Pacaran Itu Bukan Karena Kasihan, Mei (1)


.

Entah mengapa Mei dan Kiki bisa pacaran.
Padahal dalam hati Mei, nggak ada rasa suka sedikitpun pada Kiki.
Mungkin karena menghargai Kiki yang dah baik banget sama dia sehingga Mei nggak tega buat menolaknya, maka Mei nerima Kiki.
Mungkin juga, Mei takut kehilangan orang yang selama ini meramaikan inbox telepon genggamnya.
Atau mungkin karena Mei iri pada teman-temannya yang sudah pada punya pacar.
Atau, mungkin juga Mei capek dengan status 'Jomblo'?? Entahlah. .
"Semoga itu keputusan yang tepat." kata Mei dalam hati.

Sehari, dua hari...
Masih berjalan seperti biasa.
Smsan tiap hari, mulai panggil nama sampai sayang-sayangan, dari basa-basi nanyain lagi apa sampai ngegombal. . Tapi cupunya kalau ketemu mereka cuma sekedar say hello, pasang senyum manis dan berlalu begitu saja. Nggak pernah ngobrol. Canggung kali yaa.
***

Pas di kantin Mei, Ika, Dini, Irni, dan Rima lagi makan-makan sambil ngegosip.
Kiki sms Mei "Lagi dmna Mei?"
"Lagi makan2 nih ma tmn."
"Wih, gak ngajak2."
"Haha."
"Pulang bareng yuk yangg!"
"Hah? Masih lama loh aku pulangnya"
"Iya gak pa2, aku tunggu diparkiran ya."
"Hmm, Ok deh"
Mei langsung pamit ke teman-temannya. Ditanya mau kemana, Mei cuma senyum lalu pergi meninggalkan teman-temannya.
"Cieee..."
"Prikitiww!!!"
"Cuitt... Cuitt..."
Ledek teman-temannya. Mei cuma mnggeleng-gelangkan kepalanya menanggapi semua ledekan teman-temannya itu.
Baru pertama kali ini Mei pulang bareng Kiki setelah mereka jadian.
(Mei pernah pulang bareng sama Kiki sebelum mereka jadian, waktu habis pulang dari burger. Padahal Dini nggak ngebonceng siapa-siapa, tapi kenapa mesti manggil Kiki buat nganter Mei. Pasti mereka sengaja kayak gitu, buat nyomblangin Mei dan Kiki gitu deh. Sampai akhirnya, Kiki nembak Mei di hari itu juga. Huftt...)
Mei sudah sampai di parkiran, dia mencari-cari Kiki.
Terlihat Kiki lagi duduk di motornya bersama teman-teman cowoknya.
Dengan ogah-ogahan Mei nyamperin Kiki.
"Mei? Cepet amat. Katanya lama." kata Kiki yang baru sadar kalau Mei sudah berdiri di sampingnya.
"Jadi kamu mau aku lama gitu?" tanya Mei jutek.
"Ya nggaklah. Lebih cepat lebih baik." kata Kiki meniru kata-kata salah satu calon Presiden tahun 2009.
"Ohh."
"Ya udah yuk. Duluan ya cuy!" pamit kiki pada teman-temannya. Yang di bales anggukan dan kata-kata "Yoo!" dari teman-temannya.
Mei dan Kiki pun pergi dengan dibonceng motornya Kiki. Di perjalanan? Jangan tanya deh. Kebanyakan diem.
Akhirnya sampai di rumah nenek Mei.
Mereka berdua saling pamit. Mei merasa lega. "Hhhh..."

Hampir 2 mnggu Mei dan Kiki baik-baik saja, nggak ada masalah dalam hal pacaran mereka.
Tapi masalah pun muncul.
Malam hari Kiki nelepon Mei,
"Mei, masih suka sama Tian?" tanya Kiki dengan suara pelannya.
"Hah?" Mei kaget banget tiba-tiba ditanya kayak gitu.
"Kamu masih suka sama Tian?" ulang Kiki.
"Tian? Kok kamu tau?"
"Ada deh. Udah jawab aja!"
"Tau darimana?"
"Jawab dulu!"
"Tau darisapa?"
"Huft," Kiki menghela nafas, lalu melanjutkan kata-katanya "Baca dari note FB kamu."
"Yang mana?"
"Pokoknya dari situ. Nggak tau yang mana."
"Bohong! Aku kan nggak nyebutin nama."
"Ya udah jawab aja dulu pertanyaan aku tadi!"
"Pembohong!"
"Huft" kiki menghela nafas lagi "Tau dari feel aku juga, kamu tau kan feeling aku tentang kamu selalu benar, nggak pernah meleset"
Hmm. . Memang sih feeling Kiki selama ini selalu tepat ke Mei, Mei saja sampai kaget waktu Kiki nebak hal-hal yang di luar dugaan tentang Mei. . Contohnya waktu Mei pasang status FB..
"Jangan kan nyapa, melirik pun tidak, huft :("
Malamnya Kiki langsung sms nanyain status itu tentang siapa, ya Mei jawab saja "Itu teman SMP aku tadi ketemu di jalan acuh gitu aja"
Tapi Kiki malah jawab "Bohong, paling juga itu cowok yang selama ini kamu suka"
Beneran! Saat Kiki berkata seperti itu, Mei kaget banget! Jawaban Kiki tepat sasaran!
"Siapa? Ngaco" dari situ langsung saja Mei alihin topik. Sebelum Kiki nebak yang macem-macem lagi. .
Tapi kalau yang kali ini. Pikir Mei dalam hati.
"Impossible,, pasti ada orang ketiga sebagai informan kamu kan. . Ngaku!"
"Nggak ada."
"Penipu!"
"Jadi intiyna kamu masih suka sama dia?"
"Nggak juga,, itu kan perasaan zaman dulu banget,, lihat dong aku nulis note itu bulan apa,, udah lama gitu."
"Oh,, yaa. . Mudah-mudahan aja gitu"
"Emang gitu kok. Terus siapa sumber informasi kamu itu?"
"Nggak ada."
"Bohong banget. Aku tutup nih teleponnya kalau nggak mau ngaku!" ancam Mei.
Tapi dengan santai Kiki malah bilang "Tutup aja."
Hah? Tutup aja? Mei kesal dengan jawaban itu, dan tanpa basa-basi lagi Mei langsung menekan tombol merah di HPnya.
Tut.. Tut.. Tut..
Percakapan pun terhenti.
***

Setelah semalaman Mei kepikiran tentang orang yang tega ngebocorin rahasia pribadi dirinya pada Kiki, Mei langsung menanyakan itu pada orang yang paling mungkin melakukan hal itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Irni, karena cowok dia kan sahabatnya Kiki.
"Maaf Mei, tapi gue bilangnya waktu kalian belum jadian kok, itu pun karena Rizki nanya tentang keseriusan lo sama dia, biar jangan ngasih harapan palsu."
"Bagus. Bagus banget nih. Lo udah bikin gue mati kutu di depan cowok gue sendiri, hah?!" jawab Mei menahan kesalnya.
"Maaf" ucap Irni penuh penyesalan.
"Ya udahlah, nggak apa-apa."
Ya, ucapan pasaran yang biasa di ucapin seorang sahabat terhadap kesalahan sahabatnya sendiri. Terpaksa memaafkan.

_bersambung_

Your Reply