Broken Home


.

By : Annisa Aprilia


Setiap hari mendengar pertengkaran mama dan papa. Melelahkan!!!

“Darimana aja kamu jam segini?” ucap papa keras.
“Aku habis kerjalah. Emang kamu kira aku habis apa?” jawab mama dengan keras pula.
“Alasan kamu selalu saja kerja!!! Pasti di luar sana kamu selingkuh kan?”
“Jadi kamu nuduh aku selingkuh?”
“Aku gak nuduh. Emang itu kenyataan!!!”
“Ohh,,….”
“CUKUP!!! MA!!! PA!!!” teriakku.
“Masuk kamar kamu Widia!” perintah papa.
“WIDIA CAPEK SETIAP HARI DENGER MAMA SAMA PAPA BERTENGKAR TERUS!!!” Aku berlari ke kamar.
Setelah aku menghilang dari pandangan mata mereka, mereka tidak berhenti bertengkar, tetapi melanjutkan pertengkaran itu.
Aku hanya dianggap angin yang berlalu di antara mereka. Aku tak pernah dianggap mereka sebagai anak.
Selalu ada dibenakku, apa aku bukan anak mereka? Kenapa mereka tidak memperdulikanku? Aku juga heran sama mereka, mengapa mereka bisa menikah padahal mereka selalu bertengkar.
“BENCIIIIII!!!!!” Hanya kata itu yang aku ucapkan saat mereka sedang bertengkar seperti itu.

*****
“Hai, Widi! Lagi apa?” terdengar suara Irfan dari balik telepon.
“Lagi nangis! Mama dan papa aku lagi bertengkar!” ucapku tersedu-sedu.
“Udahlah. Gak usah dipikirin urusan mama dan papa kamu. Urusin aja diri kamu sendiri.”
“Tapi aku pusing kalo selalu mendengar mereka bertengkar. Telinga aku lama-lama bisa pecah!”
“Gak se’lebay itu lah. Udah ya, say. Jangan nangis lagi!”
“Hiks… Aku udah berusaha gak nangis. Tapi susah.”
“Ya udah deh, mending sekarang kamu liat ke depan jendela kamar kamu aja!”
“Hah?” Aku membuka jendela kamarku. Surprise! Irfan ada di depan jendela kamarku sambil bawa kue tart.
Dia ingat hari ini ulang tahun aku.
“Happy birthday sayang! Jangan nangis lagi ya!”
Aku memeluk Irfan. Tangisku semakin menjadi-jadi.
“Kok malah nambah nangis sih?!”
“Woyyyy!!! Kalian nih, malem-malem gini berduaan dikamar!!! Gak boleh tau!!!” teriak Novi, Dea, dan Icha. Sahabat-sahabatku.
“Wetzzz, hati-hati Widi, dibalik ini semua pasti ada maksud tertentu.” ucap Zikri, Rizal, dan Andri. Sahabat-sahabatku + Pacar sahabat-sahabatku.
“Apa nih maksudnya?” balik tanya Irfan.
Mereka berenam hanya ketawa-ketiwi. Lalu masuk ke kamarku.
“Happy birthday Widiii!!!!! Semoga langgeng aja ya sama Irfan!!!”
“Iya,, Happy birthday, Widi!!!”
“Happy birthday!!!”
Kamarku dipenuhi dengan ucapan selamat ulang tahun untukku. Pacar dan sahabat-sahabatku dateng ke rumah dan ngucapin secara langsung.
“Makasih ya, semuanya!!!”
Aku meniup lilin berbentuk angka 17 dan memotong kue tart rasa black forrest yang terdapat tulisan ‘Happy Birthday Widi’.
Ulang tahunku di umur yang ke 17 berjalan dengan meriah dan menyenangkan. Aku melupakan sejenak pertengkaran antara mama dan papaku.
*****
“Besok ngumpul disekolah ya. Kita latihan basket lagi. Pokoknya sekolah kita harus menang! Oke!!!”
“Siappp!!!!”
Aku menyibukkan diri ikut berbagai ekskul di sekolah. Dengan tujuan melupakan masalahku di rumah. Masalah mama dan papa.
Sampai kini, semua itu berhasil. Dan yang paling aku suka adalah ekskul basket. Karna Irfan juga mengikuti ekskul basket.
Minggu depan, sekolahku akan tanding basket dengan sekolah unggulan kedua di Jakarta.
Pelatih sangat berharap pertandingan nanti sekolah aku yang menang. Aku akan berusaha! Semangat!
“Jangan terlalu capek! Nanti sakit loh!” tiba-tiba terdengar suara Irfan di belakangku. Dia melemparkan aku botol aqua.
Irfan juga habis latihan basket. Karena tiga hari lagi, dia akan tanding basket.
“Aku gak capek kok!”
Irfan menatapku tanpa makna. Kebiasaan dia. Yang membuat aku suka padanya. Hehehe.
*****
“Ayo semangat!!!! Semangat!!!” teriak orang-orang di sekelilingku.
Hari ini adalah hari pertandinganku. 4 hari yang lalu, Irfan tanding basket, dan menang, dengan skor 76 di sekolah lawan dan 82 untuk sekolahku.
Aku juga harus menang. Sebenarnya aku berharap mama dan papa menonton pertandinganku. Tapi itu tidak mungkin.
“Prittt..” wasit meniup peluit. Tanda pertandingan dimulai.
*****
“Selamat ya Widi!!!”
“Selamat Widi!!!”
“Makasih semuanya!”
Pertandingan basketku menang. Dengan skor 62 dipihak lawan dan 66 dipihakku. Selisih tipis. Tapi yang penting sekolahku menang :)
“Selamat ya, say!” ucap Irfan.
“Iyaa…” Aku memeluk Irfan. Airmataku mengalir melewati kedua pipiku.
“Pulang yuk!” ajakku. Aku ingin memberi tahu mama dan papa kalau aku menang.
Saat aku membuka pintu rumahku. Mama dan papa sudah ada dirumah. Dan…
Mereka melakukan kegiatan seperti biasanya. Bertengkar.
“Aku pulang!”
Mama dan papa melihat sekilas ke arahku. Lalu kembali melanjutkan bertengkar lagi.
“Argghhhh… Apa mereka gak bosen selalu bertengkar?” Aku berteriak histeris di dalam kamar.


_Tamat_

Your Reply