KLIPING
MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
Diajukan
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Pendidikan
Disusun
oleh:
ANNISA
APRILIA
2225141025
Semester 1 Kelas A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Masalah
Pendidikan di Indonesia sebagai salah satu
kegiatan belajar atau kuliah dan sebagai tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Ibu
Dr. Luluk Asmawati, M.Pd.
selaku dosen Mata Kuliah Pengantar
Pendidikan yang telah memberikan masukan dalam
penyusunan makalah ini;
2. Kedua
orang tua kami, serta semua pihak yang telah memberikan semangat, ide dan
bantuannya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Serang, 10 Desember 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR
ISI iii
MASALAH
PENDIDIKAN DI INDONESIA
1.
Tidak Lulus Ujian,
Siswa Rusak Sekolah 1
2.
Indonesia Perlu 400.000
Guru SD 3
3.
Menambah Beban Biaya
Sekolah, Wali Murid Keluhkan Pembelian Modul 5
4.
ICW Sebut Korupsi
Pendidikan Capai Rp 619 Miliar 7
5.
Ruang Kelas tak Cukup,
Siswa Numpang Belajar 9
6.
Kurikulum 2013
Membingungkan 11
7.
30% SD Tidak Punya
Perpustakaan 14
8.
Razia Handphone di Sekolah
16
9.
LPA Pastikan Penganiaya
Siswa Disanksi 19
10. Banyak
Guru tidak Paham K13 21
11. Pembangunan
Perpustakaan Bermasalah 23
12. Guru
dan Siswa Belajar Pakai CD 25
13. Kurikulum
2013 Bermasalah 27
14. Bantuan
Madrasah Dipertanyakan 30
15. Rehab
SDN 1 Tarumanagara Dipersoalkan 32
16. 7
Jurusan di IAIN Tak Terakreditasi 34
17. Gedung
MTs Paburuan Ambruk 36
18. Pelajaran
Bahasa Inggris Dinilai Kurang Bagi SMK 38
19. Bantuan
Siswa Miskin tidak Diterima Utuh 40
20. Pembatasan
Penerapan Kurikulum 2013, Anak Didik Jadi Korban 42
KESIMPULAN DAN SARAN 44
1.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 6 November 2014
Halaman : 6
Judul : Banyak Guru tidak Paham K13
Analisis
:
Kepala Dinas Pendidikan
Kota Cilegon Muhtar Gozali mengakui, sebagian besar guru belum memahami
kurikulum 2013 dan masih ada beberapa guru yang ragu dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013. Maka pada tahun ajaran 2014-2015 atau kurikulum 2013, pihaknya
menginginkan agar setiap guru di Cilegon bisa memahami sepenuhnya tentang
kurikulum 2013.
Solusi
:
Beberapa solusi agar
para guru dapat memahami kurikulum 2013 (K13) yaitu dengan cara mengadakan kegiatan
pemantapan kepada guru-guru
yang berada di Kota Cilegon mengenai kurikulum 2013. Pemantapan ini bisa dilakukan dengan bertahap. Karena
akan ada perubahan yang pasti terjadi setelah pemantapan ini terlaksana
dengan sebaik mungkin.
Mengapa pemantapan itu dianggap perlu? Dikarenakan
perubahan mendasar pada kurikulum 2013 ini yaitu mengenai metode pengajaran dan penilaian
terhadap siswa dan juga tuntutan
terhadap guru akan kreativitas mereka dalam mengajar.
Semua itu merupakan tugas para guru. Di dalam
pemantapan tersebut, guru harus diberi kesempatan mengaplikasikan atau menerapkan metode
pembelajaran yang telah dijelaskan.
Memang ini akan membutuhkan waktu yang lama, namun tidak ada salahnya apabila
setiap guru bisa mengaplikasikannnya di dalam pemantapan tersebut sebelum para guru kembali ke
tempat mereka memberi pengajaran kepada murid-muridnya. Selain itu, para peserta workshop
yang lain diharapkan untuk memberikan penilaian terhadap cara guru tersebut
mengaplikasikan di tempat pemantapan itu. Dan pada akhirnya kita semua berharap dari kegiatan
pemantapan kurikulum 2013 tersebut, para guru bisa menilai bahwa kurikulum 2013 lebih baik
dari kurikulum sebelumnya.
2.
Nama
media : Kompas
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2014
Halaman : 21
Judul : Tidak Lulus Ujian, Siswa Rusak
Sekolah
Analisis
:
Sejumlah siswa Sekolah
Menengah Atas Holat merusak sejumlah ruang sekolah dan beberapa fasilitas
(jendela, bangku, kursi, dan lainnya) di sekolah mereka yang berada di Desa
Holat, Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara. Hal tersebut
dilakukan setelah mereka dinyatakan tidak lulus dalam Ujian Nasional.
Solusi
:
Seharusnya para guru
dan keluarga dapat memulihkan kesedihan dan kekecewaan siswa-siswi yang tidak
lulus Ujian Nasional (UN) agar harga diri dan kepercayaan mereka yang sudah
hancur dapat dikembalikan seperti sedia kala. Berikan pengertian serta pandangan dan wawasan, bahwa
kegagalan UN bukan berarti masa depannya sudah selesai. UN hanyalah satu tahap kecil dari tahap kehidupan
lain yang masih panjang dan luas.
Berikan juga pengertian
kepada siswa-siswi tersebut, bahwa walaupun tidak lulus UN, mereka dapat
mengikuti program paket C.
Jelaskan kepada mereka, ijazah program
paket C itu setara
dengan ijazah SMA. Artinya, ijazah ini dapat digunakan untuk melanjutkan studi
ke perguruan tinggi negeri atau swasta, dapat dipakai melamar pekerjaan menjadi
PNS atau swasta, bahkan dapat dipakai untuk melamar menjadi anggota TNI dan POLRI. Semua itu dilakukan agar kesedihan dan kekecewaan siswa tidak
disalurkan dengan berbagai macam
tindakan anarkis.
Tetapi jika telah terjadi pengrusakan gedung dan fasilitas sekolah oleh
siswa tersebut, maka para petinggi sekolah harus mengadakan pertemuan kepada
para wali murid untuk mengambil kebijakan dengan tepat. Atau apabila tidak bisa
dimusyawarahkan lagi, dengan sangat terpaksa kejadian tersebut bisa saja dilaporkan
kepada pihak yang berwajib. Namun sebaiknya jangan sampai itu terjadi. Kalaupun
terjadi, berilah hukuman atau sanksi kepada para pelaku dengan cara direhab
atau dipulihkan mentalnya agar tidak mengulangi apa yang
telah mereka lakukan. Sehingga itu semua tidak akan
menambah kekecewaan maupun rasa frustasi terhadap para siswa tersebut.
3.
Nama
media : Radar Banten
Hari/Tanggal : Jumat, 7 November 2014
Halaman : 22
Judul : Pembangunan Perpustakaan Bermasalah
Analisis :
Proyek pembangunan gedung perpustakaan di SDN 3 Wannasalam dipermasalahkan
warga. Soalnya, bahan material yang digunakan untuk pembangunan gedung-gedung
diduga tidak sesuai spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Selain itu, di sekitar
proyek juga tidak ditemukan papan informasi sehingga tidak diketahui anggaran
yang digunakan untuk pembangunan.
Ketika Unit Pelaksana
Teknis (UPT) melakukan pemeriksaan terhadap beberapa material yang digunakan,
ternyata rangka besi yang digunakan tidak sesuai dengan RAB, karena seharusnya
besi yang digunakan itu berukuran 12 inci, namun pihak pelaksana menggunakan
besi yang berukuran 8 inci.
Solusi
:
Di sekitar proyek
seharusnya ditempel papan informasi mengenai anggaran yang digunakan dalam
membangun perpustakaan tersebut agar warga dapat mengetahui anggaran yang
digunakan, sehingga tidak akan
terjadi
kesalahpahaman antar pihak.
Ketua pelaksana
pembangunan pun seharusnya melakukan pembangunan sesuai dengan rancangan
anggaran biaya (RAB) yang telah dibuat. Jika memang ingin mengadakan perubahan
dalam penggunaan material, lebih baik dimusyawarahkan dan diberitahukan kepada Unit Pelaksana
Teknis (UPT) terlebih dahulu.
Dan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT), harus selalu mengadakan pemeriksaan secara rutin.Terutama
pada sekolah-sekolah yang sedang melakukan pembangunan. Agar
pembangunan yang dilakukan berjalan dengan baik, benar dan sesuai dengan apa
yang diinginkan serta selesai tepat waktu.
4.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Rabu, 12 November 2014
Halaman : 12
Judul : Bantuan Madrasah Dipertanyakan
Analisis
:
Pengurus Kelompok Kerja
Madrasah Diniyah (KKMD) tingkat kecamatan mempertanyakan Biaya Operasional
Madrasah (BOM). Sudah hampir satu tahun, Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) yang
ada di Kabupaten Pandeglang belum menerima bantuan tersebut.
Zaenal Mutaqim, Ketua
FKMD Kabupaten Pandeglang mengungkapkan, berdasarkan hasil pertemuan dengan
DPKPA Pandeglang bahwa bantuan itu belum diberikan karena masih adanya
administrasi yang belum lengkap. Dengan belum diberikannya Biaya Operasional
Madrasah tersebut, pengurus madrasah sangat kesulitan melakukan kegiatan
belajar mengajar, karena seharusnya anggaran itu turun per-enam bulan sekali.
Solusi
:
Pihak Madrasah Diniyah
Awaliyah (MDA) yang ada di Kabupaten Pandeglang seharusnya segera menyelesaikan dan melengkapi
administrasi yang dibutuhkan agar
Biaya Operasional Madrasah (BOM) dapat segera cair.
Dan kepada DPKAD
Pandeglang, diharapkan tidak mempersulit proses administrasi yang dilakukan
oleh pihak madrasah. Jika urusan administrasi itu telah dilengkapi dan
diselesaikan, pihak DPKAD dapat segera memberika Biaya Operasional Madrasah
(BOM) kepada pihak madrasah, agar mereka tidak menggunakan biaya swadaya lagi.
Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik.
5.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Rabu, 12 November 2014
Halaman : 12
Judul : Rehab SDN 1 Tarumanagara
dipersoalkan
Analisis
:
Ketua Fraksi Bintang
Hanura DPRD Kabupaten Pandeglang Iwan Coanda meragukan kualitas hasil rehab
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Tarumanagara Kecamatan Cigeulis yang memakai
anggaran Rp 92 juta lebih. Pasalnya, dalam rehab sekolah itu diduga menggunakan
rangka baja bekas serta ada beberapa item yang seharusnya diganti seperti kusen
dan pintu tetapi kenyataannya tidak diganti, sedangkan item lain misalnya
genting yang justru kualitasnya masih bagus tapi sudah diganti dengan
metalroof.
Iwan mengatakan, Dinas
Pendidikan (Dindik) tidak cermat dan tak pintar melakukan efisiensi anggaran.
Padahal baginya, masih banyak sekolah kondisinya rusak parah dan layak untuk
direhab.
Solusi
:
Kepala sekolah dan konsultan
rehab SDN 1 Tarumanagara seharusnya lebih baik lagi dalam melakukan rehab
sekolahnya. Beliau harus bisa melihat mana saja item-item yang seharusnya
diganti dan mana saja item-item yang tidak perlu diganti.
Dan untuk Dinas
Pendidikan (Dindik) harus lebih cermat dan pintar dalam melakukan efisiensi
anggaran. Agar biaya anggaran untuk rehab gedung sekolah tepat sasaran.
Sebaiknya masalah
diatas diusulkan ke komisi yang membidangi pendidikan untuk mencari akar
persoalannya. Dan direkomendasikan kepada aparat penegak hukum jika memang telah terjadi indikasi kerugian Negara.
6.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Rabu, 12 November 2014
Halaman : 1 dan 7
Judul : 7 Jurusan di IAIN Tak
Terakreditasi
Analisis
:
Sebanyak 7 jurusan di
IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten diduga belum terakreditasi karena
terlambat mengurus. Ke-7 jurusan yang dimaksud di antaranya adalah Tadris
Bahasa Inggris, Filsafat Agama, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Sehingga
menimbulkan keresahan kepada mahasiswa dari jurusan-jurusan itu yang sebentar
lagi akan lulus kuliah.
Rektor IAIN SMH Banten
Syibil Sarjaya yang dikonfirmasi membenarkan ada beberapa jurusan yang
akreditasinya belum keluar. Namun, jumlahnya tidak sebanyak itu tetapi hanya
sekitar 4 jurusan. Tapi hal itu bukan karena IAIN terlambat mengurusnya,
melainkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang belum sempat melakukan
kunjungan guna memeriksa akreditasi di kampus IAIN SMH Banten.
Belum keluarnya
akreditasi itu tidak menjadi permasalahan pada ijazah mahasiswa dari jurusan
yang akreditasinya belum keluar. Bahkan BAN-PT sudah memberikan garansi akan hal
itu. Jurusan yang belum terakreditasi tersebut terdapat pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariah dan Ekonomi
Islam, dan Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah.
