah menikah dengannya karena permintaan Rasul yang tak lain adalah ayahnya Fatimah, Ali kagum dengan Fatimah yang mau merelakan perasaannya demi taat dan berbakti kepada orang tuanya yaitu Rasul dan mau menjadi istri Ali dengan ikhlas.

              Namun Ali memang sungguh pemuda yang sangat baik hati, ia memang sangat bahagia sekali telah menjadi suami Fatimah, tapi karena rasa cintanya karena Allah yang sangat tulus kepada Fatimah, hati Ali pun merasa agak bersalah jika hati Fatimah terluka, karena Ali sangat tahu bagaimana rasanya menderita karena cinta. Dan sekarang Fatimah sedang merasakannya. Ali bingung ingin berkata apa, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Di satu sisi ia sangat bahagia telah menikah dengan Fatimah, dan Fatimah pun telah ikhlas menjadi istrinya. Tapi di sisi lain Ali tahu bahwa hati Fatimah sedang terluka. Ali pun terdiam sejenak, ia tak menanggapi pernyataan Fatimah.

              Fatimah pun lalu berkata, “Wahai Ali suamiku sayang, Astagfirullah maafkan aku. Aku tak ada maksud ingin menyakitimu, demi Allah aku hanya ingin jujur padamu, saat ini kaulah pemilik cintaku, raja yang menguasai hatiku.”.

              Ali masih saja terdiam, bahkan Ali mengalihkan pandangannya dari wajah Fatimah yang cantik itu. 
              Melihat sikap Ali, Fatimah pun berkata sambil merayu Ali, “Wahai suamiku Ali, tak usah lah kau pikirkan kata-kataku itu, marilah kita berdua nikmati malam indah kita ini. Ayolah sayang, aku menantimu Ali”.

              Ali tetap saja terdiam dan tidak terlalu menghiraukan rayuan Fatimah, tiba-tiba Ali pun berkata, “Fatimah, kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, kau pun tahu betapa aku berjuang memendam rasa cintaku demi untuk ikatan suci bersamamu, kau pun juga tahu betapa bahagianya kau telah menjadi istriku. Tapi Fatimah, tahukah engkau saat ini aku juga sedih karena mengetahui hatimu sedang terluka. Sungguh aku tak ingin orang yang kucintai tersakiti, aku bisa merasa bersalah jika seandainya kau menikahiku bukan karena kau sungguh-sungguh cinta kepadaku. Walupun aku tahu lambat laun pasti kau akan sangat sungguh-sungguh mencintaiku. Tapi aku tak ingin melihatmu sakit sampai akhirnya kau mencintaiku.”.

              Fatimah pun tersenyum mendengar kata-kata Ali, Ali diam sesaat sambil merenung, tak terasa mata Ali pun mulai keluar air mata, lalu dengan sangat tulus Ali berkata lagi, “Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi aku belum menyentuh sedikit pun dari dirimu, kau masih suci. Aku rela menceraikanmu malam ini agar kau bisa menikah dengan pemuda yang kau cintai itu, aku akan ikhlas, lagi pula pemuda itu juga mencintaimu. Jadi aku tak akan khawatir ia akan menyakitimu. Aku tak ingin cintaku padamu hanya bertepuk sebelah tangan, sungguh aku sangat mencintaimu, demi Allah aku tak ingin kau terluka… Menikahlah dengannya, aku rela”.

              Fatimah juga meneteskan air mata sambil tersenyum menatap Ali, Fatimah sangat kagum dengan ketulusan cinta Ali kepadanya, ketika itu juga Fatimah ingin berkata kepada Ali, tapi Ali memotong dan berkata, “Tapi Fatimah, sebelum aku menceraikanmu, bolehkah aku tahu siapa pemuda yang kau pendam rasa cintanya itu? Aku berjanji tak akan meminta apapun lagi darimu, namun izinkanlah aku mengetahui nama pemuda itu.”

              Airmata Fatimah mengalir semakin deras, Fatimah tak kuat lagi membendung rasa bahagianya dan Fatimah langsung memeluk Ali dengan erat. Lalu Fatimah pun berkata dengan tersedu-sedu, “Wahai Ali, demi Allah aku sangat mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu karena Allah."

