Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil
dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu kalimat atau wacana.
Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir
sama atau bermiripan. Ketersediaan kata itu akan ada apabila seseorang
mempunyai pembendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memilih senarai
(daftar) kata.
Pemilihan kata bukanlah sekadar memilih kata yang
tepat, melainkan juga kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai
dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan
nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, diperlukan kiat teknik tertentu
dalam memilih kata.
Ada tiga hal manfaat mempelajari diksi. Pertama,
kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata
yang cukup luas. Kedua, diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya
atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna
serumpun. Ketiga, diksi atau pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih
kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi dan kondisi tertentu.
a.
Kamus
Untuk memahami arti kata beda, misalnya, Anda dapat membuka
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka (1993: 104-105).
Informasi apa yang Anda
peroleh dari lema (entri) beda dalam
KBBI? Paling tidak ada lima hal. Pertama, kita mendapat informasi tentang jenis
atau kelas dari kata dasar beda dan
kata turunannya. Kedua, kita memperoleh informasi tentang makna kata beda itu sendiri. Ketiga, kita diberi
contoh penggunaan kata dasar beda dan
turunannya dalam kalimat. Keempat, kita mengetahui bahwa dari kata beda dapat diturunkan kata berbeda, berbeda-beda, pembedaan,
membedakan, membeda-bedakan, terbeda-bedakan, memperbedakan, pembeda, dan
pembedaan. Kelima, kita memperoleh pula informasi tentang sinonim dari kata
berbeda, yaitu berlainan, berselisih, berpautan, dan masing-masing berlainan.
b.
Tesaurus
Tesaurus merupakan khazanah
kata yang disusun menurut sebuah sistem tertentu, terdiri dari gagasan-gagasan
yang mempunyai pertalian timbal balik sehingga setiap pemakai dapat memilih
istilah atau kata yang ada di dalamnya.
Di dalam sebuah karangan,
diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah
cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk
menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa sebagai bagian
dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik,
atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Gaya bahasa ditentukan oleh
ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Kalimat, paragraf, atau wacana menjadi
efektif jika dieksprikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa
mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat
keresmian, atau realita. Gaya resmi misalnya dapat membawa pembaca/ pendengar
ke dalam suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tudak resmi mengarahkan
pembaca/ pendengar ke dalamsituasi rileks tapi efektif. Gaya percakapan membawa
suasana ke dalam situasi realistis.
Selain itu, pilihan dan
kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang tepat dapat menimbulkan
nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang
disertai penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi. Gaya bahasa
berdasarkan nada yang dihasilkan pilihan kata ini ada tiga macam, yaitu:
a.
Gaya bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan
ekspresi pesan yang mudah dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya
dalam buku-buku pelajaran, penyajian fakta, dan pembuktian.
b.
Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun
berdasarkan kaidah sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukan,
misalnya: dalamseminar, kekeluargaan, dan kesopanan.
c.
Gaya bahasa bernada tinggi mengekspresikan maksud degnan
penuh tenaga, menggunakan pilihan kata yang penug vitalitas, energi, dan
kebenaran universal. Gaya ini menggunakan kata-kata yang penuh keagungan dan
kemuliaan yang dapat menghanyutkan emosi pembaca dan pendengarnya. Gaya ini
sering digunakan untuk menggerakkan
massa dalam jumlah yang sangat banyak.
Sebelum
menampilkan gaya tertentu, ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa
seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu:
1. Cara dan media komunikasi : Lisan atau tulisan, dll
2. Bidang ilmu : filsafat, sastra, dll
3. Situasi : resmi, tidak resmi, dll
4. Ruang atau konteks : seminar, kuliah, dll
5. Khalayak : dibedakan berdasarkan umur, jenis
kelamin, dll
6. Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, dll
Sebelum menentukan pilihan
kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi
makna : makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu
berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa
kelompok yaitu :
- Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna
Leksikal : Makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi
alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata
tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit
(Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna
Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal,
untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi
seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna
“banyak buku”.
2. Makna
Referensial dan Nonreferensial
Makna referensial & nonreferensial perbedaannya
adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata
bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna
nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi
(bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau
makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna
denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain yang
ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang
/ kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh
di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang
mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki
konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan
ramping.
- Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh
sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda
memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa .
Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah
berasosiasi berani / paham komunis.
- Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah,
tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum.
Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.
Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil
perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di
bak mandi atau air hujan. Makna istilah
memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu
karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan
tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang
hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu
perkara.
- Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang
dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase,
maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata
ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut
makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan
atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh:
Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa
Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa yang
artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Setiap kata
yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip ekonomi
bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah
terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus
tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok
kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh
dipertkarkan susunannya menjadi *tikar
gulung, *domba adu, * muka tembok
karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.
Ungkapan Idiomatik
Di bawah tingkatan idiom ada
pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagai frasa. Kelompok kata bertemu dengan, dibacakan oleh, misalnya, bukan idiom, tetapi berperilaku idiom.
Pasangan kelompok kata semacam ini pantas disebut ungkapan idiomatik.
Sumber
:
Finoza,
Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa
Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia
(diunduh
11 November 2014 pukul 18:45)
Do this hack to drop 2lb of fat in 8 hours
Over 160 000 women and men are trying a easy and secret "liquids hack" to drop 1-2lbs each night as they sleep.
It's proven and it works on everybody.
This is how to do it yourself:
1) Get a drinking glass and fill it with water half glass
2) Then use this weight losing hack
so you'll become 1-2lbs lighter when you wake up!