Sebuah Kenanganku Bersama Kak Reno (bagian : 2)


.

Hari ketiga masuk sekolah. Setelah seminggu penuh melaksanakan MABIS yang menguras tenaga, fisik, dan juga batin. Alhamdulillah yah, MABIS ditutup dengan acara pensi tiap kelas. Dan yang lebih Alhamdulillah lagi, kelas aku menang. Walaupun hanya juara harapan.

Anak kelas 10 dikasih tugas membuat makalah dengan melibatkan anak-anak atau orang-orang yang kurang beruntung. Rencananya hari ini, aku dan teman-temanku mau wawancara ke panti asuhan. Tapi karena hari ini aku harus kumpul mading terlebih dahulu, aku bilang ke teman-temanku agar menungguku. Dan mereka pun setuju.

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku menuju kelas XI IPA 3 untuk kumpul ekskul mading. Cuma perkenalan anggota mading aja, sekitar jam 3 lewat aku sudah selesai. Aku dan teman sekelasku yang ikut mading juga, bernama Clara mengantarkanku ke kelas untuk bertemu teman-temanku yang ingin pergi ke panti asuhan, tetapi aku menemukan kelasku kosong tanpa ada seorang pun di dalam. Perasaanku tidak enak. Aku membujuk Clara agar menemaniku mencari dua temanku itu, Reni dan Vizka.

Aku dan Clara mencari di mesjid, nggak ada siapa pun. Kita berdua kembali ke dalam sekolah, di tengah lapangan, ada sekumpulan anak cowok yang lagi latihan basket, tiga orang dari mereka berjalan ke arahku, salah satu dari mereka berkata kepadaku sambil cengar-cengir "“Hey, ada yang mau kenalan tuh! Yang lagi megang HP!”" Aku tak terlalu memperdulikan perkataannya, pikiranku hanya tentang ‘'dimana teman-temanku?'’ Aku pun berlalu meninggalkan mereka semua tanpa berkata sedikitpun.

Di kantin hanya ada beberapa siswa-siswi yang sedang duduk-duduk sambil ngobrol, aku mencari Reni dan Vizka tapi aku tak menemukan mereka berdua. Clara mendekatiku, “"Udah pada pulang tau, lihat aja udah sepi kayak gitu.”"

Sebenarnya aku setuju dengan kata-kata Clara itu. Mereka berdua pasti sudah pulang. Tapi hatiku menolaknya, mana mungkin mereka berdua tega meninggalkanku? Tanpa bilang ataupun izin dulu padaku.

Clara mengajakku pulang. Okelah, aku menyetujui ajakkannya karena aku pun merasa tidak enak dengan Clara yang daritadi aku repotkan.

Perjalanan pulang ke rumah terasa sangat membosankan. Ingin rasanya aku cepat-cepat sampai ke rumah, lalu sms Reni dan Vizka. Ahh, aku menyesalkan diriku yang tidak membawa HP!

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar, membuka sepatuku yang sudah kotor, mencari HPku, dan mengetik sebuah sms ‘Kalian pergi duluan ya?’ mencari sebuah nomor di kontak dengan nama -Reni- lalu mengirimnya. Tak berapa lama ada balasan dari Reni, aku membacanya dan JLEB! Isinya benar-benar membuatku kaget, kesal, marah, dan merasa dibohongin! '‘Iya, maaf ya, soalnya takut keburu sore. Reninya gak boleh pulang sore.’' Alasan yang bagiku masuk akal, tapi kenapa nggak bilang dari awal? Apa kalian nggak tahu gimana rasanya jadi aku? Aku mencari kalian berdua panas-panasan! Aku yang begitu mempercayai kalian berdua merasa dibohongin. Aku benar-benar kecewa teman.

Sms dari Reni tidak aku balas. Reni mencoba sms aku lagi '‘Marah ya? Maaf sih’.' Sama seperti tadi, aku tidak membalas sms itu, ada perasaan malas untuk membalas sms itu.

Aku langsung menjatuhkan badanku ke tempat tidur tanpa mengganti baju seragamku terlebih dahulu. Air mataku tak dapat terbendung lagi, keluar membasahi kedua pipiku. Aku mengambil HPku kembali, mengetik sebuah curahan hatiku saat ini lalu mengirimnya ke Kak Reno. 3 menit kemudian. Balasan sms dari Kak Reno terlihat di layar HPku. Aku pun membacanya masih dalam keadaan menangis. Aku ceritakan semua kekesalanku padanya, dia merasa simpaik padaku dan memberiku berbagai nasihat.

Kata-kata yang aku ingat dari semua itu adalah “'Jangan nangis dong, kakak mah paling gak bisa kalau dengar/ngeliat cewek nangis, kasian :’('“ Entahlah, tiba-tiba ada suatu perasaan lega dan perasaan lain. Perasaan itu seperti aku mempunyai seorang kakak yang care sama adiknya.

Tangisku pun terhenti. Aku menghapus air mataku yang jatuh deras di kedua pipiku. Kedua mataku sembab, tanpa ku sadari, aku tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi, aku menangis hanya karena hal itu. Tapi aku ucapkan "“Big thanks for kak Reno.”"

_bersambung_

Your Reply