              Berkali-kali Fatimah mengulang kata-katanya. Setelah emosinya bisa terkontrol, Fatimah pun berkata kepada Ali, “Wahai Ali, awalnya aku ingin tertawa dan menahan tawa sejak melihat sikapmu setelah aku mengatakan bahwa sebenarnya aku memendam rasa cinta kepada seorang pemuda sebelum menikah denganmu, aku hanya ingin menggodamu, sudah lama aku ingin bisa bercanda mesra bersamamu. Tapi kau malah membuatku menangis bahagia. Apakah kau tahu sebenarnya pemuda itu sudah menikah”.

              Ali menjadi bingung, Ali pun berkata dengan selembut mungkin, walaupun ia kesal dengan ulah Fatimah kepadanya ”Apa maksudmu wahai Fatimah? Kau bilang padaku bahwa kau memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, tapi kau malah bilang kau sangat mencintaiku, dan kau juga bilang ingin tertawa melihat sikapku, apakah kau ingin mempermainkan aku Fatimah? Sudahlah tolong sebut siapa nama pemuda itu? Mengapa kau mengharapkannya walaupun dia sudah menikah?”.

              Fatimah pun kembali memeluk Ali dengan erat, tapi kali ini dengan dekapan yang mesra. Lalu menjawab pertanyaan Ali dengan manja, “Ali sayang, kau benar seperti yang kukatakan bahwa aku memang telah memendam rasa cintaku itu, aku memendamnya bertahun-tahun, sudah sejak lama aku ingin mengungkapkannya, tapi aku terlalu takut, aku tak ingin menodai anugerah cinta yang Allah berikan ini, aku pun tahu bagaimana beratnya memendam rasa cinta apalagi dahulu aku sering bertemu dengannya. Hatiku bergetar bila ku bertemu dengannya. Kau juga benar wahai Ali cintaku, ia memang sudah menikah. Tapi tahukah engkau wahai sayangku, pada malam pertama pernikahannya ia malah dibuat menangis dan kesal oleh perempuan yang baru dinikahinnya”

              Ali pun masih agak bingung, tapi Fatimah segera melanjutkan kata-katanya dengan nada yang semakin menggoda Ali, ”Kau ingin tahu siapa pemuda itu? Baiklah akan kuberi tahu. Sekarang ia berada disisiku, aku sedang memeluk mesra pemuda itu, tapi kok dia diam saja ya, padahal aku memeluknya sangat erat dan berkata-kata manja padanya, aku sangat mencintainya dan aku pun sangat bahagia ternyata memang dugaanku benar, ia juga sangat mencintaiku…”

              Ali berkata kepada Fatimah, “Jadi maksudmu…???”

              Fatimah pun berkata, “Ya wahai cintaku, kau benar, pemuda itu bernama Ali bin Abi Thalib sang pujaan hatiku”.
             

Subhanallah, Betapa Indahnya Kisah Cinta antara Ali Bin Abi Thalib Dan Fatimah Az-Zahra. Maha Suci Allah, Dialah yang mengatur segalanya. Dialah yang telah mengatur jodoh, rezeki, pertemuan, dan maut dari setiap insan di Dunia.. سُبْØ­َانَ اللَّÙ‡ِ




Arsenal vs Everton 1-1: Jalannya Pertandingan


.