Solusi :
Jika jurusan-jurusan
yang belum terakreditasi tersebut dikarenakan keterlambatan, lebih baik pihak
kampus segera mengurus keterlambatan itu, agar jurusan-jurusan tersebut dapat
terakreditasi dan para mahasiswa dari jurusan-jurusan itu yang sebentar lagi
akan lulus kuliah tidak merasa cemas ketika mereka lulus diijazahnya tidak
terakreditasi.
Tetapi jika
jurusan-jurusan yang belum terakreditasi tersebut dikarenakan Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
yang belum sempat melakukan kunjungan guna memeriksa akreditasi di kampus IAIN
SMH Banten, diharapkan agar dari
pihak kampus mengkonfirmasi dan segera meminta pihak dari BAN-PT untuk melakukan
kunjungannya dan memberikan akreditasi terhadap jurusan-jurusan tersebut,
karena akreditasi dalam ijazah sangat penting. Setiap perusahaan selalu
menanyakan akreditasi dari kampus para calon pelamarnya.
7.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Kamis, 13 November 2014
Halaman : 1 dan 7
Judul : Gedung MTs Paburuan Ambruk
Analisis
:
Atap bangunan ruang
laboratorium bahasa MTs Al Hamidiyah di Desa Tanjungsari, Kecamatan Paburuan,
tiba-tiba ambruk. Tidak ada korban jiwa dalam musibah itu, namun kerugian
ditaksir mencapai ratusan juta rupiah karena semua peralatan lab rusak tertimpa
material atap bangunan.
Ketua Yayasan Al
hamidiyah Zaenal Abidin Mahmud menuturkan ambruknya ruangan lab diperkirakan
karena bangunan sudah rapuh karena usia. Kayu penyangga atap sudah keropos
sehingga tidak kuat lagi menahan beban berat. Pihaknya menyesalkan Kanwil
Kemenag Banten yang sudah datang ke sekolah dan menjanjikan akan memberikan
bantuan rehab bangunan setelah melakukan survei pada empat ruang kelas termasuk
satu ruang ambruk ini, tetapi bantuannya gagal direalisasikan di tahun 2014.
Solusi :
Diharapkan kepada Kanwil Kemenag Banten yang sudah berjanji agar menepati
janji mereka tentang dana bantuan rehab bangunan. Sehingga
pihak sekolah dapat segera melakukan rehab terhadap bangunan-bangunan sekolah
yang sudah rusak dan rapuh, agar tidak
akan terjadi lagi bangunan sekolah yang ambruk dikarenakan rapuhnya pondasi
bangunan serta juga tidak akan menambahkan kekecewaan yang dirasakan oleh para
pendidik dan peserta didik.
Dan dengan adanya rehab
bangunan tersebut, dapat mencegah adanya bangunan ambruk lainnya, sehingga
dapat menjaga keselamatan murid dan guru.
8.
Nama
media : Radar Banten
Hari/Tanggal : Rabu, 22 Oktober 2014
Halaman : 19
Judul : LPA Pastikan Penganiaya Siswa
Disanksi
Analisis
:
Oknum guru berinisial
UDR yang merupakan sarjana pendidikan menyalahi aturan dan bisa dikenakan
hukuman pidana karena telah melakukan kekerasan fisik terhadap delapan orang
murid di SDN Gripada. Sanksi yang diberikan UPTD Pendidikan Kramatwatu, UDR
hanya dimutasikan ke SDN yang lebih jauh. Jika masuk ke ranah hukum, UDR
melanggar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. Ancamannya tiga tahun penjara dan
denda maksimal Rp 70 juta.
UDR telah mengakui
kesalahannya, namun dia mengaku tidak ada maksud dan tujuan untuk menyakiti
tanpa alasan. Tetapi tetap saja, yang namanya menyakiti tidak dibenarkan.
Solusi
:
Guru berinisial UDR tersebut seharusnya dilaporkan ke ranah hukum
dikarenakan penyalahgunaan kode etik sebagai seorang guru. Tindakan itu
perlu dilakukan agar dia mendapatkan pelajaran serta bisa
memberikan pelajaran bagi guru-guru yang lain untuk tidak melakukan kekerasan fisik
terhadap murid-muridnya, baik itu karena disengaja maupun tidak disengaja.
Dengan sanksi dimutasikannya guru berinisial UDR tersebut ke sekolah yang lebih jauh, sebenarnya itu hanya dapat
menyelamatkan murid-murid SDN Giripada yang lain dari kekerasan fisik yang mungkin
akan dilakukan UDR lagi. Namun tak dapat dijamin bahwa si pelaku bisa berhenti
melakukan kekerasan fisik
seperti apa yang telah pelaku perbuat sebelumnya.
Jika ternyata pelaku
tidak bisa berhenti melakukan kekerasan fisik terhadap murid, maka akan ada
korban lain di sekolah tempat dia di mutasi. Sehingga jalan yang tepat adalah,
pihak sekolah melaporkan pelaku ke ranah hukum.
9.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 6 Oktober 2014
Halaman : 5
Judul : ICW Sebut Korupsi Pendidikan
Capai Rp 619 Miliar
Analasis :
Indonesian Corruption
Watch atau ICW menyatakan selama 2003-2013 pengungkapan kasus korupsi
pendidikan dengan kerugian negara mencapai ratusan miliar rupiah. Menurut
Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri, korupsi di
sektor pendidikan sudah terjadi sejak perencanaan dilaksanakan seperti kasus
pengadaan barang di perguruan tinggi yang melibatkan Angelina Sondakh dan
rehabilitasi pembangunan sekolah.
Solusi :
Seharusnya
Pemerintah Daerah (Pemda), Pemerintah Kabupaten (Pemkab), dan Pemerintah Kota
(Pemkot) meninjau ke sekolah-sekolah untuk melihat apakah dana yang diberikan
oleh pemerintah digunakan dengan benar atau tidak oleh pihak sekolah tersebut.
Jika dirasa adanya kasus korupsi di suatu sekolah, Pemda, Pemkab dan Pemkot langsung
melaporkan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pusat harus mendatangi
sekolah tersebut untuk melihat kebenaran kasus korupsi yang disamapaikan
kepadanya.
Jika
kasus korupsi tersebut berupa pengadaan barang di perguruan tinggi, maka Pemerintah
Pusat mendatangi rektor Perguruan Tinggi tersebut dan meminta keterangan
mengenai pengadaan barang-barang yang dilakukan. Apabila rektor tersebut tidak
bisa menunjukkan pengadaan barang-barang itu, rektor tersebut dapat dibawa ke
ranah hukum untuk diadili sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.
Dan
jika kasus korupsi berupa rehabilitasi bangunan sekolah, Pemerintah Pusat dapat
melihat apakah pembangunan yang dilakukan benar-benar terlaksana dengan baik
atau ada kendala. Jika kendala berupa anggaran yang kurang, maka dapat meminta
informasi mengenai anggaran yang dikeluarkan dengan anggaran yang diberikan
oleh pemerintah. Apabila ternyata pihak sekolah mengambil keuntungan dari
anggaran pembangunan tersebut, maka pemerintah harus meminta dana yang hilang
tersebut kepada pihak sekolah agar pembangunan sekolah dapat selesai sesuai
rencana. Bila pihak sekolah tidak dapat mengembalikan dana tersebut, terpaksa
pihak sekolah dibawa ke ranah hukum untuk menjadi pelajaran bagi pihak-pihak
sekolah yang lain, agar tidak terjadi kasus korupsi lagi di dunia pendidikan.
10.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 6 Oktober 2014
Halaman : 5
Judul : Ruang Kelas tak Cukup, Siswa
Numpang Belajar
Analisis
:
Sebagian siswa sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ibnu Najah, Kecamatan Sobang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar (KBM) di lantai gedung majelis taklim tidak jauh dari sekolah
setempat. Kepala MTs setempat, Ade Supriatna mengatakan, kegiatan pihaknya terpaksa
menggunakan majelis taklim untuk kegiatan belajar, karena ruang kelas yang ada
tidak mencukupi. Supriatna menambahkan, selain keterbatasan ruang kelas,
kendala lain yang dihadapi sekolah yaitu tidak memiliki ketersediaan lahan yang
mencukupi. Jangankan untuk lahan kegiatan olah raga, untuk kegiatan upacara
bendera saja lahan yang tersedia tidak mencukupi.
Solusi
:
Untuk mengatasi ruang
kelas yang kurang dalam jangka pendek, sebaiknya sekolah Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Ibnu Najah memberlakukan kelas pagi dan kelas siang, dan kepada
pemerintah kecamatan Sobang harus mengeluarkan izin operasional untuk sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ibnu Najah agar melayani kegiatan belajar dua shift,
pagi dan siang.
Untuk jangka panjang,
sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ibnu Najah harus membangun ruang kelas yang
baru, sumber dana penambahan ruang kelas baru itu berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), juga partisipasi masyarakat yang mekanisme dan besarannya ditentukan
melalui rapat masing-masing komite sekolah sesuai kebutuhan sekolah tersebut.
Kepala sekolah madrasah tersebut melaporkan berapa jumlah kelas yang harus
dibangun, lalu pemerintah daerah mengusulkan tambahan ruang kelas tersebut ke
wilayah pusat. Dengan syarat, pemerintah daerah harus siap menyediakan dana
pendamping dan lahan.
Dikarenakan lahan yang kurang, sebaiknya
proses pembangunan kelas lebih ke arah di tingkatkan ke atas karena tidak
memerlukan lahan yang lebih.
11.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Oktober 2014
Halaman : 2
Judul: :
Menambah Beban Biaya Sekolah, Wali Murid Keluhkan Pembelian Modul
Analisis
:
Sejumlah wali murid Sekolah
Dasar (SD) di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang mengeluhkan pembelian modul untuk
belajar yang mencapai Rp 30.000 per modul. Mereka merasa keberatan karena
menambah beban biaya bagi wali murid yang kurang mampu padahal pengadaan buku
kurikulum 2013 sudah disiapkan oleh pemerintah pusat.
Sekretaris Dinas
Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Serang Dedi Arief Rohidi mengatakan, modul
itu ada dua, dari pemerintah pusat untuk kurikulum 2013 yang diberikan secara
gratis dan modul dari internal sekolah yang diadakan berdasarkan inisiatif dan
musyawarah dengan wali murid untuk menunjang kegiatan belajar.
Solusi
:
Sebaiknya
sebelum pihak sekolah mengeluarkan modul untuk dibeli para murid seharga Rp.
30.000, pihak sekolah harus mengadakan rapat dengan semua wali murid untuk
membicarkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Terutama masalah modul yang akan dibuat oleh pihak sekolah dikarenakan
modul dari pemerintah belum dibagikan ke Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Anyer
tersebut. Jika ada beberapa wali murid yang tidak setuju, tanyakan alasannya
mengapa tidak setuju, dan lakukanlah votting untuk menentukan dengan bijak dan
adil apakah pihak sekolah tersebut harus membuat modul atau tidak. Jika
ternyata hasil votting lebih banyak yang menyatakan tidak setuju, maka lebih
baik pihak sekolah tidak memaksakan untuk membuat modul, dan menunggu modul
dari pemerintah. Tetapi jika hasil votting lebih banyak yang menyatakan setuju,
maka pihak sekolah dan semua wali murid menentukan bersama-sama berapa harga
modulnya. Berikan rincian anggaran yang akan dikeluarkan, dari proses pembuatan
hingga pencetakan modulnya. Sehingga semua wali murid tidak merasa keberatan
dengan adanya modul yang dibuat pihak sekolah tersebut
.
12.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 20 November 2014
Halaman : 9
Judul : Pelajaran Bahasa Inggris
Dinilai Kurang Bagi SMK
Analisis
:
Sejumlah pengajar
sekolah menengah kejuruan mengeluhkan minimnya bobot pelajaran bahasa Inggris
dalam kurikulum 2013. Kepala SMKN 27 Jakarta Sri Nuryati menilai, pelajaran
bahasa Inggris sebanyak 2 x 50 menit dirasa kurang dalam meningkatkan keahlian
bahasa internasional para siswa. Menurut Wakil Kepala SMK Karya Guna 2 Bekasi,
dia mengaku bahwa di sekolahnya harus menggunakan jam pelajaran lain untuk
dialokasikan kepada pelajaran bahasa asing tersebut.
Solusi
:
Kurikulum baru (Kurikulum 2013) yang mengurangi jam
pelajaran Bahasa Inggris dari daftar mata pelajaran di SMK untuk ditambahkan pada
jam pelajaran Bahasa Indonesia. Alasannya mungkin agar Bahasa Indonesia siswa-siswi
menjadi lebih baik. Memang masih banyak penggunaan Bahasa Indonesia yang belum
benar oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk siswa-siswi SMK. Tapi apakah
hal tersebut harus mengurangi jam pelajaran Bahasa Inggris di SMK?
Di
samping itu, kita semua mengetahui bahwa sejak dulu hingga sekarang, Bahasa
Inggris adalah sebuah kemewahan bagi banyak warga Negara Indonesia, terutama
kalangan menengah ke bawah. Padahal, kebutuhan berbahasa Inggris hampir tidak
bisa dihindari. Memasuki era globalisasi, berbagai hal yang berkenaan dengan pemenuhan
kebutuhan hidup dan pekerjaan menggunakan sistem komputerisasi yang berbahasa
Inggris, bahkan yang menggunakan sistem manual pun ada yang berbahasa Inggris.
