Pacaran Itu Bukan Karena Kasihan, Mei (2)


.

Malamnya Mei langsung mojokin Kiki tentang sukarelawan sumber informasinya itu yang udah mengaku di hadapan Mei langsung tadi pagi.
"Informan kamu Irni kan?" kata Mei to the point.
"Bukan."
"Ok, Rizki kalau gitu?"
"Bukan."
"Capek ya ngomong sama kamu. Pinter bohong banget."
"Aku nggak bohong."
"Jelas-jelas Irni udah ngaku di hadapan aku langsung, kamu masih aja bilang bukan. Liar!"
"Kamu juga pembohong!"
"Apa?"
"Di social networking kamu yang lain, jelas terlihat semua kebohongan kamu."
"Twitter?"
"Iya."
'Oh damn!!! Kiki kan nggak punya twitter, kenapa dia bisa tau isi tweet-tweet gue. Mati kutu 2 kali gue!' kata Mei dalam hatinya.
"Kamu baca apa?" akhirnya pertanyaan seperti itu terlontar dari mulut Mei.
"Semua."
Ingin sekali Mei menutup teleponnya saat itu saking malunya.
Tapi siapa tau Kiki hanya menakut-nakuti saja, dengan sedikit keberanian, Mei akhirnya bertanya
"Contohnya?"
"Yee tadi sempat ngobrol sama dia di kantin, hmm tapi bentar banget, di ganggu sama si ambon sih."
'Mampus gue!' Kali ini Mei speechless total, nggak tau mau ngomong apa lagi.
Sampai akhirnya kiki berkata dengan nada datar.
"Ya udah nggak usah di pikirin, selama masih wajar, nggak akan aku permasalahin, tidur gih!"
Tutttt.....
Telepon pun terputus...
Mei lega dengan itu, untuk sementara dia terbebas dari keterpojokan yang dia mulai sendiri, yang malah jadi senjata makan tuan untuk dirinya. . Sial!
***

Hari demi hari, Mei sengaja buat Kiki agar mutusin Mei.
Mei sengaja update tweetnya pakai lirik dari lagu geisha yang 'Takkan pernah ada', yang jelas-jelas Mei nyebutin untuk siapa lagu itu dia tujukan, yah, buat Tian. Siapa lagi.
Puncakmnya Mei nekat update tweet pakai lirik lagu dari kotak yang pelan-pelan saja. Yang secara garis besar makna lagu itu adalah minta putus. Mei membangunkan macan yang sedang tidur. Benar-benar bikin masalah.
Malamnya Kiki sms Mei.
"Pengen nelepon, minta waktu."
Tapi karena waktu itu Mei lagi sibuk belajar matematika untuk UAS besok, maka Mei acuh tak acuh menerima telepon dari Kiki.
"Halo, ada apa, Ki?" tanya Mei tanpa dosa.
"Mau kamu gimana?"
"Hah? Maksudnya?"
"Yah tentang kita, bla,bla . . "
Mei tak begitu memperhatikan penjelasan Kiki. Dia sibuk dengan rumus-rumus matematika yang sulit dan membingungkan.
Sadar bahwa ucapannya tak di gubris oleh Mei, Kiki marah dan langsung memutuskan teleponnya.
Mei yang sibuk sendiri baru sadar bahwa teleponnya sudah terputus.
Mei akhirnya menelepon balik Kiki.
"Kenapa di tutup?" tanya Mei.
"Huh. Kamu sibuk sendiri." jawab Kiki kesal.
"Maaf, kan tadi aku udah bilang lagi belajar matematika untuk besok."
"Ya,ya,ya." kata Kiki malas-malasan.
"Kok gitu?"
"Aku mau ngomong serius."
Deg!!!
Mei sudah tahu persis arah pembicaraan Kiki akan kemana. Mei menarik nafas panjang, agar dirinya siap untuk mendengarkan semuanya.
"Mau ngomong apaan?"
"Kamu udah tau kan apa yang mau aku omongin."
"Hah? Apaan?" Mei berbohong.
"Ya udahlah sendiri-sendiri aja kalau gitu." ucap kiki.
Dan dengan gampang Mei menjawab "Ohh, ya udah."
Suasana pun hening sejenak, hingga Mei bertanya dengan gaya sok lugunya dan tanpa rasa bersalah.
"Emm, tapi kita nggak musuhan kan?"
"Nggak tau lah, udah malem, mau tidur." tut.. tut.. tut..
Sambungan telepon pun terputus.
"Hufft" Mei cuma bisa menghela nafas pasrah sama resiko yang akan diterimanya.
Finally,, cinta Mei dan Kiki yang baru 3 minggu pun putus.
Di sekolah mereka perang dingin,, seperti nggak saling kenal. Ya, mungkin ini yang terbaik..
***

7 bulan kemudian, Mei mendengar kabar dari Ika kalau papanya Kiki meninggal.
Mei bingung, mau ngucapin turut berduka cita atau nggak.
Dia sibuk nanya ke teman-temannya.
Akhirnya, dengan keputusan yang amat sangat bulat.
Mei mengirim sms ke kiki sebagai ungkapan turut berduka citanya, sekaligus memberinya semangat dan terus bersabar.
Smspun terkirim.
Semenit, 2 menit, 3 menit, sampai berjam-jam. Nggak ada balesan dari Kiki.
Dalam hati Mei "Kiki benar-benar nggak maafin gue, bilang makasih aja nggak. :("
Setelah kejadian itu Mei sempeat kesel, tapi mau gimana juga itu semua emang resiko yang Mei buat sendiri..
Mei menjalani kehidupannya seperti biasa. Bahkan mungkin Mei sudah lupa sama kejadian itu. Ckckck..
***

Besok sudah masuk hari pertama puasa di tahun ini.
Dengan ragu-ragu Mei mengirim ucapan ramadhan meminta maaf lahir dan batin ke Kiki.
Dia sudah pasrah kalau Kiki nggak bakal bales smsnya itu.
Tapi,, 5 menit berlalu, HP Mei bergetar tanda ada sms.
Saat dibuka, Suprise!!!
Kiki ngirim ucapan "Met puasa mohon maaf lahir & batin juga."
Mei senang, karena ternyata Kiki sudah maafin Mei.
Syukurlahhh...

_Tamat_

Your Reply