Cewek PDKT? Ok aja tuh, nggak masalah! (bagian 2)


.

SMP Alliyah tampak ramai dengan orang-orang yang mau menonton pertandingan basket. Entahlah,, orang-orang itu siswa-siswi sekolah yang sedang bertanding atau siswa-siswi yang nggak ada hubungannya sedikit pun dengan yang sedang bertanding, seperti aku, Nia, dan Wini. Wini itu sahabatku juga, tapi sayang dia nggak pakai kartu 3, nggak bisa telepon-teleponan deh, kan mahal kalau ke beda operator. (promosi kartu)
Wini juga tahu tentang dua cowok yang sedang bertanding sekarang ini. Dia juga kan sahabat Ifa, pasti diceritain juga dong tentang dua cowok itu! :)
“Yuk kesini!” ajak Ifa yang di belakangnya berjajar teman-teman dari sekolahnya.
Tangan kami bertiga diseret oleh Ifa seperti kambing. Mbeeee…
Kami semua berdiri di dekat lapangan basket. Aku mengamati satu-persatu orang-orang yang sedang bertanding. Terutama dari SMP Sinduwarna.
Yahh, yang aku ketahui lagi dari cowok itu. Cowok itu berbeda sekolah dengan Ifa yang sekolah di SMP Alliyah. Sedangkan cowok itu sekolah di SMP Sinduwarna.
Mereka bisa kenal dari les.
Ifa membisikkan sesuatu kepadaku, Nia, dan Wini “"Itu tuh cowoknya!”"
Mataku, mata Nia, dan mata Wini mengikuti arah jari telunjuk Ifa. Jari telunjuk Ifa menunjuk seorang cowok yang sedang melakukan pemanasan sebelum bertanding.
Cowok itu tinggi banget, kira-kira tingginya 177 cm, kulitnya hitam, mungkin karena sering berlatih basket di tengah lapangan yang disinari terik matahari menyengat. Yaa, itulah resiko cowok yang suka olahraga. Mau nggak mau, kulitnya bakal hitam.
“"Cakep kan?”"
Aku hanya tersenyum padanya. Tidak bisa berkomentar. Begitu pun dengan Nia dan Wini. Mereka berdua hanya tertawa lebar, entahlah apa maksud dari tawa mereka itu.
Menurutku cowok itu nggak cakep, tapi manis. Hitam manis! Setelah melihat cowok itu, aku jadi tahu tipe apa yang disukai Ifa.
“"Nah, itu yang satunya lagi!"” tunjuk Ifa.
Sekali lagi mataku, mata Nia, dan mata Wini mengikuti arah jari telunjuk Ifa.
Jari telunjuk Ifa menunjuk seorang cowok yang sedang mengikat tali sepatunya. Mengikatnya dengan simpul mati (nggak penting).
Cowok itu juga tinggi, tapi nggak terlalu tinggi seperti cowok yang hitam manis itu. Wajahnya lumayan cakep, manis juga (tipenya Ifa). Nah, ini aneh, kulitnya nggak hitam, pasti jarang latihan! (Sotoy)
Kesimpulannya, nggak semua cowok yang ikut klub olahraga kulitnya hitam. Kalau yang bisa jaga kulitnya sih mungkin nggak bakal hitam-hitam amat.
Oh ya, jadi cowok yang diceritakan Ifa pas ditelepon itu termasuk dari dua orang cowok ini. Tapi aku nggak tahu yang mana. -_-
Pertandingan pun di mulai.
Selama pertandingan, Ifa terus berteriak menyemangati dua orang cowok itu. Dia tidak menyebut namanya, dia hanya berteriak “"Ayo semangat! Jangan mau kalah!”"
Aku,Nia, dan Wini saling melihat. Cengar-cengir ngeliat tingkah Ifa.
Di tengah pertandingan, cowok hitam manis itu jatuh tersungkur di tengah lapangan. Dia memegang lengannya menahan rasa sakit. Dari tempatku berdiri, sepertinya lengannya berdarah. Dia didorong oleh lawan.
Ifa langsung panik. Membuka matanya lebar-lebar untuk melihat apa yang terjadi. Apa cowok hitam manis itu baik-baik saja atau tidak.
Tim medis (lebay) masuk ke lapangan. Mengobati lengannya yang berdarah. Mungkin lukanya nggak terlalu serius. Buktinya dia bisa bermain basket kembali.
Pertandingan basket pun dimulai kembali. Saat ini skor untuk basket dari Sinduwarna 80, lebih unggul 2 dari basket lawan yang skornya 78.
Istirahat sebentar untuk memulihkan stamina para pemain dan untuk mengatur strategi yang baru.
15 menit istirahat selesai. Pertandingan dimulai lagi.
Aku melihat Ifa, matanya tampak tidak berkedip sekalipun. Ifa pasti nggak mau kehilangan moment-moment berharga sedetikpun.
Prrrrrrriiiiiiiiiiiiiittttttttttttt…..
Wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir.
“"Horeeeeeeeee!!!!!!!!"” teriak Ifa keras sehingga semua mata tertuju padanya. Dua cowok itu sempat melihat sekilas pada Ifa. Mereka tersenyum kecil padanya.
Ifa langsung mengajakku, Nia, Wini dan teman-temannya untuk meninggalkan lapangan basket itu. Dia bermaksud mengajak kami bertemu dengan dua cowok idolanya.
Kami harus melewati berpuluh-puluh orang yang sedang membicarakan pertandingan yang berlangsung tadi untuk sampai di tempat istirahat para pemain.
“"Selamat ya! :)"” ucap Ifa manis pada dua cowok yang sedang duduk sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil.
“"Thanks."” kata dua cowok itu barengan.
Aku, Nia dan Wini berdiri mematung menyaksikan Ifa ngobrol dengan dua cowok itu. Sebelum Ifa sadar dan memperkenalkan aku dan Nia pada mereka berdua.
“"Kenalin ini teman-temanku!”"
“"Nia."” kata Nia membalas jabat tangan dari dua cowok itu dan memperkenalkan dirinya.
“"Wini.”" kata Wini mengikuti apa yang dilakukan Nia pada du cowok itu.
“"April."” kataku dan melakukan kegiatan yang sama seperti yang dilakukan Nia dan Wini tadi.
Sepertinya teman-teman sekolah Ifa sudah kenal dengan mereka berdua, karena Ifa tidak memperkenalkan mereka berdua pada teman-teman sekolahnya.
Jam 17.00 kami semua pulang. Ifa tampak sedih dan nggak rela berpisah dengan dua cowok itu. Tapi mau nggak mau harus tetap berpisah.
Pertemuan hari ini pun selesai.

_bersambung_

Your Reply