Kebanyakan sumber informasi dan pengetahuan di internet berbahasa Inggris. Buku
teks universitas kebanyakan berbahasa Inggris. Bahasa Inggris diperlukan oleh
setiap warga sebagai sarana komunikasi, baik dalam keperluan pendidikan atau pekerjaan
di luar negeri maupun dalam keperluan menghadapi atau melayani wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia. Dapat dikatakan secara singkat, Bahasa Inggris
menjadi salah satu prasyarat penting dalam memasuki era globalisasi. Jadi,
seharusnya Bahasa Inggris harus ditambahkan jam pelajarannya. Terutama di SMK,
bahasa Inggris sangat diperlukan siswa yang menekuni bidang pariwisata dan
perhotelan ketika menghadapi pasar kerja kelak.
Dengan
minimnya bobot Bahasa Inggris di SMK, baik negeri maupun swasta, menyebabkan
guru Bahasa Inggris terpaksa beralih menjadi guru kelas atau mata pelajaran
lain dan tidak sedikit juga yang terancam kehilangan pekerjaannya sebagai guru
karena tidak bisa beralih menjadi guru kelas atau mata pelajaran lain
disebabkan oleh sudah terpenuhinya kebutuhan akan guru kelas atau mata
pelajaran lain di sekolah tersebut.
Maka
seharusnya pemerintah melakukan revisi terhadap Kurikulum 2013 dengan
menjadikan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pokok di SMK
dan menambahkan jam pelajaran Bahasa Inggris untuk setiap minggunya. Hal ini
tentu saja harus diimbangi dengan perumusan muatan kurikulum dan pedoman
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut dengan sangat matang
sehingga tepat sasaran. Pemerintah
juga harus segera melanjutkan penyaluran tunjangan sertifikasi kepada guru-guru
Bahasa Inggris, tanpa harus guru-guru Bahasa Inggris tersebut, beralih menjadi
guru kelas atau mata pelajaran lain, karena guru-guru Bahasa Inggris, telah
diberikan diklat untuk menjadi guru profesional bidang Bahasa Inggri, bukan
sebagai guru kelas atau mata pelajaran lain.
13.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Oktober 2014
Halaman : 9
Judul : Indonesia Perlu 400.000 Guru SD
Analisis
:
Ketua Umum Pengurus
Besar Persatuan Republik Indonesia (PGRI), Sulistiyo, mengatakan, Indonesia
memerlukan tambahan 400.000 orang guru tingkat Sekolah Dasar (SD). Ia
mengatakan, keperluan guru SD itu hampir merata di seluruh provinsi dan
kabupaten/kota, terutama daerah tertinggal. Selain kekurangan dari sisi
kuantitas, kualitas guru-guru SD juga dipertanyakan. Sebab, pada masa lalu,
keperluan tenaga pengajar yang tinggi membuat guru-guru yang hanya lulusan
Sekolah Pendidikan Guru –setara SLTA- sudah diterima mengajar. Menurut dia,
pemerintah belum memiliki sistem data yang kuat tentang guru-guru baik kualitas
dan kuantitasnya.
Solusi
:
Kekurangan 400.000 orang guru tingkat
Sekolah Dasar (SD) yang terjadi saat ini disinyalir karena begitu banyaknya
guru, yang akan atau telah memasuki masa pensiun. Beberapa solusi jitu guna
mengatasi persoalan kekurangan guru SD. Pertama, pihak Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) atau Pemerintah Kota (Pemkot) di tiap provinsi dapat mengangkat guru
honorer yang sudah ada, karena jumlah guru honorer yang mengabdikan diri di
sekolah negeri masih cukup banyak. Kedua, guru PNS di jenjang SMP yang
jumlahnya surplus atau berlebih dapat dialihkan sebagai guru SD. Tentu, harus
melalui uji kompetensi serta lolos sertifikasi sebagai guru SD, agar dihasilkan
guru SD yang berkualitas.
Kemendikbud juga harus meningkatkan
kualifikasi guru melalui beasiswa S-1 bagi guru SD dan SMP. Jika dilihat dari
kenyataan di lapangan, jumlah guru SD di sekolah negeri dan swasta sekitar
1.850 ribu guru. Dari jumlah tersebut, hanya 60 persen guru yang sudah memenuhi
kualifikasinya, yaitu telah menempuh S-1. Sisanya 40 persen bukan S-1. Maka seharusnya
tiap tahun, Kemendikbud harus menyiapkan beasiswa untuk 100 ribu calon guru
untuk menempuh S-1 melalui bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan SMP.
Diharapkan juga kerjasama antara Kemendikbud dengan Pemda, Pemkot, dan Pemkab
untuk kualifikasi S-1, salah satu caranya dengan melakukan program pendidikan
jarah jauh, yaitu terluar, terdepan dan tertinggal (3T) bagi daerah-daerah yang
dirasa kurang dalam pendidikannya.
14.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014
Halaman : 5
Judul : Bantuan Siswa Miskin tidak
Diterima Utuh
Analisis
:
Sejumlah
wali murid di SDN 1 Aweh Kalanganyar, Kecamatan Kalanganyar mempertanyakan
realisasi dana bantuan siswa (BSM) di sekolah tersebut. Sebab, dana yang
diterima siswa tidak utuh. Menurut salah satu wali murid, dana BSM yang harus
diterima seharusnya Rp 450.000/siswa. Namun, dana yang diberikan oleh pihak
sekolah kepada murid penerima BSM hanya 175.000/siwa. Berkurangnya dana yang
diterima, karena dialokasikan bagi murid yang tidak mendapatkan dana BSM.
Kepala SDN 1 Aweh Kalanganyar, Titi, mengakui hal tersebut. Ia beralasan upaya
itu merupakan bentuk subsidi silang atau sebagian diperuntukkan bagi murid yang
tidak masuk dalam penerima.
Solusi
:
Bantuan untuk siswa miskin (BSM) merupakan hak bagi
siswa-siswi yang miskin, dan jika terjadi pemotongan atau penerimaan tidak utuh
itu termasuk ke dalam bentuk pelanggaran dan bisa masuk ke dalam ranah hukum.
Partisipasi masyarakat atau orang tua siswa dalam mengawal
berlangsungnya proses pendidikan, sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya penerimaan BSM yang tidak utuh lagi. Selain itu, masyarakat atau orang
tua siswa wajib berperan serta mengontrol anggaran pendidikan ke mana pun
anggaran itu digunakan. Ketika mengetahui bahwa dana BSM tidak diterima dengan
utuh, maka para wali murid atau orang tua siswa wajib datang ke sekolah dan
menanyakan kemana sisa dana BSM yang tidak diterima.
Pada kasus yang terjadi di SDN 1 Aweh
Kalanganyar, seharusnya kepala sekolah tidak
memberikan dana BSM kepada siswa-siswi yang
tidak masuk dalam penerima, seperti siswa-siswi kalangan menengah atas. Dan
kepada para wali
murid atau orang tua siswa wajib meminta sisa dana tersebut, karena dana
tersebut merupakan hak mereka.
Jika kepala
sekolah menolak untuk mengembalikan dan tersebut dikarenakan dana tersebut
sudah dibagikan, maka para
wali murid atau orang tua siswa bisa melaporkannya
ke Dinas Pendidikan, tingkat kecamatan atau kabupaten. Dan Dinas Pendidikan berkewajiban
merespons dan menegur kepala sekolah SDN 1 Aweh Kalanganyar
tersebut agar tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi.
15.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 10 November 2014
Halaman : 4
Judul : Guru dan Siswa Belajar Pakai CD
Analisis
:
Sebagian besar guru dan
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pandeglang terpaksa harus menggunakan
compact disk atau CD sebagai pengganti buku panduan dan buku ajar kurikulum
2013. Proses belajar demikian dilakukan karena sampai sekarang buku kurikulum
tersebut belum tersedia di Pandeglang. Ini akibat lambatnya pihak ketiga
sebagai penyedia buku ajar yang ditunjuk oleh pemerintah pusat.
Solusi
:
Penggunaan
compact dick atau CD dalam kegiatan belajar mengajar sangat tidak efektif,
seharusnya pemerintah pusat lebih spesifik lagi dalam mencari percetakan untuk
mencetak buku-buku kurikulum 2013. Pemerintah harus terus memantau perkembangan
dalam mencetak buku-buku tersebut, apakah ada kendala atau tidak. Bila dirasa
ada kendala, seperti percetakan tidak mampu mencetak buku-buku dalam waktu yang
ditentukan, pemerintah harus mencari percetakan tambahan yang lain, yang
bersedia dan mau mencetak buku-buku tersebut dan memiliki kualitas percetakan
yang baik dan dapat mencetak buku-buku kurikulum 2013 dengan tepat waktu.
16.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 10 November 2014
Halaman : 8
Judul : Kurikulum 2013 Bermasalah
Analisis
:
Implementasi kurikulum
2013 di sekolah pada seluruh tingkatan pendidkan belum berjalan maksimal. Baik pada
sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) maupun pada sekolah (Madrasah) yang ada di bawah naungan Kementerian
Agama (Kemenag). Hal itu disebabkan banyaknya persoalan yang membelit pada
implementasi kurikulum 2013 di lapangan. Entah itu pada kemampuan guru dalam
menyerap dan menerima sosialisasi kurikulum 2013, distribusi buku kurikulum
2013, dan masih kerap didapati materi-materi bermasalah yang terdapat di dalam
buku kurikulum 2013. Hingga saat ini, buku kurikulum 2013 belum didistribusikan
secara merata. Selain itu, meski buku kurikulum 2013 sudah ada yang terbit,
namun masih saja ditemukan buku mata pelajaran yang bermasalah. Jika yang
terjadi seperti ini, ada kesan pemerintah terlalu terburu-buru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 ini.
Solusi
:
Untuk menyelesaikan
persoalan tersebut, ada beberapa langkah yang mesti dilakukan pemerintah antara
lain, pertama, pemerintah harus terus membangun koordinasi dan komunikasi
dengan seluruh pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut. Baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah agar merata.
Kedua, komunikasi dan
koordinasi hendaknya ditujukan untuk mencari dimana sebenarnya akar masalah
tersebut terjadi. Dan cari solusi untuk setiap persoalan yang ada. Jika
persoalannya terletak pada kemampuan guru atau SDM yang masih belum mampu
mengimplementasikan kurikulum tersebut, maka pemerintah harus mencari solusi
yang tepat. Misalnya dengan mengadakan kegiatan pemantapan kepada guru-guru di setiap sekolah mengenai kurikulum 2013. Pemantapan ini bisa dilakukan dengan bertahap. Dengan pemantapan ini diharapkan guru-guru
dapat lebih kreatif lagi dalam memberi pengajaran kepada murid-muridnya yang
sesuai dengan metode pengajaran kurikulum 2013.
Begitu pula jika
persoalannya ada pada kendala distribusi buku. Maka, pemerintah seharusnya
melakukan tindakan cepat dan teapat sasaran. Jika jumlah naskah buku yang
dicetak dengan jumlah percetakan minim, maka pemerintah harus mau tidak mau
mencari percetakan tambahan yang bersedia dan mau mencetak naskah tersebut. Dan
jika persoalannya ada pada minimnya jumlah armada untuk mendistribusikan buku
tersebut, maka pemerintah harus segera sigap dan cepat menyediakan sejumlah
armada yang sesuai dengan jumlah buku dan jumlah sekolah yang ada di Indonesia.
Lalu jika persoalannya ada pada materi yang bermasalah, maka kepada Dinas
Pendidikan, agar sebelum buku-buku tersebut dicetak, diperiksa dengan teliti
terlebih dahulu, apakah buku tersebut sudah benar dan tidak menyalahi aturan,
baik aturan hukum, sosial maupun agama.
Dan ketiga, baik pihak
sekolah maupun pemerintah kota/kabupaten dan provinsi harus selalu membangun
sinergitas dalam mengatasi masalah tersebut. Artinya, pihak-pihak tersebut
harus selalu melaporkan setiap masalah yang ada di daerah ke pusat terkait
persoalan distribusi buku tersebut. Jika kurang, masih minim, atau materinya
bermasalah, maka sesegera mungkin dilaporkan ke pusat.
Baik kepada kemendikbud
maupun kemenag. Agar dua instansi yang ada di pusat tersebut langsung
menghubungi dan mengecek kepada pihak percetakan. Dan hal ini harus dilakukan
secara terus-menerus, bukan hanya pada awal-awalnya saja, agar setiap masalah
kurikulum 2013 dapat terselesaikan dan kurikulum 2013 berjalan dengan baik.
17.
Nama
media : Warta Kota
Hari/Tanggal : Senin, 13 Oktober 2014
Halaman : 8
Judul : 30 Persen SD Tidak Punya
Perpustakaan
Analisis
:
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Dadan T Daniel, menyatakan sekitar 30
persen dari 810 sekolah dasar di daerah itu belum memiliki perpustakaan. Karena
keterbatasan anggaran maka pembangunan perpustakaan tidak bisa dilaksanakan
secara sekaligus.