Arsenal vs Everton 1-1: Jalannya Pertandingan
                              Gerard Deulofeu (kanan) merayakan gol disaksikan gelandang Arsenal, Mikel Arteta. 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Sempat unggul lebih dulu,Arsenal dipaksa bermain imbang 1-1 dengan Everton pada lanjutan Liga Premier Inggris di Stadion Emirates, Minggu (8/12/2013). The Gunners unggul berkat gol Mesut Oezil sebelum Gerard Deulofeu  menyamakan kedudukan. 
Meski hanya meraih satu poin, Arsenal masih tetap berada di puncak klasemen sementara dengan poin 35, unggul lima angka dari Liverpool di peringkat kedua. Sementara, Everton masih menempati posisi kelima dengan poin 28. 
Kedua tim bermain terbuka sejak menit-menit awal. Arsenalmendapatkan peluang emas pertama melalui aksi Kieran Gibbs. Namun, kesempatan itu belum membuahkan hasil karena umpan silang Carl Jenkinson dari sisi kanan lapangan belum dapat dimaksimalkannya untuk menjadi gol.
Everton sendiri bukan tanpa serangan. Bahkan, skuad asuhan Roberto Martinez itu terlihat mampu menguasai jalannya laga. Akan tetapi, rapatnya barisan pertahan Arsenal membuat Romelu Lukaku dan kawan-kawan kesulitan menciptakan peluang sehingga lebih banyak berkutat di lapangan tengah.
Lima menit sebelum turun minum, Arsenal mendapatkan dua peluang emas melalui Olivier Giroud dan Jack Wilshere. Akan tetapi, kiper Everton, Tim Howard mampu tampil gemilang dengan mementahkan dua kesempatan tersebut. 
Selepas jeda, kedua tim masih jual beli serangan. Di babak ini,Everton memperoleh kesempatan emas pertama kali untuk membobol gawang Arsenal melalui Steven Pienaar pada menit ke-54. Akan tetapi, peluang tersebut masih dapat dimentahkan cukup baik oleh kiper Arsenal, Wojciech Szczesny.
Dua menit berselang giliran Arsenal yang mengancam. Namun, lagi-lagi Howard mampu melakukan penyelamatan gemilang saat menepis bola tendangan keras Aaron Ramsey dari dalam kotak penalti sehingga peluang Arsenal hanya menghasilkan tendangan pojok. 
Pada menit ke-68, pelatih Arsenal pun langsung melakukan tiga pergantian pemain. Tomas Rosicky, Mathieu Flamini dan Theo Walcott dimasukkan menggantikan Wilshere, Ramsey dan Santi Cazorla, untuk menambah daya gedor skuadnya. 
Perubahan itu pun membuahkan hasil karena permainanArsenal terlihat lebih tajam. Sepuluh menit sebelum akhir laga, The Gunners akhirnya mampu membuat pendukung tuan rumah bersorak setelah Oezil mampu mencatatkan namanya di papan skor untuk membawa Arsenal unggul 1-0. 
Gol tersebut tercipta setelah Oezil mampu meneruskan umpan sundulan Walcott yang gagal dieksekusi dengan baik oleh Giroud di depan gawang Everton
Akan tetapi, keunggulan Arsenal itu tidak bertahan lama. Adalah pemain pengganti, Deulofeu, yang sukses membungkam publik Emirates setelah mampu mencetak gol penyama kedudukan dengan tendangan keras dari dalam kotak penalti pada menit ke-84. 
Arsenal kembali berusaha membalas. Pada injury time, Giroud melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti. Sayang, bola tendangan bomber asal Perancis itu masih membentur mistar gawang Everton sehingga membuat skor 1-1 pun bertahan hingga pertandingan usai. 
Menurut catatan, sepanjang pertandingan, Arsenal menguasai bola sebanyak 44 persen dan menciptakan lima peluang emas dari 11 usaha. Adapun tim tamu melepaskan empat tembakan akurat dari 15 percobaan. 
Susunan Pemain:
Arsenal: 1-Wojciech Szczesny, 25-Carl Jenkinson, 6-Laurent Koscielny, 4-Per Mertesacker, 28-Kieran Gibbs, 8-Mikel Arteta, 10-Jack Wilshere (7-Tomas Rocicky 68), 16-Aaron Ramsey (20-Mathieu Flamini 68), 11-Mesut Oezil, 19-Santi Cazorla (14-Theo Walcott 68), 12-Olivier Giroud
Pelatih: Arsene Wenger

Everton: 24-Tim Howard, 23-Seamus Coleman, 8-Bryan Oviedo, 15-Sylvain Distin, 6-Phil Jagielka, 18-Gareth Barry, 20-Ross Barkley, 22-Steven Pienaar, 16-James McCarthy, 11-Kevin Mirallas (10-Gerard Deulofeu 79), 17-Romelu Lukaku
Pelatih: Roberto Martinez

Wasit: Howard Webb

Arsenal vs Hull City: Mesut Ozil Cetak Gol, Arsenal Unggul 2-0


.


Kamis, 5 Desember 2013 03:56 WIB

Arsenal vs Hull City: Mesut Ozil Cetak Gol, Arsenal Unggul 2-0
www.caughtoffside.com
                                             Mesut Ozil 
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Mesut Ozil membawa Arsenal sementara unggul 2-0 ketika menjamu Hull City pada lanjutan Premier League di Emirates Stadium, Kamis (5/12/2013). Gol Ozil tercipta pada menit ke-47.
Gol Ozil tercipta berkat umpan cerdik Aaron Ramsey. Pemain asal Wales itu memberikan umpan terobosan kepada Ozil yang berada di dalam kotak penalti. Ozil kemudian menuntaskan umpan tersebut dengan sepakan kaki kiri ke pojok kiri bawah.
Arsenal membuka keunggulan pada menit kedua melalui tandukan Nicklas Bendtner menyambut umpan silang Carl Jenkinson.