Solusi
:
Seharusnya
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang melaporkan masalah itu kepada
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten agar membicarakannya dengan pemerintah
pusat, sehingga diberikan anggaran untuk mendirikan bangunan perpustakaan di
SD-SD yang tidak mempunyai perpustakaan.
Jika
anggaran dari pemerintah pusat belum sampai pada Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Pandeglang, beberapa SD tersebut bisa mengadakan rapat dengan para
wali murid atau orang tua siswa untuk membicarakan mengenai pembangunan
perpustakaan yang membutuhkan dana. Jika para wali murid atau orang tua siswa
setuju untuk memberikan bantuan dana untuk membangun perpustakaan. Dana
tersebut dapat digunakan untuk secara bertahap membangun perpustakaan, sampai
dana dari pemerintah pusat sampai kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Pandeglang. Dan dana perpustakaan tersebut dibagikan kepada semua SD yang tidak
mempunyai perpustakaan. Dan kepada pihak sekolah, agar segera membangun
perpustakaan dan jangan mengambil sedikit pun dana tersebut untuk kepentingan yang
lain. Sehingga para murid SD dapat menikmati fasilitas perpustakaan dengan
baik.
18
Nama
media : Warta Kota
Hari/Tanggal : Senin, 13 Oktober 2014
Halaman : 7
Judul : Razia Handphone di Sekolah
Analisis
:
Sudah lama di
sekolah-sekolah ada razia mulai dari narkotika, film porno, dan handphone,
dengan tujuan untuk memberi peringatan kepada murid yang nakal, terutama mereka
yang suka membawa barang haram seperti narkoba ke sekolah. Tetapi, berita soal
razia kerap menakutkan para siswa. Salah satu wujud ketakutan siswa pada razia
di seklah telah dibuktikan oleh Putra Perdana Hermawan (12) siswa kelas 7 SMP
Negere 163, Pasar Minggu, Jakarta Selatan beberapa hari lalu. Putra terjatuh
dari lantai 4 saat akan menyimpan handphone di celah beton di dekat jendela
kelas. Akibatnya, dia terjatuh ke lantai dasar dan meregang nyawa beberapa saat
kemudian.
Solusi
:
Razia
di sekolah memang dibutuhkan untuk memberi peringatan kepada murid yang nakal,
terutama mereka yang suka membawa barang haram seperti narkoba ke sekolah.
Tetapi di sisi lain dampaknya sangat besar terutama jika mengingat peristiwa
yang menimpa Putra Perdana.
Tetapi
razia masih diperlukan bukan hanya di SMA dan SMK saja, karena di SMP pun sudah
ada yag memakai barang haram seperti narkoba. Untuk mengantisipasi agar razia
tetap berjalan tetapi bukan tujuannya untuk menaku-nakuti siswa melainkan memberikan
efek jera kepada siswa maka dari itu pihak sekolah dapat mencari cara yang
efektif dalam melakukan razia.
Pelaksanaan razia bukan
untuk membuat takut siswa tetapi memberi efek jera agar siswa melaksanakan
aturan yang diterapkan sekolah. Dengan cara seperti itu kemungkinan besar
tujuan sekolah menerapkan aturan bisa terlaksana sementara siswa dengan kesadarannya
sendiri menaati aturan tanpa paksaan.
Sebagai contoh, jika
memang sekolah melarang siswa membawa handphone ke sekolah, pihak sekolah harus
menyediakan fasilitas untuk menggantikan peran ponsel, diantaranya penggunaan
telepon gratis atau wifi untuk mengakses internet penunjang pendidikan.
Selain itu, untuk
memastikan bahwa siswa tidak membawa barang-barang yang tidak boleh dibawa ke
sekolah, pihak sekolah dapat melakukan pemeriksaan tas para siswa di depan
gerbang sekolah sebelum mereka masuk ke dalam sekolah.
19
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 6 Oktober 2014
Halaman : 5
Judul : Kurikulum 2013 Membingungkan
Analisis :
Sejumlah
guru di Kabupaten Lebak berharap pemerintah meninjau ulang penerapan kurikulum
2013. Kurikulum tersebut dinilai membingungkan dan belum saatnya untuk
diterapkan. Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Kecamatan Cimarga, Agung
Sudrajat mengatakan, penerapan kurikulum tersebut juga perlu didukung dengan
sarana penunjang yang memadai serta dewan yang ahli. Ditegaskan, pelaksanaan
kurikulum 2013 terlalu sulit. Selain media masih kurang, tenaga pengajar yang
mumpuni untuk penerapan kurikulum 2013 juga sangat terbatas. Selain itu, untuk
pengisian rapor siswa pun masih rumit, karena dewan guru pengajar belum memahami
betul penerapan kurikulum tersebut. Sehingga, pihaknya berharap kurikulum
kembali ke KTSP yang sudah berlaku. Ketua persatuan Guru Republik Indonesia
Kecamatan Cimarga, Diding mengatakan, penerapan kurikulum 2013 sangat
membingungkan dan banyak guru yang kurang paham. Penerapan kurikulum itu juga
membutuhkan dana yang cukup besar, seperti fotokopi penilaian siswa. Untuk satu
siswa mencapai 4-5 tema. Sementara ketika ujian, kurikulum 2013 mengharuskan
siswa belajar dan menghapal enam mata pelajaran, karena adanya penggabungan
mata pelajaran.
Solusi
:
Sebaiknya
sebelum pemerintah menerapkan kurikulum 2013, pemerintah harus memastikan
apakah kurikulum tersebut sudah benar-benar dapat direalisasikan ke
sekolah-sekolah atau tidak. Melihat kenyataan di lapangan, kurikulum 2013
sebaiknya ditinjau ulang karena dirasa sangat membingungkan untuk para guru
maupun para murid.
Mengatasi
media yang kurang, pemerintah harus memberikan sarana prasarana dan media yang memadai,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Untuk membantu
menerapkan kurikulum 2013, harus disediakan tenaga pengajar yang mumpuni, yang
mengerti tentang penerapan kurikulum 2013. Di setiap sekolah, minimal ada 5
orang guru yang mumpuni, yang dapat mengajarkan kepada guru-guru lain di
sekolahnya tentang penerapan kurikulum 2013, sehingga dewan guru pengajar dapat
memahami betul penerapan kurikulum tersebut.
Penerapan kurikulum
2013 juga membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga dana untuk keperluan lain
terpakai untuk biaya fotokopi penilaian siswa yang lebih banyak dan lain-lain.
jadi, jika pemerintah benar-benar ingin menerapkan kurikulum 2013 harus
menyediakan dana tambahan yang lebih besar pula.
Dan ketika ujian,
kurikulum 2013 mengharuskan siswa belajar dan menghapal enam mata pelajaran,
karena adanya penggabungan mata pelajaran. Hal itu dapat membuat siswa menjadi
terbebani, jadi sebaiknya pemerintah memikirkan terlebih dahulu, apakah
kurikulum 2013 membangun siswa menjadi lebih cerdas atau tidak. Pemerintah
harus memperhatikan nasib para guru maupun para guru, agar pendidikan di
Indonesia berjalan dengan baik.
20.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014
Halaman : 3
Judul : Pembatasan Penerapan Kurikulum
2013, Anak Didik Jadi Korban
Analisis
:
Pro dan kontra mengiringi
kebijakan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasra dan Mengah Anies Baswedan
yang menerapkan pembatasan Kurikulum 2013 (Kurtilas). Salah satunya datang dari
anggota DPRD Provinsi Banten, Fotron Nur Ikhsan yang menilai, pembatasan itu
mengorbankan anak didik. Pendidikan yang terus beradaptasi pada sesuatu yang
baru, dimana yang kemarin belum tuntas dilaksanakan, sudah berubah lagi. Pada
akhirnya, anak didik dan orangtua jadi korbannya. Menurutnya, masih banyaknya
persoalan lain dalam dunia pendidikan yang bersifat lebih krusial dan mendasar
untuk dibenahi. Seperti persoalan masih tingginya jumlah anak-anak putus
sekolah dan buta aksara, dapat menjadi prioritas pembenahan bagi pemerintah. Ia
mengatakan, dengan perubahan kebijakan ini bisa jadi memunculkan anggapan
seolah setiap terjadi pergantian menteri, akan berganti pula kebijakannya. Jika
seperti ini, anak didik seolah seperti ujicoba.
Solusi
:
Dengan
adanya pembatasan kurikulum 2013, maka anak didik akan menjadi korban. Korban disini
dapat berupa pikiran dan fisik mereka yang harus berubah-berubah untuk
menyesuaikan dengan kurikulum tersebut.
Seharusnya,
pemerintah menuntaskan terlebih dahulu kurikulum yang ada sebelum membuat
kurikulum yang baru. Penuntasan kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan membenahi
hal-hal yang masih belum tercapai tujuannya, seperti buku kurikulum yang belum
tersebar merata di setiap sekolah, guru penegajar yang belum mengerti dengan
penerapan kurikulum 2013, dan lain-lain.
Sebenarnya
masalah pendidikan masih sangat banyak di Indonesia, seperti persoalan masih
tingginya jumlah anak-anak putus sekolah dan buta aksara. Untuk anak-anak
tersebut, pemerintah juga harus menyediakan beasiswa-beasiswa agar mereka dapat
bersekolah dan menjadi generasi Indonesia yang baik. Kurikulum 2013 membutuhkan
dana yang besar, lebih baik dana yang terpakai untuk penerapan kurikulum 2013
tersebut diberikan untuk beasiswa-beasiswa sampai kurikulum 2013 benar-benar
sudah siap diterapkan di sekolah-sekolah.
11.l
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Oktober 2014
Halaman : 9
Judul : Pramuka Diminta Tingkatkan
Komunikasi Internasional
Analisis :
Anggota pramuka diimbau untuk
meningkatkan komunikasi dengan warga dunia dalam rangka mendukung gerak
organisasi tersebut di tingkat internasional. Wakil Kepala Kwarnas Bidang
Hubungan Luar Negeri, Ahmad Rusdi mengatakan, saat ini masyarakat dunia sudah
semakin terbuka dan nilai-nilai kepramukaan dapat disampaikan lewat berbagai
media. Oleh karena itu, anggota pramuka harus dapat memanfaatkan peluang
tersebut dalam memajukan organisasi tersebut.
Mahasiswa Tolak Kenaikan BBM
Analisis :
Rencana pemerintah
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mendapat penolakan dari Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Serang. Dalam aksinya, para mahasiswa
menggelar aksi teaterikal dengan mewarnai tubuh mereka. Itu sebagai simbol
pemerintahan Presiden Jokowi yang dinilai banci. Mereka pun mengikat diri dan
tidur di jalan raya sebagai bentuk rakyat kecil yang tertindas.
Menurut Ramlan, salah
satu mahasiswa yang tergabung dalam GMNI, dalam orasinya mengatakan bahwa
argumentasi pemerintah untuk menaikkan harga BBM hanya jalan pintas di tengah
murahnya harga minyak dunia. Anggaran subsidi yang selama ini dianggap
membebani APBN merupakan cara pandang yang keliru dan mengkhianati UUD 1945.
Solusi :
Sebenarnya apa yang
dilakukan oleh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) itu baik, mereka
berniat untuk menyampaikan aspirasi mereka
dan mewakili aspirasi masyarakat yang tidak setuju atas
kenaikan BBM ketika harga minyak dunia turun. Tetapi seharusnya GMNI dalam
melakukan orasi tidak dengan mewarnai tubuh mereka, mengikat diri dan tidur di
jalan raya. Karena itu semua dapat menyebabkan dampak negatif bagi para pengguna jalan.
Sebagai mahasiswa, GMNI
harus melakukan orasi dengan etika serta
perilaku yang baik, cerdas dan santun. Demonstran itu harus cerdas,
cerdas dalam berpikir dan cerdas dalam bertindak.
GMNI berisi mahasiswa-mahasiswa yang berpendidikan, yang sudah pasti tahu mana
yang baik dan buruk. Dengan
kecerdasan yang mereka miliki,
seharusnya mereka bisa mengontrol
emosi agar tidak melakukan orasi yang justru menganggu ketertiban umum. Maka para demonstran sebaiknya berorasi
dengan lebih baik lagi,
lebih santun
dan juga damai
agar segala bentuk aspirasi
dapat didengarkan.
Meningkatkan Pendidikan Wawasan
Kebangsaan
Analisis :
Dewasa
ini, kecintaan dan kebangsaan kepada bangsa dan tanah air di Indonesia semakin
memudar, rasa Nasionalisme dikhawatirkan bisa lenyap seiring dengan semakin
kompleknya kehidpuan berbangsa dan bernegara.
Pesatnya perkembangan
globalisasi tidak hanya mempengaruhi kultur budaya bangsa, namun juga
mempengaruhi wawasan kebangsaan masyarakat yang saat ini mulai mengalami
penurunan atau degradasi. Maka perlu adanya upaya menanamkan,
menumbuhkembangkan dan memelihara wawasan kebangsaan masyarakan melalui
pendidikan.
Solusi :
Wawasan
kebangsaan yang tinggi sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia agar dapat
menghasilkan para penerus bangsa
yang jauh lebih baik dan lebih berkualitas. Dikarenakan apabila pendidikan
kebangsaan itu sendiri dilakukan dan diterapkan secara teratur dan berlanjut
kepada generasi-generasi penerus, maka akan nampak hasil yang tak terduga dalam
beberapa tahun yang akan datang. Selain itu akan terciptanya indikasi kinerja
bangsa Indonesia yang bisa mensejajari indikasi kinerja bangsa-bangsa lain. 1.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 6 November 2014
Halaman : 6
Judul : Banyak Guru tidak Paham K13
Analisis
:
Kepala Dinas Pendidikan
Kota Cilegon Muhtar Gozali mengakui, sebagian besar guru belum memahami
kurikulum 2013 dan masih ada beberapa guru yang ragu dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013. Maka pada tahun ajaran 2014-2015 atau kurikulum 2013, pihaknya
menginginkan agar setiap guru di Cilegon bisa memahami sepenuhnya tentang
kurikulum 2013.
Solusi
:
Beberapa solusi agar
para guru dapat memahami kurikulum 2013 (K13) yaitu dengan cara mengadakan kegiatan
pemantapan kepada guru-guru
yang berada di Kota Cilegon mengenai kurikulum 2013. Pemantapan ini bisa dilakukan dengan bertahap. Karena
akan ada perubahan yang pasti terjadi setelah pemantapan ini terlaksana
dengan sebaik mungkin.
Mengapa pemantapan itu dianggap perlu? Dikarenakan
perubahan mendasar pada kurikulum 2013 ini yaitu mengenai metode pengajaran dan penilaian
terhadap siswa dan juga tuntutan
terhadap guru akan kreativitas mereka dalam mengajar.
Semua itu merupakan tugas para guru. Di dalam
pemantapan tersebut, guru harus diberi kesempatan mengaplikasikan atau menerapkan metode
pembelajaran yang telah dijelaskan.
Memang ini akan membutuhkan waktu yang lama, namun tidak ada salahnya apabila
setiap guru bisa mengaplikasikannnya di dalam pemantapan tersebut sebelum para guru kembali ke
tempat mereka memberi pengajaran kepada murid-muridnya. Selain itu, para peserta workshop
yang lain diharapkan untuk memberikan penilaian terhadap cara guru tersebut
mengaplikasikan di tempat pemantapan itu. Dan pada akhirnya kita semua berharap dari kegiatan
pemantapan kurikulum 2013 tersebut, para guru bisa menilai bahwa kurikulum 2013 lebih baik
dari kurikulum sebelumnya.
2.
Nama
media : Kompas
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2014
Halaman : 21
Judul : Tidak Lulus Ujian, Siswa Rusak
Sekolah
Analisis
:
Sejumlah siswa Sekolah
Menengah Atas Holat merusak sejumlah ruang sekolah dan beberapa fasilitas
(jendela, bangku, kursi, dan lainnya) di sekolah mereka yang berada di Desa
Holat, Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara. Hal tersebut
dilakukan setelah mereka dinyatakan tidak lulus dalam Ujian Nasional.
Solusi
:
Seharusnya para guru
dan keluarga dapat memulihkan kesedihan dan kekecewaan siswa-siswi yang tidak
lulus Ujian Nasional (UN) agar harga diri dan kepercayaan mereka yang sudah
hancur dapat dikembalikan seperti sedia kala. Berikan pengertian serta pandangan dan wawasan, bahwa
kegagalan UN bukan berarti masa depannya sudah selesai. UN hanyalah satu tahap kecil dari tahap kehidupan
lain yang masih panjang dan luas.
Berikan juga pengertian
kepada siswa-siswi tersebut, bahwa walaupun tidak lulus UN, mereka dapat
mengikuti program paket C.
Jelaskan kepada mereka, ijazah program
paket C itu setara
dengan ijazah SMA. Artinya, ijazah ini dapat digunakan untuk melanjutkan studi
ke perguruan tinggi negeri atau swasta, dapat dipakai melamar pekerjaan menjadi
PNS atau swasta, bahkan dapat dipakai untuk melamar menjadi anggota TNI dan POLRI. Semua itu dilakukan agar kesedihan dan kekecewaan siswa tidak
disalurkan dengan berbagai macam
tindakan anarkis.
Tetapi jika telah terjadi pengrusakan gedung dan fasilitas sekolah oleh
siswa tersebut, maka para petinggi sekolah harus mengadakan pertemuan kepada
para wali murid untuk mengambil kebijakan dengan tepat. Atau apabila tidak bisa
dimusyawarahkan lagi, dengan sangat terpaksa kejadian tersebut bisa saja dilaporkan
kepada pihak yang berwajib. Namun sebaiknya jangan sampai itu terjadi. Kalaupun
terjadi, berilah hukuman atau sanksi kepada para pelaku dengan cara direhab
atau dipulihkan mentalnya agar tidak mengulangi apa yang
telah mereka lakukan. Sehingga itu semua tidak akan
menambah kekecewaan maupun rasa frustasi terhadap para siswa tersebut.
3.
Nama
media : Radar Banten
Hari/Tanggal : Jumat, 7 November 2014
Halaman : 22
Judul : Pembangunan Perpustakaan Bermasalah
Analisis :
Proyek pembangunan gedung perpustakaan di SDN 3 Wannasalam dipermasalahkan
warga. Soalnya, bahan material yang digunakan untuk pembangunan gedung-gedung
diduga tidak sesuai spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Selain itu, di sekitar
proyek juga tidak ditemukan papan informasi sehingga tidak diketahui anggaran
yang digunakan untuk pembangunan.
Ketika Unit Pelaksana
Teknis (UPT) melakukan pemeriksaan terhadap beberapa material yang digunakan,
ternyata rangka besi yang digunakan tidak sesuai dengan RAB, karena seharusnya
besi yang digunakan itu berukuran 12 inci, namun pihak pelaksana menggunakan
besi yang berukuran 8 inci.
Solusi
:
Di sekitar proyek
seharusnya ditempel papan informasi mengenai anggaran yang digunakan dalam
membangun perpustakaan tersebut agar warga dapat mengetahui anggaran yang
digunakan, sehingga tidak akan
terjadi
kesalahpahaman antar pihak.
Ketua pelaksana
pembangunan pun seharusnya melakukan pembangunan sesuai dengan rancangan
anggaran biaya (RAB) yang telah dibuat. Jika memang ingin mengadakan perubahan
dalam penggunaan material, lebih baik dimusyawarahkan dan diberitahukan kepada Unit Pelaksana
Teknis (UPT) terlebih dahulu.
Dan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT), harus selalu mengadakan pemeriksaan secara rutin.Terutama
pada sekolah-sekolah yang sedang melakukan pembangunan. Agar
pembangunan yang dilakukan berjalan dengan baik, benar dan sesuai dengan apa
yang diinginkan serta selesai tepat waktu.
4.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Rabu, 12 November 2014
Halaman : 12
Judul : Bantuan Madrasah Dipertanyakan
Analisis
:
Pengurus Kelompok Kerja
Madrasah Diniyah (KKMD) tingkat kecamatan mempertanyakan Biaya Operasional
Madrasah (BOM). Sudah hampir satu tahun, Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) yang
ada di Kabupaten Pandeglang belum menerima bantuan tersebut.
Zaenal Mutaqim, Ketua
FKMD Kabupaten Pandeglang mengungkapkan, berdasarkan hasil pertemuan dengan
DPKPA Pandeglang bahwa bantuan itu belum diberikan karena masih adanya
administrasi yang belum lengkap. Dengan belum diberikannya Biaya Operasional
Madrasah tersebut, pengurus madrasah sangat kesulitan melakukan kegiatan
belajar mengajar, karena seharusnya anggaran itu turun per-enam bulan sekali.
Solusi
:
Pihak Madrasah Diniyah
Awaliyah (MDA) yang ada di Kabupaten Pandeglang seharusnya segera menyelesaikan dan melengkapi
administrasi yang dibutuhkan agar
Biaya Operasional Madrasah (BOM) dapat segera cair.
Dan kepada DPKAD
Pandeglang, diharapkan tidak mempersulit proses administrasi yang dilakukan
oleh pihak madrasah. Jika urusan administrasi itu telah dilengkapi dan
diselesaikan, pihak DPKAD dapat segera memberika Biaya Operasional Madrasah
(BOM) kepada pihak madrasah, agar mereka tidak menggunakan biaya swadaya lagi.
Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik.
5.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Rabu, 12 November 2014
Halaman : 12
Judul : Rehab SDN 1 Tarumanagara
dipersoalkan
Analisis
:
Ketua Fraksi Bintang
Hanura DPRD Kabupaten Pandeglang Iwan Coanda meragukan kualitas hasil rehab
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Tarumanagara Kecamatan Cigeulis yang memakai
anggaran Rp 92 juta lebih. Pasalnya, dalam rehab sekolah itu diduga menggunakan
rangka baja bekas serta ada beberapa item yang seharusnya diganti seperti kusen
dan pintu tetapi kenyataannya tidak diganti, sedangkan item lain misalnya
genting yang justru kualitasnya masih bagus tapi sudah diganti dengan
metalroof.
Iwan mengatakan, Dinas
Pendidikan (Dindik) tidak cermat dan tak pintar melakukan efisiensi anggaran.
Padahal baginya, masih banyak sekolah kondisinya rusak parah dan layak untuk
direhab.
Solusi
:
Kepala sekolah dan konsultan
rehab SDN 1 Tarumanagara seharusnya lebih baik lagi dalam melakukan rehab
sekolahnya. Beliau harus bisa melihat mana saja item-item yang seharusnya
diganti dan mana saja item-item yang tidak perlu diganti.
Dan untuk Dinas
Pendidikan (Dindik) harus lebih cermat dan pintar dalam melakukan efisiensi
anggaran. Agar biaya anggaran untuk rehab gedung sekolah tepat sasaran.
Sebaiknya masalah
diatas diusulkan ke komisi yang membidangi pendidikan untuk mencari akar
persoalannya. Dan direkomendasikan kepada aparat penegak hukum jika memang telah terjadi indikasi kerugian Negara.
6.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Rabu, 12 November 2014
Halaman : 1 dan 7
Judul : 7 Jurusan di IAIN Tak
Terakreditasi
Analisis
:
Sebanyak 7 jurusan di
IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten diduga belum terakreditasi karena
terlambat mengurus. Ke-7 jurusan yang dimaksud di antaranya adalah Tadris
Bahasa Inggris, Filsafat Agama, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Sehingga
menimbulkan keresahan kepada mahasiswa dari jurusan-jurusan itu yang sebentar
lagi akan lulus kuliah.
Rektor IAIN SMH Banten
Syibil Sarjaya yang dikonfirmasi membenarkan ada beberapa jurusan yang
akreditasinya belum keluar. Namun, jumlahnya tidak sebanyak itu tetapi hanya
sekitar 4 jurusan. Tapi hal itu bukan karena IAIN terlambat mengurusnya,
melainkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang belum sempat melakukan
kunjungan guna memeriksa akreditasi di kampus IAIN SMH Banten.
Belum keluarnya
akreditasi itu tidak menjadi permasalahan pada ijazah mahasiswa dari jurusan
yang akreditasinya belum keluar. Bahkan BAN-PT sudah memberikan garansi akan hal
itu. Jurusan yang belum terakreditasi tersebut terdapat pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariah dan Ekonomi
Islam, dan Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah.
Solusi :
Jika jurusan-jurusan
yang belum terakreditasi tersebut dikarenakan keterlambatan, lebih baik pihak
kampus segera mengurus keterlambatan itu, agar jurusan-jurusan tersebut dapat
terakreditasi dan para mahasiswa dari jurusan-jurusan itu yang sebentar lagi
akan lulus kuliah tidak merasa cemas ketika mereka lulus diijazahnya tidak
terakreditasi.
Tetapi jika
jurusan-jurusan yang belum terakreditasi tersebut dikarenakan Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
yang belum sempat melakukan kunjungan guna memeriksa akreditasi di kampus IAIN
SMH Banten, diharapkan agar dari
pihak kampus mengkonfirmasi dan segera meminta pihak dari BAN-PT untuk melakukan
kunjungannya dan memberikan akreditasi terhadap jurusan-jurusan tersebut,
karena akreditasi dalam ijazah sangat penting. Setiap perusahaan selalu
menanyakan akreditasi dari kampus para calon pelamarnya.
7.
Nama
media : Banten Raya
Hari/Tanggal : Kamis, 13 November 2014
Halaman : 1 dan 7
Judul : Gedung MTs Paburuan Ambruk
Analisis
:
Atap bangunan ruang
laboratorium bahasa MTs Al Hamidiyah di Desa Tanjungsari, Kecamatan Paburuan,
tiba-tiba ambruk. Tidak ada korban jiwa dalam musibah itu, namun kerugian
ditaksir mencapai ratusan juta rupiah karena semua peralatan lab rusak tertimpa
material atap bangunan.
Ketua Yayasan Al
hamidiyah Zaenal Abidin Mahmud menuturkan ambruknya ruangan lab diperkirakan
karena bangunan sudah rapuh karena usia. Kayu penyangga atap sudah keropos
sehingga tidak kuat lagi menahan beban berat. Pihaknya menyesalkan Kanwil
Kemenag Banten yang sudah datang ke sekolah dan menjanjikan akan memberikan
bantuan rehab bangunan setelah melakukan survei pada empat ruang kelas termasuk
satu ruang ambruk ini, tetapi bantuannya gagal direalisasikan di tahun 2014.
Solusi :
Diharapkan kepada Kanwil Kemenag Banten yang sudah berjanji agar menepati
janji mereka tentang dana bantuan rehab bangunan. Sehingga
pihak sekolah dapat segera melakukan rehab terhadap bangunan-bangunan sekolah
yang sudah rusak dan rapuh, agar tidak
akan terjadi lagi bangunan sekolah yang ambruk dikarenakan rapuhnya pondasi
bangunan serta juga tidak akan menambahkan kekecewaan yang dirasakan oleh para
pendidik dan peserta didik.
Dan dengan adanya rehab
bangunan tersebut, dapat mencegah adanya bangunan ambruk lainnya, sehingga
dapat menjaga keselamatan murid dan guru.
8.
Nama
media : Radar Banten
Hari/Tanggal : Rabu, 22 Oktober 2014
Halaman : 19
Judul : LPA Pastikan Penganiaya Siswa
Disanksi
Analisis
:
Oknum guru berinisial
UDR yang merupakan sarjana pendidikan menyalahi aturan dan bisa dikenakan
hukuman pidana karena telah melakukan kekerasan fisik terhadap delapan orang
murid di SDN Gripada. Sanksi yang diberikan UPTD Pendidikan Kramatwatu, UDR
hanya dimutasikan ke SDN yang lebih jauh. Jika masuk ke ranah hukum, UDR
melanggar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. Ancamannya tiga tahun penjara dan
denda maksimal Rp 70 juta.
UDR telah mengakui
kesalahannya, namun dia mengaku tidak ada maksud dan tujuan untuk menyakiti
tanpa alasan. Tetapi tetap saja, yang namanya menyakiti tidak dibenarkan.
Solusi
:
Guru berinisial UDR tersebut seharusnya dilaporkan ke ranah hukum
dikarenakan penyalahgunaan kode etik sebagai seorang guru. Tindakan itu
perlu dilakukan agar dia mendapatkan pelajaran serta bisa
memberikan pelajaran bagi guru-guru yang lain untuk tidak melakukan kekerasan fisik
terhadap murid-muridnya, baik itu karena disengaja maupun tidak disengaja.
Dengan sanksi dimutasikannya guru berinisial UDR tersebut ke sekolah yang lebih jauh, sebenarnya itu hanya dapat
menyelamatkan murid-murid SDN Giripada yang lain dari kekerasan fisik yang mungkin
akan dilakukan UDR lagi. Namun tak dapat dijamin bahwa si pelaku bisa berhenti
melakukan kekerasan fisik
seperti apa yang telah pelaku perbuat sebelumnya.
Jika ternyata pelaku
tidak bisa berhenti melakukan kekerasan fisik terhadap murid, maka akan ada
korban lain di sekolah tempat dia di mutasi. Sehingga jalan yang tepat adalah,
pihak sekolah melaporkan pelaku ke ranah hukum.
9.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 6 Oktober 2014
Halaman : 5
Judul : ICW Sebut Korupsi Pendidikan
Capai Rp 619 Miliar
Analasis :
Indonesian Corruption
Watch atau ICW menyatakan selama 2003-2013 pengungkapan kasus korupsi
pendidikan dengan kerugian negara mencapai ratusan miliar rupiah. Menurut
Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri, korupsi di
sektor pendidikan sudah terjadi sejak perencanaan dilaksanakan seperti kasus
pengadaan barang di perguruan tinggi yang melibatkan Angelina Sondakh dan
rehabilitasi pembangunan sekolah.
Solusi :
Seharusnya
Pemerintah Daerah (Pemda), Pemerintah Kabupaten (Pemkab), dan Pemerintah Kota
(Pemkot) meninjau ke sekolah-sekolah untuk melihat apakah dana yang diberikan
oleh pemerintah digunakan dengan benar atau tidak oleh pihak sekolah tersebut.
Jika dirasa adanya kasus korupsi di suatu sekolah, Pemda, Pemkab dan Pemkot langsung
melaporkan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pusat harus mendatangi
sekolah tersebut untuk melihat kebenaran kasus korupsi yang disamapaikan
kepadanya.
Jika
kasus korupsi tersebut berupa pengadaan barang di perguruan tinggi, maka Pemerintah
Pusat mendatangi rektor Perguruan Tinggi tersebut dan meminta keterangan
mengenai pengadaan barang-barang yang dilakukan. Apabila rektor tersebut tidak
bisa menunjukkan pengadaan barang-barang itu, rektor tersebut dapat dibawa ke
ranah hukum untuk diadili sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.
Dan
jika kasus korupsi berupa rehabilitasi bangunan sekolah, Pemerintah Pusat dapat
melihat apakah pembangunan yang dilakukan benar-benar terlaksana dengan baik
atau ada kendala. Jika kendala berupa anggaran yang kurang, maka dapat meminta
informasi mengenai anggaran yang dikeluarkan dengan anggaran yang diberikan
oleh pemerintah. Apabila ternyata pihak sekolah mengambil keuntungan dari
anggaran pembangunan tersebut, maka pemerintah harus meminta dana yang hilang
tersebut kepada pihak sekolah agar pembangunan sekolah dapat selesai sesuai
rencana. Bila pihak sekolah tidak dapat mengembalikan dana tersebut, terpaksa
pihak sekolah dibawa ke ranah hukum untuk menjadi pelajaran bagi pihak-pihak
sekolah yang lain, agar tidak terjadi kasus korupsi lagi di dunia pendidikan.
10.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 6 Oktober 2014
Halaman : 5
Judul : Ruang Kelas tak Cukup, Siswa
Numpang Belajar
Analisis
:
Sebagian siswa sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ibnu Najah, Kecamatan Sobang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar (KBM) di lantai gedung majelis taklim tidak jauh dari sekolah
setempat. Kepala MTs setempat, Ade Supriatna mengatakan, kegiatan pihaknya terpaksa
menggunakan majelis taklim untuk kegiatan belajar, karena ruang kelas yang ada
tidak mencukupi. Supriatna menambahkan, selain keterbatasan ruang kelas,
kendala lain yang dihadapi sekolah yaitu tidak memiliki ketersediaan lahan yang
mencukupi. Jangankan untuk lahan kegiatan olah raga, untuk kegiatan upacara
bendera saja lahan yang tersedia tidak mencukupi.
Solusi
:
Untuk mengatasi ruang
kelas yang kurang dalam jangka pendek, sebaiknya sekolah Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Ibnu Najah memberlakukan kelas pagi dan kelas siang, dan kepada
pemerintah kecamatan Sobang harus mengeluarkan izin operasional untuk sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ibnu Najah agar melayani kegiatan belajar dua shift,
pagi dan siang.
Untuk jangka panjang,
sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ibnu Najah harus membangun ruang kelas yang
baru, sumber dana penambahan ruang kelas baru itu berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), juga partisipasi masyarakat yang mekanisme dan besarannya ditentukan
melalui rapat masing-masing komite sekolah sesuai kebutuhan sekolah tersebut.
Kepala sekolah madrasah tersebut melaporkan berapa jumlah kelas yang harus
dibangun, lalu pemerintah daerah mengusulkan tambahan ruang kelas tersebut ke
wilayah pusat. Dengan syarat, pemerintah daerah harus siap menyediakan dana
pendamping dan lahan.
Dikarenakan lahan yang kurang, sebaiknya
proses pembangunan kelas lebih ke arah di tingkatkan ke atas karena tidak
memerlukan lahan yang lebih.
11.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Oktober 2014
Halaman : 2
Judul: :
Menambah Beban Biaya Sekolah, Wali Murid Keluhkan Pembelian Modul
Analisis
:
Sejumlah wali murid Sekolah
Dasar (SD) di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang mengeluhkan pembelian modul untuk
belajar yang mencapai Rp 30.000 per modul. Mereka merasa keberatan karena
menambah beban biaya bagi wali murid yang kurang mampu padahal pengadaan buku
kurikulum 2013 sudah disiapkan oleh pemerintah pusat.
Sekretaris Dinas
Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Serang Dedi Arief Rohidi mengatakan, modul
itu ada dua, dari pemerintah pusat untuk kurikulum 2013 yang diberikan secara
gratis dan modul dari internal sekolah yang diadakan berdasarkan inisiatif dan
musyawarah dengan wali murid untuk menunjang kegiatan belajar.
Solusi
:
Sebaiknya
sebelum pihak sekolah mengeluarkan modul untuk dibeli para murid seharga Rp.
30.000, pihak sekolah harus mengadakan rapat dengan semua wali murid untuk
membicarkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Terutama masalah modul yang akan dibuat oleh pihak sekolah dikarenakan
modul dari pemerintah belum dibagikan ke Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Anyer
tersebut. Jika ada beberapa wali murid yang tidak setuju, tanyakan alasannya
mengapa tidak setuju, dan lakukanlah votting untuk menentukan dengan bijak dan
adil apakah pihak sekolah tersebut harus membuat modul atau tidak. Jika
ternyata hasil votting lebih banyak yang menyatakan tidak setuju, maka lebih
baik pihak sekolah tidak memaksakan untuk membuat modul, dan menunggu modul
dari pemerintah. Tetapi jika hasil votting lebih banyak yang menyatakan setuju,
maka pihak sekolah dan semua wali murid menentukan bersama-sama berapa harga
modulnya. Berikan rincian anggaran yang akan dikeluarkan, dari proses pembuatan
hingga pencetakan modulnya. Sehingga semua wali murid tidak merasa keberatan
dengan adanya modul yang dibuat pihak sekolah tersebut
.
12.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 20 November 2014
Halaman : 9
Judul : Pelajaran Bahasa Inggris
Dinilai Kurang Bagi SMK
Analisis
:
Sejumlah pengajar
sekolah menengah kejuruan mengeluhkan minimnya bobot pelajaran bahasa Inggris
dalam kurikulum 2013. Kepala SMKN 27 Jakarta Sri Nuryati menilai, pelajaran
bahasa Inggris sebanyak 2 x 50 menit dirasa kurang dalam meningkatkan keahlian
bahasa internasional para siswa. Menurut Wakil Kepala SMK Karya Guna 2 Bekasi,
dia mengaku bahwa di sekolahnya harus menggunakan jam pelajaran lain untuk
dialokasikan kepada pelajaran bahasa asing tersebut.
Solusi
:
Kurikulum baru (Kurikulum 2013) yang mengurangi jam
pelajaran Bahasa Inggris dari daftar mata pelajaran di SMK untuk ditambahkan pada
jam pelajaran Bahasa Indonesia. Alasannya mungkin agar Bahasa Indonesia siswa-siswi
menjadi lebih baik. Memang masih banyak penggunaan Bahasa Indonesia yang belum
benar oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk siswa-siswi SMK. Tapi apakah
hal tersebut harus mengurangi jam pelajaran Bahasa Inggris di SMK?
Di
samping itu, kita semua mengetahui bahwa sejak dulu hingga sekarang, Bahasa
Inggris adalah sebuah kemewahan bagi banyak warga Negara Indonesia, terutama
kalangan menengah ke bawah. Padahal, kebutuhan berbahasa Inggris hampir tidak
bisa dihindari. Memasuki era globalisasi, berbagai hal yang berkenaan dengan pemenuhan
kebutuhan hidup dan pekerjaan menggunakan sistem komputerisasi yang berbahasa
Inggris, bahkan yang menggunakan sistem manual pun ada yang berbahasa Inggris.
Kebanyakan sumber informasi dan pengetahuan di internet berbahasa Inggris. Buku
teks universitas kebanyakan berbahasa Inggris. Bahasa Inggris diperlukan oleh
setiap warga sebagai sarana komunikasi, baik dalam keperluan pendidikan atau pekerjaan
di luar negeri maupun dalam keperluan menghadapi atau melayani wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia. Dapat dikatakan secara singkat, Bahasa Inggris
menjadi salah satu prasyarat penting dalam memasuki era globalisasi. Jadi,
seharusnya Bahasa Inggris harus ditambahkan jam pelajarannya. Terutama di SMK,
bahasa Inggris sangat diperlukan siswa yang menekuni bidang pariwisata dan
perhotelan ketika menghadapi pasar kerja kelak.
Dengan
minimnya bobot Bahasa Inggris di SMK, baik negeri maupun swasta, menyebabkan
guru Bahasa Inggris terpaksa beralih menjadi guru kelas atau mata pelajaran
lain dan tidak sedikit juga yang terancam kehilangan pekerjaannya sebagai guru
karena tidak bisa beralih menjadi guru kelas atau mata pelajaran lain
disebabkan oleh sudah terpenuhinya kebutuhan akan guru kelas atau mata
pelajaran lain di sekolah tersebut.
Maka
seharusnya pemerintah melakukan revisi terhadap Kurikulum 2013 dengan
menjadikan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pokok di SMK
dan menambahkan jam pelajaran Bahasa Inggris untuk setiap minggunya. Hal ini
tentu saja harus diimbangi dengan perumusan muatan kurikulum dan pedoman
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut dengan sangat matang
sehingga tepat sasaran. Pemerintah
juga harus segera melanjutkan penyaluran tunjangan sertifikasi kepada guru-guru
Bahasa Inggris, tanpa harus guru-guru Bahasa Inggris tersebut, beralih menjadi
guru kelas atau mata pelajaran lain, karena guru-guru Bahasa Inggris, telah
diberikan diklat untuk menjadi guru profesional bidang Bahasa Inggri, bukan
sebagai guru kelas atau mata pelajaran lain.
13.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Oktober 2014
Halaman : 9
Judul : Indonesia Perlu 400.000 Guru SD
Analisis
:
Ketua Umum Pengurus
Besar Persatuan Republik Indonesia (PGRI), Sulistiyo, mengatakan, Indonesia
memerlukan tambahan 400.000 orang guru tingkat Sekolah Dasar (SD). Ia
mengatakan, keperluan guru SD itu hampir merata di seluruh provinsi dan
kabupaten/kota, terutama daerah tertinggal. Selain kekurangan dari sisi
kuantitas, kualitas guru-guru SD juga dipertanyakan. Sebab, pada masa lalu,
keperluan tenaga pengajar yang tinggi membuat guru-guru yang hanya lulusan
Sekolah Pendidikan Guru –setara SLTA- sudah diterima mengajar. Menurut dia,
pemerintah belum memiliki sistem data yang kuat tentang guru-guru baik kualitas
dan kuantitasnya.
Solusi
:
Kekurangan 400.000 orang guru tingkat
Sekolah Dasar (SD) yang terjadi saat ini disinyalir karena begitu banyaknya
guru, yang akan atau telah memasuki masa pensiun. Beberapa solusi jitu guna
mengatasi persoalan kekurangan guru SD. Pertama, pihak Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) atau Pemerintah Kota (Pemkot) di tiap provinsi dapat mengangkat guru
honorer yang sudah ada, karena jumlah guru honorer yang mengabdikan diri di
sekolah negeri masih cukup banyak. Kedua, guru PNS di jenjang SMP yang
jumlahnya surplus atau berlebih dapat dialihkan sebagai guru SD. Tentu, harus
melalui uji kompetensi serta lolos sertifikasi sebagai guru SD, agar dihasilkan
guru SD yang berkualitas.
Kemendikbud juga harus meningkatkan
kualifikasi guru melalui beasiswa S-1 bagi guru SD dan SMP. Jika dilihat dari
kenyataan di lapangan, jumlah guru SD di sekolah negeri dan swasta sekitar
1.850 ribu guru. Dari jumlah tersebut, hanya 60 persen guru yang sudah memenuhi
kualifikasinya, yaitu telah menempuh S-1. Sisanya 40 persen bukan S-1. Maka seharusnya
tiap tahun, Kemendikbud harus menyiapkan beasiswa untuk 100 ribu calon guru
untuk menempuh S-1 melalui bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan SMP.
Diharapkan juga kerjasama antara Kemendikbud dengan Pemda, Pemkot, dan Pemkab
untuk kualifikasi S-1, salah satu caranya dengan melakukan program pendidikan
jarah jauh, yaitu terluar, terdepan dan tertinggal (3T) bagi daerah-daerah yang
dirasa kurang dalam pendidikannya.
14.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014
Halaman : 5
Judul : Bantuan Siswa Miskin tidak
Diterima Utuh
Analisis
:
Sejumlah
wali murid di SDN 1 Aweh Kalanganyar, Kecamatan Kalanganyar mempertanyakan
realisasi dana bantuan siswa (BSM) di sekolah tersebut. Sebab, dana yang
diterima siswa tidak utuh. Menurut salah satu wali murid, dana BSM yang harus
diterima seharusnya Rp 450.000/siswa. Namun, dana yang diberikan oleh pihak
sekolah kepada murid penerima BSM hanya 175.000/siwa. Berkurangnya dana yang
diterima, karena dialokasikan bagi murid yang tidak mendapatkan dana BSM.
Kepala SDN 1 Aweh Kalanganyar, Titi, mengakui hal tersebut. Ia beralasan upaya
itu merupakan bentuk subsidi silang atau sebagian diperuntukkan bagi murid yang
tidak masuk dalam penerima.
Solusi
:
Bantuan untuk siswa miskin (BSM) merupakan hak bagi
siswa-siswi yang miskin, dan jika terjadi pemotongan atau penerimaan tidak utuh
itu termasuk ke dalam bentuk pelanggaran dan bisa masuk ke dalam ranah hukum.
Partisipasi masyarakat atau orang tua siswa dalam mengawal
berlangsungnya proses pendidikan, sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya penerimaan BSM yang tidak utuh lagi. Selain itu, masyarakat atau orang
tua siswa wajib berperan serta mengontrol anggaran pendidikan ke mana pun
anggaran itu digunakan. Ketika mengetahui bahwa dana BSM tidak diterima dengan
utuh, maka para wali murid atau orang tua siswa wajib datang ke sekolah dan
menanyakan kemana sisa dana BSM yang tidak diterima.
Pada kasus yang terjadi di SDN 1 Aweh
Kalanganyar, seharusnya kepala sekolah tidak
memberikan dana BSM kepada siswa-siswi yang
tidak masuk dalam penerima, seperti siswa-siswi kalangan menengah atas. Dan
kepada para wali
murid atau orang tua siswa wajib meminta sisa dana tersebut, karena dana
tersebut merupakan hak mereka.
Jika kepala
sekolah menolak untuk mengembalikan dan tersebut dikarenakan dana tersebut
sudah dibagikan, maka para
wali murid atau orang tua siswa bisa melaporkannya
ke Dinas Pendidikan, tingkat kecamatan atau kabupaten. Dan Dinas Pendidikan berkewajiban
merespons dan menegur kepala sekolah SDN 1 Aweh Kalanganyar
tersebut agar tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi.
15.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 10 November 2014
Halaman : 4
Judul : Guru dan Siswa Belajar Pakai CD
Analisis
:
Sebagian besar guru dan
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pandeglang terpaksa harus menggunakan
compact disk atau CD sebagai pengganti buku panduan dan buku ajar kurikulum
2013. Proses belajar demikian dilakukan karena sampai sekarang buku kurikulum
tersebut belum tersedia di Pandeglang. Ini akibat lambatnya pihak ketiga
sebagai penyedia buku ajar yang ditunjuk oleh pemerintah pusat.
Solusi
:
Penggunaan
compact dick atau CD dalam kegiatan belajar mengajar sangat tidak efektif,
seharusnya pemerintah pusat lebih spesifik lagi dalam mencari percetakan untuk
mencetak buku-buku kurikulum 2013. Pemerintah harus terus memantau perkembangan
dalam mencetak buku-buku tersebut, apakah ada kendala atau tidak. Bila dirasa
ada kendala, seperti percetakan tidak mampu mencetak buku-buku dalam waktu yang
ditentukan, pemerintah harus mencari percetakan tambahan yang lain, yang
bersedia dan mau mencetak buku-buku tersebut dan memiliki kualitas percetakan
yang baik dan dapat mencetak buku-buku kurikulum 2013 dengan tepat waktu.
16.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 10 November 2014
Halaman : 8
Judul : Kurikulum 2013 Bermasalah
Analisis
:
Implementasi kurikulum
2013 di sekolah pada seluruh tingkatan pendidkan belum berjalan maksimal. Baik pada
sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) maupun pada sekolah (Madrasah) yang ada di bawah naungan Kementerian
Agama (Kemenag). Hal itu disebabkan banyaknya persoalan yang membelit pada
implementasi kurikulum 2013 di lapangan. Entah itu pada kemampuan guru dalam
menyerap dan menerima sosialisasi kurikulum 2013, distribusi buku kurikulum
2013, dan masih kerap didapati materi-materi bermasalah yang terdapat di dalam
buku kurikulum 2013. Hingga saat ini, buku kurikulum 2013 belum didistribusikan
secara merata. Selain itu, meski buku kurikulum 2013 sudah ada yang terbit,
namun masih saja ditemukan buku mata pelajaran yang bermasalah. Jika yang
terjadi seperti ini, ada kesan pemerintah terlalu terburu-buru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 ini.
Solusi
:
Untuk menyelesaikan
persoalan tersebut, ada beberapa langkah yang mesti dilakukan pemerintah antara
lain, pertama, pemerintah harus terus membangun koordinasi dan komunikasi
dengan seluruh pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut. Baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah agar merata.
Kedua, komunikasi dan
koordinasi hendaknya ditujukan untuk mencari dimana sebenarnya akar masalah
tersebut terjadi. Dan cari solusi untuk setiap persoalan yang ada. Jika
persoalannya terletak pada kemampuan guru atau SDM yang masih belum mampu
mengimplementasikan kurikulum tersebut, maka pemerintah harus mencari solusi
yang tepat. Misalnya dengan mengadakan kegiatan pemantapan kepada guru-guru di setiap sekolah mengenai kurikulum 2013. Pemantapan ini bisa dilakukan dengan bertahap. Dengan pemantapan ini diharapkan guru-guru
dapat lebih kreatif lagi dalam memberi pengajaran kepada murid-muridnya yang
sesuai dengan metode pengajaran kurikulum 2013.
Begitu pula jika
persoalannya ada pada kendala distribusi buku. Maka, pemerintah seharusnya
melakukan tindakan cepat dan teapat sasaran. Jika jumlah naskah buku yang
dicetak dengan jumlah percetakan minim, maka pemerintah harus mau tidak mau
mencari percetakan tambahan yang bersedia dan mau mencetak naskah tersebut. Dan
jika persoalannya ada pada minimnya jumlah armada untuk mendistribusikan buku
tersebut, maka pemerintah harus segera sigap dan cepat menyediakan sejumlah
armada yang sesuai dengan jumlah buku dan jumlah sekolah yang ada di Indonesia.
Lalu jika persoalannya ada pada materi yang bermasalah, maka kepada Dinas
Pendidikan, agar sebelum buku-buku tersebut dicetak, diperiksa dengan teliti
terlebih dahulu, apakah buku tersebut sudah benar dan tidak menyalahi aturan,
baik aturan hukum, sosial maupun agama.
Dan ketiga, baik pihak
sekolah maupun pemerintah kota/kabupaten dan provinsi harus selalu membangun
sinergitas dalam mengatasi masalah tersebut. Artinya, pihak-pihak tersebut
harus selalu melaporkan setiap masalah yang ada di daerah ke pusat terkait
persoalan distribusi buku tersebut. Jika kurang, masih minim, atau materinya
bermasalah, maka sesegera mungkin dilaporkan ke pusat.
Baik kepada kemendikbud
maupun kemenag. Agar dua instansi yang ada di pusat tersebut langsung
menghubungi dan mengecek kepada pihak percetakan. Dan hal ini harus dilakukan
secara terus-menerus, bukan hanya pada awal-awalnya saja, agar setiap masalah
kurikulum 2013 dapat terselesaikan dan kurikulum 2013 berjalan dengan baik.
17.
Nama
media : Warta Kota
Hari/Tanggal : Senin, 13 Oktober 2014
Halaman : 8
Judul : 30 Persen SD Tidak Punya
Perpustakaan
Analisis
:
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Dadan T Daniel, menyatakan sekitar 30
persen dari 810 sekolah dasar di daerah itu belum memiliki perpustakaan. Karena
keterbatasan anggaran maka pembangunan perpustakaan tidak bisa dilaksanakan
secara sekaligus.
Solusi
:
Seharusnya
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang melaporkan masalah itu kepada
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten agar membicarakannya dengan pemerintah
pusat, sehingga diberikan anggaran untuk mendirikan bangunan perpustakaan di
SD-SD yang tidak mempunyai perpustakaan.
Jika
anggaran dari pemerintah pusat belum sampai pada Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Pandeglang, beberapa SD tersebut bisa mengadakan rapat dengan para
wali murid atau orang tua siswa untuk membicarakan mengenai pembangunan
perpustakaan yang membutuhkan dana. Jika para wali murid atau orang tua siswa
setuju untuk memberikan bantuan dana untuk membangun perpustakaan. Dana
tersebut dapat digunakan untuk secara bertahap membangun perpustakaan, sampai
dana dari pemerintah pusat sampai kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Pandeglang. Dan dana perpustakaan tersebut dibagikan kepada semua SD yang tidak
mempunyai perpustakaan. Dan kepada pihak sekolah, agar segera membangun
perpustakaan dan jangan mengambil sedikit pun dana tersebut untuk kepentingan yang
lain. Sehingga para murid SD dapat menikmati fasilitas perpustakaan dengan
baik.
18
Nama
media : Warta Kota
Hari/Tanggal : Senin, 13 Oktober 2014
Halaman : 7
Judul : Razia Handphone di Sekolah
Analisis
:
Sudah lama di
sekolah-sekolah ada razia mulai dari narkotika, film porno, dan handphone,
dengan tujuan untuk memberi peringatan kepada murid yang nakal, terutama mereka
yang suka membawa barang haram seperti narkoba ke sekolah. Tetapi, berita soal
razia kerap menakutkan para siswa. Salah satu wujud ketakutan siswa pada razia
di seklah telah dibuktikan oleh Putra Perdana Hermawan (12) siswa kelas 7 SMP
Negere 163, Pasar Minggu, Jakarta Selatan beberapa hari lalu. Putra terjatuh
dari lantai 4 saat akan menyimpan handphone di celah beton di dekat jendela
kelas. Akibatnya, dia terjatuh ke lantai dasar dan meregang nyawa beberapa saat
kemudian.
Solusi
:
Razia
di sekolah memang dibutuhkan untuk memberi peringatan kepada murid yang nakal,
terutama mereka yang suka membawa barang haram seperti narkoba ke sekolah.
Tetapi di sisi lain dampaknya sangat besar terutama jika mengingat peristiwa
yang menimpa Putra Perdana.
Tetapi
razia masih diperlukan bukan hanya di SMA dan SMK saja, karena di SMP pun sudah
ada yag memakai barang haram seperti narkoba. Untuk mengantisipasi agar razia
tetap berjalan tetapi bukan tujuannya untuk menaku-nakuti siswa melainkan memberikan
efek jera kepada siswa maka dari itu pihak sekolah dapat mencari cara yang
efektif dalam melakukan razia.
Pelaksanaan razia bukan
untuk membuat takut siswa tetapi memberi efek jera agar siswa melaksanakan
aturan yang diterapkan sekolah. Dengan cara seperti itu kemungkinan besar
tujuan sekolah menerapkan aturan bisa terlaksana sementara siswa dengan kesadarannya
sendiri menaati aturan tanpa paksaan.
Sebagai contoh, jika
memang sekolah melarang siswa membawa handphone ke sekolah, pihak sekolah harus
menyediakan fasilitas untuk menggantikan peran ponsel, diantaranya penggunaan
telepon gratis atau wifi untuk mengakses internet penunjang pendidikan.
Selain itu, untuk
memastikan bahwa siswa tidak membawa barang-barang yang tidak boleh dibawa ke
sekolah, pihak sekolah dapat melakukan pemeriksaan tas para siswa di depan
gerbang sekolah sebelum mereka masuk ke dalam sekolah.
19
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Senin, 6 Oktober 2014
Halaman : 5
Judul : Kurikulum 2013 Membingungkan
Analisis :
Sejumlah
guru di Kabupaten Lebak berharap pemerintah meninjau ulang penerapan kurikulum
2013. Kurikulum tersebut dinilai membingungkan dan belum saatnya untuk
diterapkan. Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Kecamatan Cimarga, Agung
Sudrajat mengatakan, penerapan kurikulum tersebut juga perlu didukung dengan
sarana penunjang yang memadai serta dewan yang ahli. Ditegaskan, pelaksanaan
kurikulum 2013 terlalu sulit. Selain media masih kurang, tenaga pengajar yang
mumpuni untuk penerapan kurikulum 2013 juga sangat terbatas. Selain itu, untuk
pengisian rapor siswa pun masih rumit, karena dewan guru pengajar belum memahami
betul penerapan kurikulum tersebut. Sehingga, pihaknya berharap kurikulum
kembali ke KTSP yang sudah berlaku. Ketua persatuan Guru Republik Indonesia
Kecamatan Cimarga, Diding mengatakan, penerapan kurikulum 2013 sangat
membingungkan dan banyak guru yang kurang paham. Penerapan kurikulum itu juga
membutuhkan dana yang cukup besar, seperti fotokopi penilaian siswa. Untuk satu
siswa mencapai 4-5 tema. Sementara ketika ujian, kurikulum 2013 mengharuskan
siswa belajar dan menghapal enam mata pelajaran, karena adanya penggabungan
mata pelajaran.
Solusi
:
Sebaiknya
sebelum pemerintah menerapkan kurikulum 2013, pemerintah harus memastikan
apakah kurikulum tersebut sudah benar-benar dapat direalisasikan ke
sekolah-sekolah atau tidak. Melihat kenyataan di lapangan, kurikulum 2013
sebaiknya ditinjau ulang karena dirasa sangat membingungkan untuk para guru
maupun para murid.
Mengatasi
media yang kurang, pemerintah harus memberikan sarana prasarana dan media yang memadai,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Untuk membantu
menerapkan kurikulum 2013, harus disediakan tenaga pengajar yang mumpuni, yang
mengerti tentang penerapan kurikulum 2013. Di setiap sekolah, minimal ada 5
orang guru yang mumpuni, yang dapat mengajarkan kepada guru-guru lain di
sekolahnya tentang penerapan kurikulum 2013, sehingga dewan guru pengajar dapat
memahami betul penerapan kurikulum tersebut.
Penerapan kurikulum
2013 juga membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga dana untuk keperluan lain
terpakai untuk biaya fotokopi penilaian siswa yang lebih banyak dan lain-lain.
jadi, jika pemerintah benar-benar ingin menerapkan kurikulum 2013 harus
menyediakan dana tambahan yang lebih besar pula.
Dan ketika ujian,
kurikulum 2013 mengharuskan siswa belajar dan menghapal enam mata pelajaran,
karena adanya penggabungan mata pelajaran. Hal itu dapat membuat siswa menjadi
terbebani, jadi sebaiknya pemerintah memikirkan terlebih dahulu, apakah
kurikulum 2013 membangun siswa menjadi lebih cerdas atau tidak. Pemerintah
harus memperhatikan nasib para guru maupun para guru, agar pendidikan di
Indonesia berjalan dengan baik.
20.
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014
Halaman : 3
Judul : Pembatasan Penerapan Kurikulum
2013, Anak Didik Jadi Korban
Analisis
:
Pro dan kontra mengiringi
kebijakan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasra dan Mengah Anies Baswedan
yang menerapkan pembatasan Kurikulum 2013 (Kurtilas). Salah satunya datang dari
anggota DPRD Provinsi Banten, Fotron Nur Ikhsan yang menilai, pembatasan itu
mengorbankan anak didik. Pendidikan yang terus beradaptasi pada sesuatu yang
baru, dimana yang kemarin belum tuntas dilaksanakan, sudah berubah lagi. Pada
akhirnya, anak didik dan orangtua jadi korbannya. Menurutnya, masih banyaknya
persoalan lain dalam dunia pendidikan yang bersifat lebih krusial dan mendasar
untuk dibenahi. Seperti persoalan masih tingginya jumlah anak-anak putus
sekolah dan buta aksara, dapat menjadi prioritas pembenahan bagi pemerintah. Ia
mengatakan, dengan perubahan kebijakan ini bisa jadi memunculkan anggapan
seolah setiap terjadi pergantian menteri, akan berganti pula kebijakannya. Jika
seperti ini, anak didik seolah seperti ujicoba.
Solusi
:
Dengan
adanya pembatasan kurikulum 2013, maka anak didik akan menjadi korban. Korban disini
dapat berupa pikiran dan fisik mereka yang harus berubah-berubah untuk
menyesuaikan dengan kurikulum tersebut.
Seharusnya,
pemerintah menuntaskan terlebih dahulu kurikulum yang ada sebelum membuat
kurikulum yang baru. Penuntasan kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan membenahi
hal-hal yang masih belum tercapai tujuannya, seperti buku kurikulum yang belum
tersebar merata di setiap sekolah, guru penegajar yang belum mengerti dengan
penerapan kurikulum 2013, dan lain-lain.
Sebenarnya
masalah pendidikan masih sangat banyak di Indonesia, seperti persoalan masih
tingginya jumlah anak-anak putus sekolah dan buta aksara. Untuk anak-anak
tersebut, pemerintah juga harus menyediakan beasiswa-beasiswa agar mereka dapat
bersekolah dan menjadi generasi Indonesia yang baik. Kurikulum 2013 membutuhkan
dana yang besar, lebih baik dana yang terpakai untuk penerapan kurikulum 2013
tersebut diberikan untuk beasiswa-beasiswa sampai kurikulum 2013 benar-benar
sudah siap diterapkan di sekolah-sekolah.
11.l
Nama
media : Kabar Banten
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Oktober 2014
Halaman : 9
Judul : Pramuka Diminta Tingkatkan
Komunikasi Internasional
Analisis :
Anggota pramuka diimbau untuk
meningkatkan komunikasi dengan warga dunia dalam rangka mendukung gerak
organisasi tersebut di tingkat internasional. Wakil Kepala Kwarnas Bidang
Hubungan Luar Negeri, Ahmad Rusdi mengatakan, saat ini masyarakat dunia sudah
semakin terbuka dan nilai-nilai kepramukaan dapat disampaikan lewat berbagai
media. Oleh karena itu, anggota pramuka harus dapat memanfaatkan peluang
tersebut dalam memajukan organisasi tersebut.
Mahasiswa Tolak Kenaikan BBM
Analisis :
Rencana pemerintah
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mendapat penolakan dari Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Serang. Dalam aksinya, para mahasiswa
menggelar aksi teaterikal dengan mewarnai tubuh mereka. Itu sebagai simbol
pemerintahan Presiden Jokowi yang dinilai banci. Mereka pun mengikat diri dan
tidur di jalan raya sebagai bentuk rakyat kecil yang tertindas.
Menurut Ramlan, salah
satu mahasiswa yang tergabung dalam GMNI, dalam orasinya mengatakan bahwa
argumentasi pemerintah untuk menaikkan harga BBM hanya jalan pintas di tengah
murahnya harga minyak dunia. Anggaran subsidi yang selama ini dianggap
membebani APBN merupakan cara pandang yang keliru dan mengkhianati UUD 1945.
Solusi :
Sebenarnya apa yang
dilakukan oleh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) itu baik, mereka
berniat untuk menyampaikan aspirasi mereka
dan mewakili aspirasi masyarakat yang tidak setuju atas
kenaikan BBM ketika harga minyak dunia turun. Tetapi seharusnya GMNI dalam
melakukan orasi tidak dengan mewarnai tubuh mereka, mengikat diri dan tidur di
jalan raya. Karena itu semua dapat menyebabkan dampak negatif bagi para pengguna jalan.
Sebagai mahasiswa, GMNI
harus melakukan orasi dengan etika serta
perilaku yang baik, cerdas dan santun. Demonstran itu harus cerdas,
cerdas dalam berpikir dan cerdas dalam bertindak.
GMNI berisi mahasiswa-mahasiswa yang berpendidikan, yang sudah pasti tahu mana
yang baik dan buruk. Dengan
kecerdasan yang mereka miliki,
seharusnya mereka bisa mengontrol
emosi agar tidak melakukan orasi yang justru menganggu ketertiban umum. Maka para demonstran sebaiknya berorasi
dengan lebih baik lagi,
lebih santun
dan juga damai
agar segala bentuk aspirasi
dapat didengarkan.
Meningkatkan Pendidikan Wawasan
Kebangsaan
Analisis :
Dewasa
ini, kecintaan dan kebangsaan kepada bangsa dan tanah air di Indonesia semakin
memudar, rasa Nasionalisme dikhawatirkan bisa lenyap seiring dengan semakin
kompleknya kehidpuan berbangsa dan bernegara.
Pesatnya perkembangan
globalisasi tidak hanya mempengaruhi kultur budaya bangsa, namun juga
mempengaruhi wawasan kebangsaan masyarakat yang saat ini mulai mengalami
penurunan atau degradasi. Maka perlu adanya upaya menanamkan,
menumbuhkembangkan dan memelihara wawasan kebangsaan masyarakan melalui
pendidikan.
Solusi :
Wawasan
kebangsaan yang tinggi sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia agar dapat
menghasilkan para penerus bangsa
yang jauh lebih baik dan lebih berkualitas. Dikarenakan apabila pendidikan
kebangsaan itu sendiri dilakukan dan diterapkan secara teratur dan berlanjut
kepada generasi-generasi penerus, maka akan nampak hasil yang tak terduga dalam
beberapa tahun yang akan datang. Selain itu akan terciptanya indikasi kinerja
bangsa Indonesia yang bisa mensejajari indikasi kinerja bangsa-bangsa lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Masalah
pendidikan yang ada di Indonesia sangat banyak. Hal itu dapat mempengaruhi
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia, faktor
yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia diantaranya adalah rendahnya
kualitas guru, rendahnya sarana dan prasarana sekolah, mahalnya biaya
pendidikan, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan dan kurangnya sosialisasi
kurikulum yang baru.
Banyak perubahan-perubahan yang dibuat oleh pemerintah,
tetapi dalam prosesnya perubahan itu tidak berjalan efektif. Berbagai bantuan
dari pemerintah pun banyak yang disalahgunakan oleh pihak sekolah yang tidak
bertanggungjawab. Dan masalah yang paling mendasar dari pendidikan di
Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang
menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan tidak dapat bersikap
kritis terhadap perubahan zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi
segala permasalahan pendidikan di Indonesia.
Saran
Pada zaman era globalisasi ini memang banyak
menuntut perubahan ke
sistem
pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar
tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan
meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan
semakin baik mutunya sehingga mampu membawa
bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang dengan negara-negara lain. Cara meningkatkan kualitas
pendidikan dapat dilakukan dengan kerjasama antara berbagai pihak, baik pemerintah,
sekolah, wali murid maupun siswa.
Your Affiliate Profit Machine is waiting -
And getting it set up is as easy as 1...2...3!
Follow the steps below to make money...
STEP 1. Tell the system which affiliate products you want to promote
STEP 2. Add PUSH button traffic (it ONLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the system grow your list and up-sell your affiliate products for you!
Do you want to start making money??
The solution is right here